qudwah dalam ramadhan
📚 Kondisi Salaf di Bulan Ramadhan
📝 Pendahuluan
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, banyak peluang untuk menuai manfaat ukhrawi maupun duniawi. Di bulan Ramadhan pahala amalan dilipatgandakan yang menjadi motivasi memperbanyak amalan saleh, pintu maghfirah (pengampunan) terbuka lebar bagi orang-orang yang ingin bertaubat dan menghapus dosa-dosa, momentum tepat untuk menjalin hubungan sosial dengan keluarga, kerabat dan umat Islam secara umum melalui ibadah puasa dan keistimewaan-keistimewaan lain yang terdapat dalam bulan mulia ini. Hal itu dipahami dengan baik oleh para assalafush shaleh (pendahulu) kita dari kalangan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tabi'in, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka, sehingga mereka benar-benar memanfaatkan kesempatan emas itu untuk memperbanyak amalan ibadah dan bersungguh-sungguh melaksanakannya. Hal itu tidak mengherankan, karena pemimpin mereka dan panutan mereka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan mereka contoh terbaik dalam memanfaatkan bulan suci Ramadhan.
Ibnul Qayyim menggambarkan bagaimana kondisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadhan, beliau berkata: "Kegiatan beliau di bulan Ramadhan: memperbanyak bentuk-bentuk ibadah, malaikat Jibril tadarusan al-Quran bersama beliau di bulan Ramadhan, jika malaikat Jibril datang menjumpainya, beliau semakin dermawan dengan kebaikan, lebih dari angin yang berhembus, dan beliau adalah orang yang sangat dermawan, dan semakin dermawan di bulan Ramadhan, beliau memperbanyak sedekah di dalamnya, berbuat baik kepada orang lain, memperbanyak membaca al-Quran, shalat, zikir dan i'tikaf. Beliau mengkhususkan beberapa bentuk ibadah di bulan Ramadhan yang tidak dilakukan di bulan-bulan lain, sampai-sampai beliau sering menyambung puasa tanpa berbuka (wishal) agar waktu malam dan siangnya semakin banyak untuk konsentrasi melaksanakan ibadah." [ Shahih. dalam Zadul Ma'ad, 2/32].
1⃣ Salaf bersama al-Quran
Ramadhan adalah bulan al-Quran, karena ia diturunkan di bulan Ramadhan, "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran." [QS. Al-Baqarah: 185], dan di bulan Ramadhan umat Islam memperbanyak membaca al-Quran.
Perhatian kaum salaf terhadap al-Quran di bulan Ramadhan sangat menakjubkan, hari-hari mereka dipenuhi dengan membaca al-Quran. Mereka meninggalkan kesibukan-kesibukan lain yang merupakan rutinitasnya untuk fokus kepada al-Quran. Tidak heran jika mereka dapat mengkhatamkan al-Quran dalam bulan Ramadhan hingga berkali-kali. Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu mengkhatamkan al-Quran setiap tiga hari di bulan Ramadhan, dan setiap tujuh hari di luar bulan Ramadhan. Ubai bin Ka'ab radhiyallahu ‘anhu khatam setiap delapan hari, dan Tamim ad-Dari radhiyallahu ‘anhu khatam setiap tujuh hari [Sunan Al-Baihaqi, 2/555]
Aswad bin Yazid khatam al-Quran di bulan Ramadhan setiap dua malam, beliau hanya tidur antara Magrib dan Isya, dan di luar Ramadhan beliau mengkhatamkan al-Quran setiap enam malam [Siyar A'lam An-Nubala, 4/51]. Dan Said bin Jubair khatam setiap dua malam di bulan Ramadhan [Siyar, 4/325] .
Tidak hanya dari kalangan ulama yang memiliki tradisi seperti itu, bahkan dikisahkan bahwa Sang Khalifah Walid bin Abdul Malik khatam al-Quran setiap tiga malam, dan beliau dapat mengkhatamkan al-Quran tiga belas kali dalam bulan Ramadhan [Siyar, 4/347]. Yang lebih menakjubkan lagi adalah Imam Syafi'i, beliau dapat khatam al-Quran sebanyak enam puluh kali dalam bulan Ramadhan. Murid beliau, Rabi' bin Sulaiman berkata: "Imam Syafi'i khatam Al-Quran sebanyak tiga puluh kali dalam sebulan, dan di bulan Ramadhan sebanyak enam puluh kali, itu selain yang beliau baca di dalam shalat." [Tarikh Dimasyq, 51/393]. Semua ini menunjukkan bahwa mereka sangat dekat dan perhatian terhadap al-Quran di bulan Ramadhan, namun tidak berarti bahwa target utama dalam membaca al-Quran adalah kuantitas bacaan saja, tapi juga harus dibarengi dengan pemahaman dan tadabbur (penghayatan) terhadap ayat-ayatnya, oleh karena itu terdapat larangan untuk mengkhatamkan al-Quran kurang dari tiga hari karena bagi orang awam sangat sulit untuk memahami bacaan al-Quran jika tidak dibaca dengan perlahan-lahan dengan disertai tadabbur.
Ibnu Rajab berusaha mengompromikan antara hadits yang melarang khatam kurang dari tiga hari dengan tradisi sebagian salaf yang khatam kurang dari tiga hari, beliau berkata: "Larangan mengkhatamkan al-Quran kurang dari tiga hari tertuju bagi orang yang membiasakan hal itu. Adapun pada waktu-waktu yang utama seperti bulan Ramadhan, terkhusus lagi pada malammalam yang diperkirakan sebagai Lailatul Qadr, atau di tempattempat yang utama, seperti Mekkah bagi selain ahli Mekkah, maka dianjurkan agar memperbanyak membaca al-Quran, supaya mendapat keutamaan pada waktu dan tempat tersebut." [Lathaif Al-Ma'arif/183].
Atau mungkin saja mereka-mereka itu mampu membaca disertai dengan tadabbur dalam waktu singkat, dan hal itu mudah bagi mereka yang jiwanya sudah menyatu dengan alQuran dan telah menguasai tafsirnya dengan sempurna.
📖 Dari Buku Andaikan Ramadhan ini terakhirmu
Komentar
Posting Komentar