qudwah dalam qiyamul Lail
2⃣ Salaf dalam qiyamul lail
Qiyamullail adalah shalat sunnah yang paling afdhal, ia adalah tradisi orang-orang saleh dari kalangan salaf hingga hari ini, mereka menghidupkan waktu malamnya untuk bermunajat kepada Allah. Di bulan Ramadhan, ibadah ini semarak dilakukan oleh umat Islam. Tampak masjid-masjid di seluruh dunia, utamanya di dunia Islam ramai dengan jamaah. Hanya disayangkan, semangat melaksanakan sunnah ini hanya di malam-malam awal dari Ramadhan, kemudian kendur di pertengahan hingga akhir Ramadhan.
Sehingga fenomena yang kita saksikan, masjid-masjid mulai sepi di malam malam terakhir. Di sisi lain yang juga menyedihkan bahwa mayoritas orang menjalankan ibadah ini hanya sekedar tradisi sehingga tidak memperhatikan kualitasnya. Shalat tarawih yang jumlah rakaatnya sebelas hingga dua puluh tiga, bahkan ada yang melaksanakan lebih dari itu, dituntaskan hanya dalam beberapa menit saja. Akibatnya, khusyuk dan tumakninah yang menjadi ruh dari shalat tarawih tidak terealisasi dengan baik atau mungkin sama sekali tidak tercapai.
Bandingkan dengan shalat tarawih para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saib bin Yazid berkata: "Umar bin Khaththab memerintahkan Ubai bin Ka'ab dan Tamim ad-Dari untuk menjadi imam (dalam shalat tarawih) sebanyak sebelas rakaat. Dan imam pada saat itu membaca ayat-ayat yang berjumlah ratusan (dalam setiap rakaat) sampai-sampai kami bertumpu pada tongkat saking lamanya berdiri, dan kami baru selesai dari shalat ketika mendekati waktu fajar." [Sunan Al-Baihaqi, 2/698].
Diriwayatkan bahwa Utsman bin 'Affan radhiyallahu ‘anhu pernah shalat malam dan mengkhatamkan al-Quran dalam satu rakaat [Sunan AlBaihaqi, 2/396].
Pada masa khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau menginstruksikan kepada imam-imam shalat tarawih, bagi imam yang cara membacanya cepat untuk membaca sekitar tiga puluh ayat setiap rakaatnya, dan yang bacaannya sedang untuk membaca sekitar dua puluh lima ayat setiap rakaatnya dan yang bacaannya lambat untuk membaca sekitar dua puluh ayat setiap rakaatnya [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 2/392].
Kendati demikian, imam shalat juga hendaknya memperhatikan kondisi jamaah yang shalat di belakangnya, tidak terlalu panjang dalam bacaan shalat agar mereka tidak meninggalkan shalat tarawih hanya gara-gara shalat yang memberatkannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun tidak menetapkan jumlah tertentu dalam membaca ayat-ayat al-Quran dalam shalat tarawih. Hanya saja, alangkah baiknya jika selama Ramadhan imam dapat mengkhatamkan al-Quran dalam shalat tarawih agar jamaah mendengarkan seluruh isi al-Quran dalam bulan yang mulia ini.
๐ Dari Buku Andaikan Ramadhan ini terakhirmu
Komentar
Posting Komentar