IQAMAH


📚 Pelajaran Fiqih

📖

Pengertian  dan Hukum Iqamah

secara  istilah  maknanya  adalah  pemberitahuan atau  seruan  bahwa  sholat  akan  segera  didirikan dengan  menyebut  lafazh-lafazh  khusus.   Hukum  iqamah  sama  dengan  hukum  adzan,  yaitu  fardu kifayah.  Dan  hukum  ini juga  tidak  berlaku  untuk wanita.  

Keutamaan  Iqamah

 "Sesungguhnya  Rasulullah  Shallallahu  'alaihi  wa  sallam  bersabda,”Jika  dikumandangkan  adzan  untuk shalat,  maka  setan  lari  dan  ia  memiliki  suara  kentut  sampai  ia  tidak  mendengar  adzan.  Jika  selesai  adzan, maka  ia  datang  kembali,  sampai  jika  diiqamatkan  untuk  shalat,  maka  ia  akan  lari  lagi  sehingga  selesai  At Tatswib  (iqamat),  maka  ia  datang  kembali  sehingga  membisikkan  (mengganggu) antara  seseorang  dengan hatinya;  setan  berkata,”Ingatlah  ini  dan  itu,”  untuk  sesuatu  yang  belum  pernah  ia  ingat  sebelumnya, sehingga  seseorang  itu  berada  dalam  keadan  tidak  tahu  jumlah  rakaat  shalatnya.”  [HR  al  Bukhari,  kitab  al Adzan]

Lafadz Iqamah yang Shahih Ada  dua  cara  iqamah  [Lihat  Shahih  Fiqh  Sunnah,  cetakan  Darut  Taufiqqiyyah  Litturotsi,  Jilid  I,  halaman 254,  karya  Syaikh  Kamal bin  As Sayid  Salim]:

- Pertama,  Dengan  sebelas  kalimat  [Berdasarkan  hadits  hasan  yang  diriwayatkan  oleh  Abu  Daud  (499),  At Tirmidzi (189), Ibnu  Majah  (706),  dan  lain-lain.],  yaitu  sebagaimana yang kita dengar dan kita praktekan, hanya saja ada silang pendapat. Ada yang mengucapkan takbir 2x (riwayat Abdullah bin Zaid), ada yang mengucapkan takbirnya 1x.

bahwa ucapan Takbir : Allahu Akbar Allahu Akbar = 1 kalimat. Maka ketika azan, takbir dibaca : Allahu Akbar Allahu Akbar...Allahu Akbar Allahu Akbar = 2 kalimat. lalu AsyHadu An laa ilaaha illallah....AsyHadu An laa ilaaha illallah = 2 kalimat itu menunjukkan bahwa azan itu genap (diucapkan 2x).
Dan iqomah diucapkan ganjil (1x) yaitu Allahu Akbar Allahu Akbar = 1 kalimat Asyhadu An laa ilaaha illallah = 1 kalimat.
Dari hadist riwayat Bukhari-Muslim ada perintah mengganjilkan iqomat sedangkan hadits riwayat Abu Dawud, Tirmidzi tsb lafadz takbirnya 2 kali. Kita tahu lafadz Azan untuk takbir adalah sbb:
Allohu Akbar Allohu Akbar (2x) AsyHadu An laa ilaaha illallah 2x .... dst. Nah jika lafadz azan ini diganjilkan maka menjadi seperti ini Allohu Akbar Allohu Akbar 1x, AsyHadu An laa ilaaha illallah 1x .... dst Jadilah lafadz iqamat.
Maka kita akan tahu bahwa dua hadits itu tidak bertentangan. Seperti fatwanya Syaikh Al Bani, tidak mungkin ada dua dalil shohih yang bertentangan. Hanya saja kita yang belum mengetahui hakikat dibaliknya.

Sebagai tambahan juga, dalam Hadits Bukhari dan Muslim yang memerintahkan Bilal untuk menggenapkan azan dan mengganjilkan iqomat adalah hadits mujmal (global) yang masih memerlukan penjelasan rinci.

Kemudian telah datang hadits shahih dari Abdullah bin Zaid yang diriwayatkan Abu Dawud, Tirmidzi, dll yang dengan tegas menyebutkan lafaz iqomat:
Allohu Akbar Allohu Akbar
AsyHadu An laa ilaaha illallah
.......
Allohu Akbar Allohu Akbar
Laa ilaaha illallah
Lengkapnya silahkan lihat Kitab al-Masaail jilid 6 (karya Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat)

Namun, ada juga yang berpendapat tahqiq takbir 1x dalam iqamah. Berdasarkan dalil:

ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ ﻗَﺎﻝَ ﺃُﻣِﺮَ ﺑِﻼَﻝٌ ﺃَﻥْ ﻳَﺸْﻔَﻊَ ﺍﻷَﺫَﺍﻥَ ﻭَﺃَﻥْ ﻳُﻮﺗِﺮَ ﺍﻹِﻗَﺎﻣَﺔَ ﺇِﻻَّ ﺍﻹِﻗَﺎﻣَﺔَ . ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ
Dari Anas, ia berkata,"Bilal di perintah untuk menggenapkan azan dan mengganjilkan iqamah kecuali iqamah (qad qamatish-shalah)" HR. Al-Bukhari, I: 220
ﺑَﺎﺏُ ﺍﻹِﻗَﺎﻣَﺔِ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً ﺇِﻻَّ ﻗَﻮْﻟَﻪُ ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ . ﻓﺘﺢ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ 83 :2 .
Bab iqamah satu kali kecuali kata-kata – qad qamatish-shalah – Fathul bari, II : 83.

ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻷَﺫَﺍﻥُ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﻬْﺪِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻣَﺮَّﺗَﻴْﻦِ ﻣَﺮَّﺗَﻴْﻦِ ﻭَﺍﻹِﻗَﺎﻣَﺔُ ﻣَﺮَّﺓً ﻣَﺮَّﺓً ﻏَﻴْﺮَ ﺃَﻧَّﻪُ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺳَﻤِﻌْﻨَﺎ ﺍﻹِﻗَﺎﻣَﺔَ ﺗَﻮَﺿَّﺄْﻧَﺎ ﺛُﻢَّ ﺧَﺮَﺟْﻨَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓِ . ﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ
Dari Ibnu Umar, ia berkata,"Hanyalah azan itu pada masa Rasulullah dua kali-dua kali dan iqamah sekali-sekali sanya saja ia mengucapkan," qad qamatish-shalah- qad qamatish-shalah. Apabila kami mendengar iqamah, kami berwudhu kemudian keluar untuk salat." HR. Musnad Ahmad, II : 85, Abu Daud, I : 141, Mushanaf Ibnu Abu Syaibah, Sahih Ibnu Khuzaimah, I : 193, Sahih Ibnu Hiban, IV : 565. Al-Hakim, I : 312, Sunan Ad-Darmi, I : 290.

ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ ﻗَﺎﻝَ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻷَﺫَﺍﻥُ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﻬْﺪِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻣَﺜْﻨَﻰ ﻣَﺜْﻨَﻰ ﻭَﺍﻟِﺈﻗَﺎﻣَﺔَ ﻣَﺮَّﺓً ﻣَﺮَّﺓً ﺇِﻻَّ ﺃَﻧَّﻚَ ﺗَﻘُﻮﻝُ ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ
Dari Ibnu Umar, ia berkata,"Hanyalah azan itu pada masa Rasulullah saw. dua kali-dua kali dan iqamah sekali-sekali sanyasaja ia mengucapkan," qad qamatish-shalah- qad qamatish-shalah. Sunan An-Nasai, I : 203.

ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍِﺑْﻦ ﻋَﺒْﺪ ﺍﻟْﺒَﺮِّ : ﺫَﻫَﺐَ ﺃَﺣْﻤَﺪ ﻭَﺇِﺳْﺤَﺎﻕ ﻭَﺩَﺍﻭُﺩُ ﻭَﺍﺑْﻦ ﺟَﺮِﻳﺮ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺍﻻﺧْﺘِﻼَﻑ ﺍﻟْﻤُﺒَﺎﺡ ، ﻓَﺈِﻥْ ﺭَﺑَّﻊَ ﺍﻟﺘَّﻜْﺒِﻴﺮ ﺍﻷَﻭَّﻝ ﻓِﻲ ﺍﻷَﺫَﺍﻥ ، ﺃَﻭْ ﺛَﻨَّﺎﻩُ ، ﺃَﻭْ ﺭَﺟَّﻊَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﺸَﻬُّﺪ ﺃَﻭْ ﻟَﻢْ ﻳُﺮَﺟِّﻊْ ، ﺃَﻭْ ﺛَﻨَّﻰ ﺍﻹِﻗَﺎﻣَﺔ ﺃَﻭْ ﺃَﻓْﺮَﺩَﻫَﺎ ﻛُﻠّﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺇِﻻَّ " ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖْ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓ " ﻓَﺎﻟْﺠَﻤِﻴﻊ ﺟَﺎﺋِﺰ . ﻓﺘﺢ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ 48 :2 .
Ibnu Abdul bar berkata,"Ahmad, Ishaq, Daud. Ibnu Jarir berpendapat bahwa perbedaan itu mubah (diperbolehkan). Jika takbir pertama empat kali pada azan, atau mendua-duakannya. Atau diulang pada tasyahud atau tidak diulang, atau men-dua kalikan iqamah atau satu saja semuanya, atau kecuali qad qamatish-shalah" Semuanya diperbolehkan." Fathul bari, II 48)

Lengkapnya bacaan iqamah dari riwayat Abdullah bin Zaid:


ﺍَﻟﻠﻪُ ﺍَﻛْﺒَﺮ ، ﺍَﻟﻠﻪُ ﺍَﻛْﺒَﺮ
ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺍَﻥْ ﻻَ ﺍِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّﺍﻟﻠﻪُ
ﺍَﺷْﻬَﺪُ ﺍَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ
ﺣَﻲَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓِ
ﺣَﻲَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻔَﻼَﺡِ
ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ، ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ
ﺍَﻟﻠﻪُ ﺍَﻛْﺒَﺮ ، ﺍَﻟﻠﻪُ ﺍَﻛْﺒَﺮ
ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّﺍﻟﻠﻪ

Kedua,  Dengan  tujuh  belas  kalimat  [Hal  ini  berdasarkan  sebuah  hadits  hasan  dari  Sahabat  Abi Mahdzurah  yang  diriwayatkan  oleh  Abu  Dawud  (500-503),  At  Tirmidzi  (192),  Ibnu  Majah  (709),  dan  An Nasa‟i  (II/4)],  yaitu  :
ﺍَﻟﻠﻪُ ﺍَﻛْﺒَﺮ ، ﺍَﻟﻠﻪُ ﺍَﻛْﺒَﺮ2x
ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺍَﻥْ ﻻَ ﺍِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّﺍﻟﻠﻪُ2x
ﺍَﺷْﻬَﺪُ ﺍَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ2x
ﺣَﻲَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓ2xِ
ﺣَﻲَّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻔَﻼَﺡ2xِ
ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ، ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ
ﺍَﻟﻠﻪُ ﺍَﻛْﺒَﺮ ، ﺍَﻟﻠﻪُ ﺍَﻛْﺒَﺮ
ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّﺍﻟﻠﻪ


Apakah  yang  Melaksanakan Iqamah   Harus  Orang  yang  Mengumandangkan  Adzan?

Sebagian  besar  ulama mengatakan  hukumnya  adalah  hanya  anjuran  dan  tidak  wajib,  sebagaimana kebiasaan  Sahabat  Bilal,  beliau  yang  adzan  beliau  pula  yang  iqamah.  Dan  boleh  hukumnya  jika  yang adzan  dan  iqamah  berbeda.  [Lihat  Shahih  Fiqh  Sunnah,  cetakan  Darut  Taufiqqiyyah  Litturotsi,  Jilid  I, halaman  255,  karya  Syaikh  Kamal bin  As Sayid  Salim.]

Alhamdulillah dengan izin Allah kami telah menyelesaikan Pelajaran Fiqih Adzan dan Iqamah.
In syaa Allah selanjutnya kita akan membahas mengenai Fiqih Thaharah.

Baarakallahu fiikum

🔎 t.me/mutiaraArrisalah, risalah12.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA