Bab I, Iman dan Amal Sholih bag 3.
Di bagian ke 3 ini kita sambung dengan contoh kisah-kisah yang menunjukkan pentingnya syukur dan sabar. Yaitu kisah dari 2 orang: Yang satu mendapat ni’mat atau musibah dengan syukur dan sabar, sehingga dia merasa senang dan suka cita. Pada yang sama, kesumpekan, keruwetan, kegundahan, perasaan sempit dada dan kesulitan hidup juga akan hilang, pada akhirnya ia bias mendapatkan kehidupan yang baik di dunia ini.
Adapun orang yang satu lagi, menyambut ni’mat dengan keangkuhan, menolak kebenaran dengan kedzaliman, sehingga moral dan tingkah lakunya melenceng. Dia sambut ni’mat itu dengan sikap seperti hewan, penuh tamak dan loba. Walaupun demikian, hatinya tetap tidak merasa tenang, bahkan terasa seperti dicabik-cabik dari segala penjuru. Dia khawatir jika apa yang dia ni’mati hilang, di khawatir akan banyaknya tantangan-tantangan yang timbul menghadangnya. Dia merasa cemas dan tenang. Karena hawa nafsu tidak akan berhenti pada batas tertentu, tapi senantiasa ingin mendapatkan yang lainnya lagi, yang barangkali ia bias raih, namun bias juga tidak. Kalau berhasil diraih, kekhawatiran-kekhawatiran yang pertama tadi (takut ni’mat hilang) akan memghampirinya. Dia juga menyambut musibah yang menghadangnya dengan keguncangan, kegundahan, rasa takut dan jengkel. Jika sudah demikian, jangan Tanya lagibagaimana dia akan ditimpa kesulitan hidup, ditimpa berbagai penyakit saraf dan perasaan takut yang mengkhawatirkan. Karena saat itu, dia tidak mengharapkan pahala dari Allah dan tidak pula memiliki kesabaran yang dapat menghibur dan meringankan penderitaannya.
Di kisah yang lain tentang kekufuran qarun
dan 2 orang dari Bani Israil.
وَلَئِنْ
أَذَقْنَٰهُ رَحْمَةً مِّنَّا مِنۢ بَعْدِ ضَرَّآءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ
هَٰذَا لِى
“Dan jika kami melimpahkan kepadanya sesuatu rahmat dari kami,
sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata “ini adalah hakku.”
(QS. Fushshilat: 50).
Dalam menafsirkan ayat ini Mujahid mengatakan: “ini adalah karena
jerih payahku, dan akulah yang berhak memilikinya.”
Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan: “ini adalah dari diriku sendiri”.
“(Qarun) berkata: sesungguhnya aku diberi harta kekayaan ini, tiada
lain karena ilmu yang ada padaku.” (QS. Al Qashash: 78).
Qotadah -dalam menafsirkan ayat ini- mengatakan: “Maksudnya: tercelanya qarun dan celakanya karena
perkataan qarun: karena ilmu pengetahuanku tentang cara cara berusaha”.
Ahli tafsir lainnya mengatakan: celakanya qarun karena ia berkata:
“Karena Allah mengetahui bahwa aku orang yang layak menerima harta kekayaan
itu”, dan inilah makna yang dimaksudkan oleh Mujahid: “aku diberi harta
kekayaan ini atas kemulianku”.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah
bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya ada tiga orang dari
bani Israil, yaitu: penderita penyakit kusta, orang berkepala botak, dan orang
buta. Kemudian Allah ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka
seorang malaikat.
Maka datanglah malaikat itu kepada
orang pertama yang menderita penyakit kusta dan bertanya kepadanya: “Apakah
sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab: “Rupa yang bagus, kulit yang
indah, dan penyakit yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari diriku”.
Maka diusaplah orang tersebut, dan
hilanglah penyakit itu, serta diberilah ia rupa yang bagus, kulit yang indah,
kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya: “Lalu kekayaan apa yang paling
kamu senangi?”, ia menjawab: “onta atau sapi”, maka diberilah ia seekor onta
yang sedang bunting, dan iapun didoakan: “Semoga Allah memberikan berkah-Nya
kepadamu dengan onta ini.
Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang kepalanya botak, dan
bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab: “Rambut yang indah, dan apa yang
menjijikkan di kepalaku ini hilang”, maka diusaplah kepalanya, dan seketika itu
hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut yang indah, kemudian malaikat
tadi bertanya lagi kepadanya: “Harta apakah yang kamu senangi?”. ia menjawab:
“sapi atau onta”, maka diberilah ia seekor sapi yang sedang bunting, seraya
didoakan: “Semoga Allah memberkahimu dengan sapi ini.”
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang buta, dan bertanya
kepadanya: “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab:
"Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat
melihat orang”, maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu dikembalikan oleh
Allah penglihatannya, kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya: “Harta
apakah yang paling kamu senangi?”, ia menjawab: “kambing”, maka diberilah ia
seekor kambing yang sedang bunting.
Lalu berkembang biaklah onta, sapi
dan kambing tersebut, sehingga yang pertama memiliki satu lembah onta, yang
kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.
Kemudian datanglah malaikat itu kepada orang yang sebelumnya
menderita penyakit kusta, dengan menyerupai dirinya di saat ia masih dalam
keadaan berpenyakit kusta, dan berkata kepadanya: “Aku seorang miskin, telah
terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini,
sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan
pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah
memberi anda rupa yang tampan, kulit yang indah, dan kekayaan yang banyak ini,
aku minta kepada anda satu ekor onta saja untuk bekal meneruskan perjalananku”,
tetapi permintaan ini ditolak dan dijawab: “Hak hak (tanggunganku) masih banyak”, kemudian malaikat tadi berkata
kepadanya: “Sepertinya aku pernah mengenal anda, bukankah anda ini dulu orang
yang menderita penyakit lepra, yang mana orangpun sangat jijik melihat anda,
lagi pula anda orang yang miskin, kemudian Allah memberikan kepada anda harta
kekayaan? Dia malah menjawab: “Harta kekayaan ini warisan dari nenek moyangku
yang mulia lagi terhormat”, maka malaikat tadi berkata kepadanya: “jika anda
berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan anda kepada keadaan anda
semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya berkepala
botak, dengan menyerupai dirinya di saat masih botak, dan berkata kepadanya
sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita penyakit lepra, serta
ditolaknya pula permintaannya sebagaimana ia ditolak oleh orang yang pertama.
Maka malaikat itu berkata: “jika anda berkata bohong niscaya Allah akan
mengembalikan anda seperti keadaan semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta,
dengan menyerupai keadaannya dulu di saat ia masih buta, dan berkata kepadanya:
“Aku adalah orang yang miskin, yang kehabisan bekal dalam perjalanan, dan telah
terputus segala jalan bagiku (untuk mencari rizki) dalam perjalananku ini,
sehingga aku tidak dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini, kecuali dengan
pertolongan Allah kemudian pertolongan anda. Demi Allah yang telah
mengembalikan penglihatan anda, aku minta seekor kambing saja untuk bekal
melanjutkan perjalananku”. Maka orang itu menjawab: “Sungguh aku dulunya buta,
lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang anda sukai, dan
tinggalkan apa yang tidak anda sukai. Demi Allah, saya tidak akan mempersulit
anda dengan mengembalikan sesuatu yang telah anda ambil karena Allah”. Maka
malaikat tadi berkata: “Tahanlah harta kekayaan anda, karena sesungguhnya
engkau ini hanya diuji oleh Allah, Allah telah ridha kepada anda, dan murka
kepada kedua teman anda.” ( HR. Bukhari dan Muslim ). Bersambung..
Sumber: Kitabut Tauhid dan Syarah Syaikh
Abdurrahaman bin Nashir AsSa’di
Komentar
Posting Komentar