Hasbunallah Wa Ni’mal Wakiil bag 3
Segala puji dan syukur patut kita panjatkan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Pula atas Keagungan, Rahmat, Hidayah serta Inayahnya. “Hasbunallah wa ni’mal wakiil” adalah tempat perlindungan seorang hamba tatkala
dalam kondisi krisis yang parah, dalam kondisi yang sangat genting. Perkataan
ini lebih kuat daripada kekuatan materi dan sebab-sebab duniawi. Perkataan ini
adalah tempat bertumpu seorang muslim tatkala hartanya direbut, tatkala ia tak
mampu untuk meraih haknya, tatkala sedikit pendukungnya, perkataan ini adalah
penghiburnya tatkala musibah menerpa, bentengnya tatkala genting, yaitu tatkala
ia mengucapkan perkataan ini dengan keyakinan yang kuat, karena ia meyakini
bahwasanya “Laa haula wa laa quwwata illa billah” (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah).
Maka jika seorang
hamba ditimpa kesulitan, diliputi oleh musibah lalu ia berkata “Hasbiyallahu wa
ni’mal wakiil” (cukuplah Allah penolongku dan sebaik-baik sandaran) maka
hatinya akan terkosongkan dari segala sesuatu kecuali Allah semata. Maka hal
ini akan menjadikan seorang yang tertimpa musibah dan ujjian akan merasa dalam
relung hatinya adanya keyakinan bahwasanya segala perkara di tangan Allah.
Nabi Ya’qub
‘alaihis salam berkata,
“Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku
mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS. Yusuf : 86). Justru semakin
menambah keimanan mereka (Nabi dan para sahabat)
“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia
(yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka
mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Ali Imron: 174).
Tatkala mereka
menyerahkan urusan mereka kepada Allah dan menyandarkan hati mereka kepadaNya,
maka Allah memberikan kepada mereka balasan berupa empat perkara, (1)
kenikmatan, (2) karunia, (3) dihindarkan dari keburukan, (4) dan mengikuti
keridhoan Allah, maka mereka ridho kepada Allah dan Allah pun ridho kepada
mereka.
Yang dimaksud
dengan menyerahkan urusan kepada Allah yaitu setelah berusaha dan berikhiyar,
maka tidaklah mereka mencari kesembuhan kecuali dari-Nya, tidaklah mereka
mencari kecukupan kecuali dari-Nya, tidaklah mereka kemuliaan kecuali darinya,
maka seluruh perkara bergantung kepada Allah, mengharap dari-Nya.
Dan inilah doa
yang dengan doa tersebut Allah menjaga kehormatan Aisyah –semoga Allah
meridoinya-, tatkala ia naik tunggangannya ia berkata, “Hasbiyallahu wa ni’mal
wakiil” (cukuplah Allah bagiku dan sebaik-baik Sandaran).
“Hasbunallahu
wani’mal wakiil” adalah doanya orang-orang yang kuat, dan bukan doanya
orang-orang yang lemah, doanya orang-orang yang kuat hati mereka, tidak
terpengaruh oleh dugaan-dugaan, tidak diganggu oleh kejadian-kejadian, tidak
terkontaminasi oleh kelemahan dan ketakutan, karena mereka mengetahui
bahwasanya Allah telah menjamin orang yang bertawakal kepadanya dengan jaminan
penjagaan yang sempurna. Maka ia yakin kepada Allah, tenang percaya dengan
janji Allah, maka sirnalah kesedihannya, hilanglah kegelisahannya, kesulitan
pun berganti menjadi kemudahan, kesedihan menjadi kegembiraan, dan ketakutan
menjadi ketenteraman.
“Hasbunallahu
wani’mal wakiil” adalah senjata seorang dai yang menyeru kepada jalan Allah.
Seorang mukmin yang benar tegar tidak tergoyahkan oleh goncangan-goncangan, ia
tetap melangkah, memurnikan tawakalnya, dan baginya ganjaran yang besar. Allah
berfirman :
“Jika mereka
berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada
Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang
memiliki ‘Arsy yang agung”. (QS. At-Taubah: 129)
.
Mereka yang
menyampaikan agama Allah, mereka mengetahui bahwasanya Allah adalah penolong
mereka, maka merekapun takut kepada Allah dan tidak peduli dengan orang-orang
yang menghalangi, mereka yakin bahwasanya mereka di atas kebenaran, bahwasanya
agama mereka benar, mereka menempuh jalannya para nabi dengan penuh kelembutan
dan hikmah.
“Hasbunallah
wani’mal wakiil” adalah doa rido terhadap taqdir Allah. Allah berfirman,
“Dan di antara
mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi
sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi
sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah. Jikalau
mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya
kepada mereka, dan berkata: “Cukuplah Allah bagi Kami, Allah akan memberikan
sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, Sesungguhnya Kami
adalah orang-orang yang berharap kepada Allah,” (tentulah yang demikian itu
lebih baik bagi mereka).” (QS. At-Taubah: 58-59).
Seandainya
seorang muslim menerima keputusan Allah, rido dengan hikmah-Nya maka lebih baik
dan agung baginya. Ini merupakan adab jiwa, adab lisan, dan adab iman. Ridho
dengan pembagian Allah, rido dengan sikap pasrah dan menerima, bukan ridho
terpaksa. Maka cukupkanlah diri dengan Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
untuk hambaNya. Dan mencukupkan diri dengan Allah merupakan sikap seorang
muslim tatkala miskin dan tatkala memberi, tatkala menolak dan tatkala
mengambil, dalam kondisi senang dan susah.
. (Karena bulan juni ramadhan, maka sambungan tema ini ditulis bulan
agustus)
Diterjemahkan dari khotbah
Syaikh Abdul Bari bin ‘Iwadh ats-Tsubaiti
(Imam dan khotib Masjid Nabawi)
Oleh Ustadz
Firanda Andrija
Edit bahasa oleh
tim khotbahjumat.com
Komentar
Posting Komentar