Wasiat Beristiqamah setelah Ramadhan



Ikhwatu fillah, Tidak terasa, waktu begitu cepat berlalu, dan bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan dan keutamaan berlalu sudah.

Salah seorang ulama salaf berkata: “Barangsiapa yang tidak diampuni dosa-dosanya di bulan Ramadhan maka tidak akan diampuni dosa-dosanya di bulan-bulan lainnya” Latha-iful ma’aarif” (hal. 297)

Oleh karena itu, mohonlah dengan sungguh-sungguh kepada Allah Ta’ala agar Dia menerima amal kebaikan kita di bulan yang penuh berkah ini dan mengabulkan segala doa dan permohonan ampun kita kepada-Nya, sebagaimana sebelum datangnya bulan Ramadhan kita berdoa kepada-Nya agar Allah Ta’ala  mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan dalam keadaan hati kita kita dipenuhi dengan keimanan dan pengharapan akan ridha-Nya. Imam Mu’alla bin al-Fadhl berkata: “Dulunya (para salaf) berdoa kepada Allah Ta’ala (selama) enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya (selama) enam bulan (berikutnya) agar Dia menerima (amal-amal shalih) yang mereka (kerjakan)” “Latha-iful ma’aarif” (hal. 174).

Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi pernah ditanya tentang orang-orang yang (hanya) rajin dan sungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadhan, maka beliau menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan, (hamba Allah) yang shaleh adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah dalam setahun penuh.

Inilah makna istiqamah yang sesungguhnya dan inilah pertanda diterimanya amal shaleh seorang hamba. Imam Ibnu Rajab berkata: “Sesungguhnya Allah jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Dia akan memberi taufik kepada hamba-Nya tersebut untuk beramal shaleh setelahnya, sebagaimana ucapan salah seorang dari mereka (ulama salaf): Ganjaran perbuatan baik adalah (taufik dari Allah Ta’ala  untuk melakukan) perbuatan baik setelahnya. Maka barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan amal kebaikan lagi setelahnya, maka itu merupakan pertanda diterimanya amal kebaikannya yang pertama (oleh Allah Ta’ala), sebagaimana barangsiapa yang mengerjakan amal kebakan, lalu dia dia mengerjakan perbuatan buruk (setelahnya), maka itu merupakan pertanda tertolak dan tidak diterimanya amal kebaikan tersebut”.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Ta’ala  adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit, HSR al-Bukhari (no. 6099) dan Muslim (no. 783).
Ummul mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu’anha berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam jika mengerjakan suatu amal (kebaikan) maka beliau Shallallahu’alaihi Wasallam akan menetapinya” HSR Muslim (no. 746).

Inilah makna istiqamah setelah bulan Ramadhan, inilah tanda diterimanya amal-amal kebaikan kita di bulan yang berkah itu, maka silahkan menilai diri kita sendiri, apakah kita termasuk orang-orang yang beruntung dan diterima amal kebaikannya atau malah sebaliknya.

Kaum muslimin telah berpisah dengan suatu masa yang agung dan utama. Suatu masa yang hati-hati manusia begitu mudah untuk melakukan ketaatan. Suatu masa dimana orang-orang berlomba-lomba melakukan berbagai bentuk amalan shaleh. Waktu dimana orang-orang begitu termotivasi untuk mekhatamkan bacaan Alquran-nya, menghilangkan kesusahan yang ada pada janda-janda miskin dan anak-anak yatim. Itulah waktu dimana dua amalan utama puasa dan shalat saling beriringan. Itulah musim semi amalan ketaatan yang Allah mudahkan bagi siapa yang Dia kehendaki. Alangkah banyak perbendaharaan di bulan itu. Langkah besar keuntungan dari perniagaannya. Dan alangkah baiknya harta yang ia simpan.

Sesungguhnya termasuk tanda diterimanya suatu amalan ketaatan yang kita lakukan adalah kita merasa mudah melakukan ketaatan setelahnya. Kebaikan itu akan mengajak saudaranya yaitu kebaikan jenis lainnya. Para ulama rahimahumullah mengatakan, “Sesungguhnya tanda diterimanya puasa dan shalat seseorang di bulan Ramadhan adalah ia merasakan ketenangan, syukur kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala, dan mudah melakukan ibadah lainnya yang Allah ‘Azza wa Jalla perintahkan. Jika keadaan keadaan seseorang demikian, maka itulah tanda diterimanya amalannya”.

Adapun jika keadaan seseorang setelah Ramadhan berubah dari ketaatan menjadi menyia-nyiakan ketaatan dan mengerjakan kemaksiatan dan dosa, maka yang demikian bukanlah tanda kebaikan. Salah seorang salam dahulu, ketika diceritakan keadaan sebagian orang yang bersungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadhan, namun setelah Ramadhan berlalu ia berhenti beramal dan malas, ulama tersebut mengatakan,
“Mereka adalah sejelek-jelek orang, karena mereka tidak mengenal Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan”.

Marilah kita memuhasabah diri kita, menimbang amalan kita, dan merenungkan keadaan kita. berlalunya bulan Ramadhan memang membuat kita sedih. Karena kita hidup di dalam ruang waktu yang terbatas. Apabila waktu kita berakhir, selesai sudah umur kita di dunia.

Karena itu, berlalunya bulan demi bulan dan tahun demi tahun sebagai nasihat dan pengingat seorang mukmin. Karena hari-hari, bulan-bulan, dan tahun-tahun yang kita lewati adalah bagian dari umur kita. Umur kita berkurang seiring dengan bertambahnya bulan dan tahun yang kita lewati. Hari, bulan, dan tahun yang kita habiskan semakin mendekatkan kita pada ajal kita.

Oleh karena itu, hendaknya kita merenung dan berpikir, terus memuhasabah diri dan menimbang amal. Periksalah amalan kita sebelum nanti Allah yang memeriksa. Timbang-timbanglah sebelum nanti ditimbang di hari kiamat. Hari ini, adalah masa-masa beramal tanpa ada hisab perhitungan dan kiamat kelak adalah hisab perhitungan tanpa adanya amalan.

 Muslim sejati adalah muslim yang  tidak mengenal batasan akhir untuk beramal saleh selain kematian.Jangan remehkan ketaatan meski sederhana, jauhi segala kemaksiatan sebagaimana yang dilakukan pada bulan Ramadhan. Sadari bahwa dunia ini adalah ladang untuk kehidupan akhirat. Barang siapa yang menanam kebaikan maka dia akan memanen kebaikan, dan siapa saja yang menanam keburukan maka dia akan memanen keburukan pula.

sumber: Buku Andaikan Ramadhan ini terakhirmu, Muslim.or.id dan khutbahjumat.com
 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA