KISAH DUA RASUL MULIA

Nabi Ibrahim teramat mencintai putranya, yang bertahun-tahun kelahirannya dinantikan. Maka Allah menguji sang Nabi dengan apa yang berkaitan kepada putranya tersebut. Turunlah perintah untuk mengorbankan Nabi Ismail tercinta.

Seperti telah diduga, Nabi Ibrahim adalah kekasih Allah sejati. Ia tidak ragu melaksanakan perintah Allah itu, dengan demikian luluslah ia sebagai hamba pilihan. Dan Allah mengembalikan kembali putra yang dicinta, karena sejak mula Allah hanya ingin menguji.

وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ. إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ

Dan Kami memanggilnya, “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”

(Surat Ash-Shaaffaat: 104-106)

Jauh sebelum kisah ini, Nabi pertama yang diutus oleh Allah diuji dengan apa yang berkaitan dengan istrinya. Dialah Nabi Adam, yang begitu mencintai Ibunda Hawa sebagai satu-satunya pelipur lara saat masih di negeri surga.

Maka ketika menapakkan kaki di bumi, Allah pisahkan Nabi Adam dengan Ibunda Hawa sejauh jarak timur dengan barat.

Terbukti ujian ini diterima dengan dada yang lapang, maka luluslah Nabi Adam sebagai hamba pilihan. Sehingga Allah pertemukan kembali keduanya di Jabal Rahmah, karena dari awal Allah memang hanya bermaksud menguji.

Mengapa Nabi Ibrahim diuji dengan anak, sedang Nabi Adam diuji dengan istri? Karena masing-masing adalah kelemahannya. Ketahuilah ujian Allah akan menyasar pada titik paling lemah, untuk membuktikan bahwa sang hamba benar-benar pantas untuk lulus dan meraih ridha-Nya.

Demikianlah nasihat tak ternilai dari KH. Rahmah Abdullah, di mana beliau berpesan,

"Setiap kita akan senantiasa diuji oleh Allah  pada titik-titik kelemahan kita."

Maka duduklah dengan tenang, mari kita berpikir dengan jernih dalam hati. Jangan-jangan kita begitu mencintai harta. Boleh jadi kekayaan teramat menjadi pelipur lara bagi diri ini.

Pantas saja Allah menguji kita dengan kekurangan harta. Seolah-olah antara diri kita dengan kesuksesan terpisah sejauh jarak timur dengan barat. Apapun yang kita usahakan tidak pernah sukses.

Jika ini yang terjadi, tak ada jalan lain kecuali dengan belajar melepaskan. Sungguh-sungguhlah untuk mengeluarkan kecintaan berlebihan kepada harta yang menjadi penyebab kita melupakan cinta-Nya.

Ketika lulus dari ujian ini, maka percayalah rezeki akan mengalir deras dihijrahkan oleh Allah dari kesempitan menuju keberkahan. Karena sejak mula Allah hanya bermaksud menguji.

Salam Hijrah. Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA