Tragedi Umat Manusia


Sekarang Allah membuat pernyataan yang kuat, “Maa qodarulloha haqqo qodrih.” (QS Al Hajj ayat 74)
Mereka tidak menghargai Allah selayaknya. Dengan kata lain, jika Anda baru saja belajar untuk mencari Allah, jika Anda baru saja belajar untuk membuatNya senang, jika Anda bisa, semua hasrat Anda ada di sana… Namun jika Anda bisa menempatkanNya di atas segala hasrat itu dan hanya ingin membuatNya senang dalam hidup Anda, maka Anda akan menyadari satu-satunya hal yang akan memberi Anda kekuatan. Allah azza wa jalla menggambarkan dirinya dalam ayat ini,
“Innalloha laqowwiyyun ‘aziiz.” (QS Al Hajj ayat 74) (Juga terdapat di QS Al Hajj ayat 40 dan Al Hadid ayat 25 -red)
Allah pada intinya bersamamu. Yang memiliki segala kekuasaan. Mengapa Dia menggambarkan diriNya seperti ini? Ini sebenarnya berlawanan dengan ayat sebelumnya di mana Dia menggambarkan diri saya dan segala yang saya kejar, dan semua berhala-berhala yang saya sembah lemah. Kelemahan mereka kontras dengan kekuatanNya. Manusia takkan menemukan kekuatan hingga mereka belajar mencari Allah. Jika tidak mereka akan tetap lemah tak peduli berapa berotot dan sejahteranya Anda, tak peduli berapa besar pengaruh sosial dan politik Anda, Anda tetap lemah.
Ada sebuah kekosongan dalam diri Anda yang hanya bisa dipenuhi jika Anda mencari kesenangan Allah azza wa jalla. Ini menjadi cara memandang kehidupan bahwa Anda dalam sebuah perjalanan, dan perjalanan itu berakhir dengan, “Wa anna ilaa robbikal-muntaha.” (QS An Najm ayat 42)
Perjalanan yang berakhir dengan pertemuan Anda dengan pencipta Anda. Dan Anda bersiap-siap untuk pertemuan itu. Sama seperti saat Anda mempersiapkan sebuah presentasi di kantor dan Anda ingin membuat bos Anda senang, maka sebelumnya Anda akan terus bekerja keras karena Anda ingin memberi kesan baik pada presentasi itu. Kita semua sedang bersiap-siap menghadapi presentasi di hadapan Allah. Hidup kita terus berlanjut, terus bergerak.
“Kaadihun ilaa robbika kad-han fa mulaaqiih.” (QS Al Insyiqaq ayat 6)
Kamu terus bergerak menuju Tuhanmu, dan kamu akan bertemu denganNya. Dan sebaiknya kamu berada dalam perburuan mencari kesenanganNya, jika kamu bisa melakukannya, semua hal yang membuatmu lemah akan menempati urutan terakhir. Dan kamu akan menemukan kekuatan yang tak pernah kau temui sebelumnya.
Jika ini benar-benar menjadi pola pikir Anda, apa yang akan terjadi? Semua godaan terhadap Anda, para pemuda tergoda oleh narkoba, yang lain oleh alkohol, atau oleh lawan jenis, yang lain oleh teman yang buruk. Ini semua adalah godaan yang sangat kuat, namun jika Anda bisa menggantikannya dengan saya punya tujuan yang lebih tinggi, maka Anda akan menyadari betapa lemahnya godaan itu. Godaan itu takkan mempengaruhi Anda lagi, Anda takkan selemah dulu lagi sehingga terjerat olehnya, oleh kekuatan yang menarik itu seperti dulu. Karena ada sesuatu yang lebih kuat menarik Anda menuju diriNya, itulah Allah azza wa jalla sangat jauh lebih kuat.
Ini, “Innalloha laqowwiyyun ‘aziiz.” (QS Al Hajj ayat 74) (Juga terdapat di QS Al Hajj ayat 40 dan Al Hadid ayat 25 -red)
Tapi dalam pernyataan ini Allah juga menggambarkan tragedi manusia, sebagian besar manusia tidak mampu untuk mereka tak mampu untuk menghargai Allah, mereka terjebak dalam hal-hal yang lemah ini. Mereka melupakan fakta bahwa mereka ditempatkan di bumi ini untuk berusaha menuju pertemuan, sebuah pertemuan yang sukses dengan Allah sekali lagi. Perhatian mereka terbagi dan itu adalah tragedi umat manusia, yang tidak menghargai kenyataan bahwa bahkan di kehidupan ini, – bukan hanya bertemu denganNya di akhirat -, bahkan di kehidupan ini jika kita sudah menjadikan Allah prioritas kehidupan ini akan menjadi lebih baik.
Bahkan kepada Bani Israil dikatakan, “Walau annahum aqoomut-tauroota wal-injiil.” (QS Al Maidah ayat 66)
Jika mereka mampu untuk menjalankan Taurat dan Injil jika mereka mampu hidup berdasarkan apa yang telah diberikan Allah kepada mereka.
“La’akaluu min fauqihim wa min tahti arjulihim.” (QS Al Maidah ayat 66)
Maka mereka akan memperoleh makanan dari atas dan dari bawah. Allah akan selalu menjaga mereka dalam kehidupan ini. Mereka akan memiliki kehidupan yang baik di dunia. Akan tetapi… – apa yang ditawarkan Allah kepada Anda?- Dia menawarkan untuk memberi segala yang Anda inginkan. Tapi meski semua itu sudah di tangan Anda, semua itu takkan ada di hati Anda. Karena Allah akan selalu menjadi “mathluub” bagi Anda. Dengan kata lain memberi Anda rezeki tidaklah sulit.
Jika Anda cermati di dalam sirah nabi shalallahu alaihi wasallam masalah terbesar adalah mengendalikan wilayah. Jika itu adalah masalah terbesar, seperti jika kita menguasai Makkah kita bisa membersihkan berhala-berhala.
Jadi jika kita menguasai sebuah wilayah, maka segalanya akan lancar. Bagaimana Allah menggambarkan penguasaan wilayah?
“Wa ukhroo lam taqdiruu ‘alaihaa qod ahaathollaahu bihaa.” (QS Al Fath ayat 21)
“Wa ukhroo tuhibbuunahaaa nasrun minallohi wa fat-hun qoriib.” (QS Ash Shaff ayat 13)
Wilayah lain yang bukan prioritas yang belum kamu kuasai, Allah sudah mengatasinya. Pertolongan Allah yang datang bukanlah prioritasmu, mengapa? Karena ini dunia, bukan sesuatu yang penting. Pertolongan itu akan datang juga. Anda punya tujuan yang lebih besar, yakni,
“Tijaarotin tunjiikum min ‘adzaabin aliim.” (QS Ash Shaf ayat 10)
Itulah yang lebih besar, sebuah prioritas, perniagaan yang akan Anda lakukan dengan Allah, yang akan menyelamatkan Anda dari hukuman yang sangat menyakitkan.
Ini adalah pesan kepada umat manusia, dan Allah azza wa jalla ingin meminta manusia untuk menerima pesan ini. Namun jika Anda menerima pernyataan Allah ini mereka tidak menghargai Allah semestinya. Ini mungkin pernyataan kebenaran dalam sejarah dari bangsa demi bangsa dari umat manusia. Individu dan bangsa, keluarga dan suku, budaya melewati batas wilayah, pada umumnya umat manusia sepertinya adalah mereka yang tidak menghargai Allah semestinya.
Ummatan Wasathon
Dalam rangka mengembalikan umat manusia kepada kebenaran yang dilakukan Allah secara terus menerus adalah mengirimkan para rasul. Membantu mereka untuk bisa menghargai Allah semestinya. Tapi mengapa proses ini terhenti, jika Dia tetap mengirimkan rasul-rasul.
“Likulli qoumin haad.” (QS Ar Ra’d ayat 7)
Setiap bangsa setidaknya punya satu rasul. Dia akan menurunkan rasul dengan bahasa dan budaya yang sama dengan penduduk tujuannya.
Mengapa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah rasul terakhir? Untuk itu pada menit terakhir khutbah ini saya ingin memberikan sesuatu untuk direnungkan. Allah azza wa jalla ingin semua manusia untuk memiliki kesempatan memperoleh petunjuk. Dia tak ingin membiarkan umat manusia di luar jangkauan petunjuk.
Bagian dari mengirimkan rasul-rasul, pada suatu titik, Allah azza wa jalla memutuskan bahwa Dia akan memilih khususnya keluarga Ibrahim alaihi wassalam dalam keluarga Ibrahim. Dia tak hanya menginginkan rasul saja untuk mewakiliNya dan memanggil manusia kepadaNya, tapi Dia ingin seluruh bangsa itu melakukannya.
Jadi dipilihNya Bani Israil agar dapat memberikan ajaran Allah kepada semua manusia sehingga tidak lagi hanya menjadi tugas seorang rasul tapi sekarang sebuah bangsa bisa menyeru bangsa lain menuju Allah. Sebuah bangsa akan menggambarkan apa artinya menjadikan Allah Al-Mathluub.
Namun mereka terus menerus gagal, hingga akhirnya Allah memberikan tanggung jawab itu kepada garis keturunan lain dari Ibrahim alaihissalam. Melalui Ismail, pesan ini sampai kepada Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Saat pesan ini di tangan beliau, ketika Quran ini diberikan kepadanya, Allah azza wa jalla juga memberikan tanggung jawab untuk memperbolehkan manusia untuk menemukan Allah dan menjadikannya “matluub”. Dan menghargaiNya semestinya. Dia memberikan tanggung jawab itu dari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kepada anak-anak Ismail pada saat itu, kepada penduduk Bakkah (Makkah), penduduk Madinah, bangsa Arab di wilayah ini.
Saat Dia memberikan tanggung jawab ini, salah satu frasa yang digunakannya adalah “Ummatan wasathon.” (QS Al Baqarah ayat 143)
Umat pertengahan, bangsa pertengahan. Ini berarti banyak hal, namun salah satu yang paling mendekati yang baru saya temukan adalah kenyataan bahwa mereka berada di tengah-tengah antara Allah dan rasulnya di satu sisi, dan seluruh umat manusia pada sisi yang lain. Merekalah umat pertengahan. Mereka seharusnya menyampaikan ajaran ini kepada seluruh manusia lain. Seperti mikrofon ini, gunanya untuk mengambil suara saya dan menyampaikannya kepada Anda semua. Orang-orang yang dipilih oleh Allah ini seharusnya menjadi mikrofon yang menyampaikan pesan Allah ke seluruh manusia.
Penerima Pesan Islam Bertanggung Jawab Untuk Menyampaikannya
Dan seraya menyampaikan pesan ini, maka siapapun yang menerima pesan ini akan menjadi bagian gerakan ini. Mereka akan ikut serta dalam gerakan ini.
Jadi pada saat nenek moyang Anda atau Anda sendiri bersyahadat, Anda ikut serta dalam misi yang sama yang diberikan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan melaluinya turun tanggung jawab itu kepada kita.
Jadi pada akhir surah ini sekaligus menutup khutbah perhatikan apa yang dibicarakan.
“Liyakuunar-rosuulu syahiidan ‘alaikum wa takuunu syuhadaaa’a ‘alan-naas.” (QS Al Hajj ayat 78)
Maka Rasul bisa menjadi saksi melawanmu. Rasul shalallahu alaihi wasallam… saya kira dia menjadi saksi untuk kita, saya pikir pada hari kiamat dia akan memohon ampunan atau syafaat untuk kita, mengapa Quran menyatakan dia menjadi saksi melawan kita? Quran menyatakan ini pada berbagai kesempatan termasuk dalam kesimpulan surat Hajj.
Mengapa? Karena kepada kita diberitahukan bahwa kita sudah menerima sebuah tanggung jawab besar. Dan Allah akan menantang rasulnya; Apakah kamu sudah melaksanakan tugasmu? Apakah kamu sudah menyampaikannya? Dan Rasulullah menjawab saya sudah memberikan kepada mereka. Begitu dia menyatakan sudah saya berikan kepada mereka, siapa yang akan bertanggung jawab? Anda semua.
By nak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA