BANGKAI YANG DIPEREBUTKAN


Dunia hari ini sudah masuk masa tuanya. Kejadian alam dibelahan dunia merupakan sinyal bahwa dunia melangkah menuju kehancuran. Namun tetap saja pemburunya sempoyongan megejarnya tanpa kenal waktu. Berbagai momen penting dalam hidupnya ia korbankan demi mengejarnya. Seberapapun penting suatu urusan, bahwa yang lebih penting bagi budak ini adalah urusan dunia.
Maka benar adanya sesuatu yang tidak akan pernah habis diburu, yaitu dunia dan ilmu. ““Ada dua golongan manusia yg tidak akan pernah habis keinginnya, yaitu pencari ilmu dan pemburu dunia” (Abdullah Ibn Abbas R.A.).
Mengejar dunia, logikanya ibarat mengejar bayangannya sendiri, tidak akan pernah mampu menangkap kepuasannya, seberapapun besarnya usaha yang dikerahkan.
Pengejar dunia ketika merasakan manis dari tetesannya, ia akan ketagihan ibarat orang meminum air laut karena tak pernah merasa puas dan menghilangkan haus. Dunia yang sejatinya hanya fatamorgana, banyak manusia yang bertekuk lutut menjadi tawanannya. Manis diluarnya, pahit didalamnya. Cantik diluarnya, busuk kandungannya. Sesaat merasakannya, derita panjang akibatnya. Itulah sifat dunia, sedikit yang tahu tapi sudah tak terhitung yang menjadi korban.
Dua musuh yang setiap saat menyerang manusia untuk menyeret masuk pada lumpur dunia, dia berada diinput manusia yaitu nafsu, sedangkan outputnya adalah syetan. Prosesnya ia bisikkan hati manusia agar membayangkan sesuatu yang membahagiakan apa saja meski terlarang. Nafsu bereaksi dari bisikkan itu tetapi akal dan hati disini akan berperan penting untuk memilih apakah akan di aplikasikan atau tidak. Timbullah perlawanan batin antara nafsu akal.
Namun fitroh nafsu yang cenderung kepada keburukan tak pernah mau tunduk kepada pemiliknya. Hanya orang-orang pilihan yang mampu menguasai dan mengendalikannya.
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (yusuf: 53).
Akal pun akan tergerak secara rasional jika hati ternaungi pada teduhnya wahyu ilahi. Sehingga bisa jadi ia akan memenangkan perseteruan gejolak hati.
Rupa dunia yang sesungguhnya, perhatikanlah bagaimana Nabi menggambarkannya dengan bangkai kambing lagi cacat.
ketika itu Nabi dan para sahabat berjalan kepasar, dan menemui hewan yang telah menjadi bangkai tersebut. kemudian Nabi bertanya kepada para sahabat yang berada disisi beliau. “siapakah yang ingin membeli bangkai kambing ini seharga satu dirham”? mereka menjawab “kami tidak ingin memilikinya dengan harga serendah apapun”, karena untuk apa kita memiliki hewan yang telah menjadi bangkai ini.” Rosulullah sallallahu alaihi wasallam bertanya lagi, “adakah diantara kalian yang suka memilikinya?” para sahabat menjawab “meski masih hidup dia memiliki cacat pada telinganya, terlebih lagi kini ia menjadi seonggok bangkai”. Rosulullah bersabda “demi Allah dunia lebih rendah dan hina dari pada bangkai kambing bagi kalian”. (H.R Muslim no.7344).
itulah rupa dunia. Makanya, para sahabat dan orang-orang setelahnya, mereka hanya meletakkan dunia hanya ditangan, dan akherat mereka letakkan di hati. Ketika dunia hilang dari tangan maka tak akan timbul penyesalan. Namun jika akherat hilang, merekapun akan benar-benar merasakan kehilangan dan berusaha sekuat tenaga mencari kembali meski jiwa taruhannya.
Dunia hanya diambil sekedarnya. Istilah Nabi hanya menegakkan punggung saja. dan adapun jika diberi limpahan harta, akan diinfakkan kepada yang membutuhkan.
Sungguh tak ada artinya dunia ini kalau dipandang oleh manusia yang semua urusannya hanya untuk akherat. semua dipandang rendah jika itu menyangkut dunia. Namun jika ada manfaat untuk akherat, maka ia akan bersemangat.
Semoga kita memiliki hati yang terpaut dengan akherat dan meletakkan dunia hanya digenggaman.
Aamin.. ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA