Kajian Risalah Ramadhan 1
Segala puji bagi Allah, hanya
kepada-Nya kami memuji, meminta pertolongan dan memohon ampunan serta
bertaubat. Kami memohon perlindungan kepada-Nya dari kejahatan jiwa-jiwa kami
serta keburukan amalan-amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh
Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang
Ia sesatkan,
maka tiada satu pun juga yang dapat
memberikan petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak untuk
disembah kecuali hanya Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.
Seiring akan tibanya bulan Ramadhan yang penuh
barakah 1438 H dan perjalanan ibadah kita hingga pula meraih kemenangan dalam
idul Fitri akhir juni nanti. Bulletin Mutiara Arrisalah akan menyajikan kepada
ikhwatu iman beberapa hal penting yang berkaitan dengan bulan Ramadhan. Semoga
Allah menjadikan amal-amal kita senantiasa mendapat petunjuk pula diterima
disisiNya. Pula kita senantiasa member manfaat kepada para MakhluqNya.
Pembahasan pertama adalah mengenai fadhilah-fadhilah shaum
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183)
Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (Qs Albaqarah:
183)
Melalui ayat ini Allah ber-khitab
kepada orang-orang mukmin dari kalangan umat ini dan memerintahkan kepada
mereka berpuasa, yaitu menahan diri dari makan dan minum serta bersenggama
dengan niat yang ikhlas karena Allah.
Allah
menyebutkan, di samping mewajibkan atas umat ini, hai yang sama juga telah
diwajibkan atas orang-orang terdahulu sebelum mereka. Dari sanalah mereka
mendapat teladan. Maka, hendaknya mereka berusaha menjalankan kewajiban ini
secara lebih sempurna dibanding dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Tafsir
Ibnu Katsir, 11313.)
Lalu, Dia
memberikan alasan diwajibkannya puasa tersebut dengan menjelaskan manfaatnya
yang besar dan hikmahnya yang tinggi. Yaitu agar orang yang berpuasa
mempersiapkan diri untuk bertaqwa kepada Allah, Yakni dengan meninggalkan nafsu
dan kesenangan yang dibolehkan, semata-mata untuk mentaati perintah Allah dan
mengharapkan pahala di sisi-Nya. Agar orang beriman termasuk mereka yang
bertaqwa kepada Allah, taat kepada semua perintah-Nya serta menjauhi
larangan-larangan dan segala yang diharamkan-Nya. (Tafsir Ayaatul Ahkaam, oleh Muhammad
Ali Ash Shabuni, I/192.)
Banyak sekali ayat yang tegas dan muhkam (qath'i) dalam Kitabullah yang
mulia, memberikan anjuran untuk puasa sebagai sarana untuk taqarrub kepada
Allah 'Azza wa Jalla dan juga menjelaskan keutamaan-keutamaannya, seperti
firman Allah
{إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ
وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ
وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ
وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ
اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا
عَظِيمًا (35) }
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki
dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan ampunan dan pahala yang besar untuk mereka (Qs. AlAhzab: 35)
Di
dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah disebutkan:
«وَالصَّوْمُ زَكَاةُ البدن»
Puasa itu adalah zakat badan.
Dengan kata lain, puasa itu
membersihkan, menyucikan, dan mensterilkan tubuh dari berbagai macam campuran
yang buruk menurut biologis dan hukum syara'. Sa'id ibnu Jubair telah
mengatakan bahwa barang siapa yang puasa bulan Ramadhan dan tiga hari setiap
bulannya, maka ia termasuk apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam
firman-Nya: laki-laki dan perempuan yang berpuasa. (Al-Ahzab: 35).
Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh orang yang sudah kuat syahwatnya dan
belum mampu untuk menikah agar berpuasa, menjadikannya sebagai
wijaa'[memutuskan] bagi syahwat ini, karena puasa menahan kuatnya anggota badan
hingga bisa terkontrol, menenangkan seluruh anggota badan, serta seluruh
kekuatan (yang jelek) ditahan hingga bisa taat dan dibelenggu dengan belenggu
puasa. Telah jelas bahwa puasa memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam menjaga
anggota badan yang dhahir dan kekuatan bathin.
Puasa juga merupakan sarana yang ampuh untuk meredam nafsu
birahi, sebagaimana yang disebutkan oleh sabda Rasulullah Saw. yang mengatakan:
«يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ
مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ
لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ
وِجَاءٌ»
Hai golongan para pemuda, barang siapa di antara kalian yang
mampu menanggung biaya, hendaklah ia kawin, karena sesungguhnya dengan kawin
pandangan mata lebih terkendali dan kemaluan lebih terpelihara. Dan barang
siapa yang tidak mampu mengadakan biayanya, hendaklah ia berpuasa, karena
sesungguhnya puasa itu merupakan peredam baginya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
menjelaskan bahwa surga diliputi dengan perkara-perkara yang tidak disenangi,
dan neraka diliputi dengan syahwat. Jika telah jelas demikian -wahai muslim-
sesungguhnya puasa itu menghancurkan syahwat, mematahkan tajamnya syahwat yang
bisa mendekatkan seorang hamba ke neraka, puasa menghalangi orang yang puasa
dari neraka. Oleh karena itu banyak hadits yang menegaskan bahwa puasa adalah
benteng dari neraka, dan perisai yang menghalangi seseorang dari neraka.
Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya) : “Tidaklah seorang hamba yang puasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim" [Hadits Riwayat Bukhari 6/35, Muslim 1153 dari Abu Sa'id Al-Khudry, ini adalah lafadz Muslim. Sabda Rasulullah : "70 musim" yakni : perjalanan 70 tahun, demikian dikatakan dalam Fathul Bari 6/48].
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : “Puasa adalah perisai, seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka" [Hadits Riwayat Ahmad 3/241, 3/296 dari Jabir, Ahmad 4/22 dan Utsman bin Abil 'Ash. Ini adalah hadits yang shahih]. Bersambung ke 2 pekan berikutnya.
Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya) : “Tidaklah seorang hamba yang puasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim" [Hadits Riwayat Bukhari 6/35, Muslim 1153 dari Abu Sa'id Al-Khudry, ini adalah lafadz Muslim. Sabda Rasulullah : "70 musim" yakni : perjalanan 70 tahun, demikian dikatakan dalam Fathul Bari 6/48].
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : “Puasa adalah perisai, seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka" [Hadits Riwayat Ahmad 3/241, 3/296 dari Jabir, Ahmad 4/22 dan Utsman bin Abil 'Ash. Ini adalah hadits yang shahih]. Bersambung ke 2 pekan berikutnya.
Sumber: tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Ash
Shabuni, Kumpulan Artikel Ramadhan (Abu Hanif)
Komentar
Posting Komentar