Mutiara Hikmah

Seorang yang berakhlaq tinggi, berbudi luhur, bukanlah berarti ia telah membuang sifat marahnya, akan tetapi mereka marah dibawah pimpinan akal sehatnya yang didasari agama. Ia dapat memperhitungkan dan mempertimbangkan mana yang merugikan dan mana yang menguntungkan! Pemberang atau pemarah yang takabur, darahnya mudah naik, emosinya cepat terpancing sehingga akalnya tertutup, lidah dan anggota badannya yang lain, diperalat oleh hawa nafsunya itu, ia diperalat syetan, ia mengucapkan kata-kata yang melanggar kesopanan dan etika, ia melakukan kekejaman, yang mengakibatkan penyesalan dan permusuhan. Sebaliknya pemarah yang penakut dan pengecut ia tidak mempunyai keberanian, mukanya pucat, anggota badannya lemah tak berdaya, darahnya berkumpul di jantungnya, mengalir keringat dingin, gemetar seluruh tubuhnya, yang mengakibatkan kesehatan jasmaninya terganggu.
Sedangkan orang yang berjiwa dan bersifat ragu-ragu serta plin-plan, hanya mempunyai setengah dari keberanian, biasanya ia tidak menunjukan muka yang berubah, sekalipun darahnya naik turun, ia mencari jalan untuk berdamai, ia enggan dan malas untuk besikap terus terang, terbuka dan bersikap tegas, tidak menunjukan ketegasan sikapnya, tidak dapat mengambil sikap dan menetapkan satu keputusan yang tentu dan pasti! Oleh karena itu Imam Syafi'i Rahimahullah menyatakan bahwa,
"ORANG YANG DIGANGGU DAN TIDAK DAPAT MARAH DENGAN LAZIMNYA (LAYAKNYA), IA ITU BUKANLAH MANUSIA, TAPI IA ITU ADALAH KELEDAI !"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA