Nasehat Akhir Ramadhan


Asy Syaikh Shalih bin Fauzan hafizhahullah



Wahai orang-orang beriman!
Demikianlah keadaan bulan ini (Ramadhan) telah berakhir atau hampir berakhir. Maka hendaknya kita introspeksi diri-diri kita, apa yang telah kita lakukan untuk (bekal akhirat) di bulan yang mulia ini. 

Barangsiapa yang sudah baik (amalannya), maka pujilah Allah dan sempurnakan dengan baik. Dan bagi siapa yang masih lalai, hendaknya dia segera mengejar dengan kebaikan-kebaikan dan taubat, karena sesungguhnya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan dari keburukan-keburukan, dan janganlah ia berputus asa dari rahmat Allah, karena tidak ada yang berputus asa dari rahmat (kasih sayang) Allah, kecuali orang-orang yang kafir. 

Siapa yang telah berbuat baik atau masih lalai, maka hendaknya dia memperbaiki penghujungnya, karena amalan itu tergantung di akhirnya. 

Kemudian, teruslah menjadi hamba yang selalu takut dan cemas serta penuh harap karena khawatir amalannya tidak diterima darinya. Sebab Allah Ta'ala berfirman

"Sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertaqwa." (Al-Maidah: 27).

Maka pikirkanlah diri-diri kalian, juga niat dan tujuan (ibadah) kalian. Dan janganlah seseorang merasa takjub atau bangga diri dengan amalan yang telah ia kerjakan, atau mengira bahwasannya ia telah menunaikan semua hak-hak Allah atasnya, bahkan sepantasnya dia menganggap dirinya masih penuh dengan kekurangan dan kelalaian dan terus merasa butuh di sisi Rabbnya 'Azza wa Jalla. 

Sungguh sebagian ulama Salaf dahulu berkata:

*"Seandainya aku mengetahui (dengan yakin) bahwasannya Allah menerima suatu amalan kebaikanku meskipun hanya sebesar biji sawi (yang sangat kecil), niscaya aku mengharap kematian."*

dan (ucapan) yang demikian karena rasa takutnya yang sangat besar terhadap Allah Subhanaahu wa Ta'ala. 


---
Penerjemah: Ustadz Abu Arkan hafizhahullah
Source: ukhuwah anak kuliah

----
https://t.me/grup_perindujannah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA