Makna Sabar bag 2




Segala puji dan syukur patut kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pula atas Keagungan, Rahmat, Hidayah serta Inayahnya,,  Ikhwatu Iman ingat kajian tafsir makna sabar dari Qs Ali Imran ayat 200 bulan januari lalu, udah lama banget ya. Bulan ini kita akan melanjutkan makna sabar dari Qs Al Baqarah ayat 155.

Juga kami seluruh redaksi Mutiara Ar-Risalah mengucapkan turut beduka cita atas mushibah yang menimpa saudara kita di Garut dan Sumedang. semoga Allah kuatkan iman saudara kita disana diampuni dosa-dosanya, memmberi kesabaran serta diampuni dosa-dosa saudara kita yang meninggal disana, semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik dan mulia bagiNya.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah: 155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al-Baqarah: 156) Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 157)
                Allah swt. memberitahukan bahwa Dia akan menguji hamba-hamba-Nya. Sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam surat lain yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan mengujimu agar Kami mengetabui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antaramu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) keadaan (diri)mu (QS. Muhammad: 31).


Dalam ayat 155 Allah berfirman dengan menggunakan lafadz syai’in, yang arti secara bahasa yaitu “sesuatu”. Dalam terjemah ayat ini diartikan lebih tepat yaitu sedikit. Yang disambung dengan lafadz minalkhoufi. Bisyai’in minalkhoufi (dengan sedikit ketakutan). Khouf artinya perasaan takut yang muncul terhadap sesuatu yang mencelakakan, berbahaya atau mengganggu (lihat Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 56, Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan). Apabila rasa takut  itu sedikit maka hal itu adalah wajar, seperti takut binatang buas, ketakutan sosial, ekonomi dsb. Namun apabila rasa takut itu banyak atau berlebihan ini adalah hal yang celaka, sebagaimana firman Allah: wala taqtulu auladakum khosy-yata imlaq. nahnu narzuquhum wa iyyakum. inna qotlahum kana khith-an kabira.
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin.
Kamilah yang memberi rejeki kepada mereka dan kepadamu.
Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.
(QS  Al Isra: 31)

                Khosyyah adalah suatu perasaan yang muncul ketika merasakan keagungan dan wibawa sang Pencipta, takut terhalang dengan-Nya. Perasaaan ini hanya muncul bagi orang yang mengetahui kebesasaran Allah dan merasakan nikmatnya ber-taqarrub (dekat) kepada Allah (al-Furuq al-Lughawiyyah ). Inilah khosyyah hanya kepada Allah. Oleh karena itu Allah menggunakan lafadz khouf. Bisa juga pemisah bahwa ujian Allah itu sedikit ketakutan, atau takut (akan) sesuatu, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Terkadang Dia memberikan ujian berupa kebahagiaan dan pada saat yang lain Dia juga memberikan ujian berupa kesusahan, seperti rasa takut dan kelaparan. Firman-Nya: fa adzaaqaHallaaHu libaasal juu’i wal khaufi (“Oleh karena itu, Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan.”)(QS. An-Nahl: 112)
Karena orang yang sedang dalam keadaan lapar dan takut, ujian pada keduanya akan sangat terlihat jelas. Oleh karena itu Dia berfirman, “Pakaian kelaparan dan ketakutan.” Maka dengan ujian dari Allah harus meningkatkan pakaian ketaqwaannya. Firman Allah: “Wahai anak Adam,sesungguhnya kami telah menurunkan pakaian kepadamu untuk menutupi auratmu,juga pakaian indah untuk perhiasan.Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.Yang demikian itu merupakan sebagian tanda tanda dari kekuasaan Allah,semoga mereka selalu ingat”.(QS.Al-A’rof:26).




Dalam surat al-Baqarah ini, Allah swt. berfirman: bi syai-im minal minal khaufi wal juu-‘i (“Dengan sedikit ketakutan dan kelaparan.”) wa naqshim minal amwaali (“Dan kekurangan harta.”) Artinya, hilangnya sebagian harta. Wal anfusi (“serta jiwa”) misalnya meninggalnya para sahabat, kerabat, dan orang-orang yang dicintai. Wats-tsamaraaat (“Dan buah-buahan.”) Yaitu kebun dan sawah tidak dapat diolah sebagaimana mestinya. Sebagaimana ulama mengemukakan: “Di antara pohon kurma ada yang tidak berbuah kecuali hanya satu buah saja. Semua hal di atas dan yang semisalnya adalah bagian dari ujian Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya. Barangsiapa bersabar, maka Dia akan memberikan pahala baginya, dan barangsiapa berputus asa karenanya maka Dia akan menimpakan siksaan terhadapnya. Oleh karena itu, di sini Allah Ta’ala berfirman: wa basy-syirish shaabiriin (“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang sabar.”)

Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan pertolongan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati. (Qs Ali Imran: 13)
Ayat ini menjelaskan peristiwa pada perang badar ketika itu jumlah kita adalah duakali lipat lebih dari kaum musuh. (Sesungguhnya bagi kamu ada tanda) atau pelajaran, lalu hal itu disebutkan untuk penjelasan (pada dua golongan) dua puak (yang bertemu) di hari Badar untuk berperang (segolongan bertempur di jalan Allah) untuk menaati perintah-Nya, yaitu Nabi bersama para sahabat. Mereka berjumlah 313 orang laki-laki termasuk beberapa orang berkuda, enam buah ketopong besi dan delapan buah pedang, sedangkan kebanyakan mereka adalah berjalan kaki (dan yang lain kafir, yang melihat mereka) maksudnya kaum muslimin (dua kali lipat mereka) artinya jumlah mereka kaum muslimin kelihatan dua kali banyak dari jumlah mereka yang lebih kurang seribu orang, namun Namun  Allah menguatkan kaum muslimin dengan pertolongan-Nya yaitu malaikat yang diberi tanda sehingga kaum muslimin menang dalam perang itu. (Tafsir Jalalayn) inilah salah satu kabar gembira, apalagi di akhirat orang yang beriman mendapat Al-muflihun (keberuntungan).

alladziina idzaa ashaabatHum mushiibah. qaaluu innaa lillaaHi wa innaa ilaiHi raaji’uun (“Yaitu orang-orang yang apaabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un. [Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya kami kembali].”)

Artinya, mereka menghibur diri dengan ucapan ini atas apa yang menimpa mereka dan mereka mengetahui bahwa diri mereka adalah milik Allah Ta’ala, la memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Selain itu, mereka juga mengetahui bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan amalan mereka meski hanya sebesar biji sawi pada hari kiamat kelak. Dan hal itu menjadikan mereka mengakui dirinya hanyalah seorang hamba di hadapan-Nya, dan mereka akan kembali kepada-Nya kelak di akhirat. 

Oleh karena itu, Allah memberitahukan mengenai apa yang diberikan kepada mereka itu, di mana Dia berfirman: ulaa-ika ‘alaiHim shalawaatum mir rabbiHim wa rahmatun (“Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka.”) Artinya, pujian dari Allah Ta’ala atas mereka. Dan menurut Sa’id bin Jubair, “Artinya, keselamatan dari adzab. Firman-Nya: ulaa-ika Humul muHtaduun (“Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”) Amirul Mu’minin Umar . mengatakan: “Alangkah nikmatnya dua balasan itu, dan betapa menyenangkan [anugerah] tambahan itu.” ulaa-ika ‘alaiHim shalawaatum min RabbiHim wa rahmah (“Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka.”) inilah tambahan. Mereka itulah orang-orang yang diberi pahala-pahala dan diberikan pula tambahan pahala.
Oleh: Rizky Ramadhan(pimpinan redaksi)
 ditambahkan dari berbagai sumber.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA