Manusia Yang munafiq ketika adanya pertolongan Allah.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ
آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ
كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا
كُنَّا مَعَكُمْ ۚ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ
الْعَالَمِينَ
Dan di antara
manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", maka
apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap
fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang
pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya kami
adalah besertamu". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam
dada semua manusia?
Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala
menyebutkan bahwa Dia harus menguji orang yang mengaku beriman agar
tampa jelas siapa yang benar imannya dan siapa yang dusta, maka Allah
Subhaanahu wa Ta'aala menjelaskan, bahwa di antara manusia ada
segolongan orang yang tidak sabar terhadap ujian dan tidak kokoh
menghadapi sedikit kegoncangan.
Seperti dipukul, diambil hartanya dan dicela, maka ia murtad dari agamanya dan kembali kepada kebatilan.
Maksudnya, orang itu takut kepada penganiayaan manusia terhadapnya
karena imannya, seperti takutnya kepada azab Allah, sehingga ia
tinggalkan imannya itu.
Seperti kemenangan sehingga memperoleh ghanimah (harta rampasan perang).
Yakni, oleh karena itu sertakanlah kami dalam ghanimah. Karena hal itu
sesuai selera hawa nafsunya. Orang seperti ini sama seperti yang
disebutkan dalam surah Al Hajj: 11, âDan di antara manusia ada orang
yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh
kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu
bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di
akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.â
Apakah keimanan atau kemunafikan yang bersemayam dalam dirinya.
(Di
antara manusia ada orang yang berkata, "Kami beriman kepada Allah",
maka apabila ia disakiti, -karena beriman- kepada Allah, ia menganggap
fitnah manusia itu) yakni perlakuan mereka yang menyakitkan kepada
dirinya (sebagai azab Allah) yaitu ketakutannya terhadap siksaan mereka
disamakan seperti takut kepada azab Allah. Sehingga akhirnya dia mau
menuruti kemauan mereka, lalu ia menjadi orang yang munafik. (Dan
sungguh jika) huruf Lam pada lafal la in menunjukkan makna sumpah
(datang pertolongan) kepada orang-orang Mukmin (dari Rabbmu) lalu
orang-orang Mukmin memperoleh banyak ganimah (mereka pasti akan berkata)
Lafal Layaqulunna dibuang daripadanya Nun alamat Rafa', karena jika
dibiarkan, maka akan berturut-turutlah huruf Nun, sehingga jadilah
Layaqulunna yang pada asalnya adalah Layaqulunanna, dan dibuang
daripadanya Wawu Dhamir jamak bukan karena sebab bertemunya dua huruf
yang disukunkan. ("Sesungguhnya kami adalah beserta kalian") dalam hal
iman, karena itu maka ajaklah kami bersama-sama mendapat bagian ganimah
itu. Maka Allah swt. berfirman (Bukankah Allah lebih mengetahui) yakni
mengetahui (apa yang ada dalam dada semua manusia?) yakni apa yang ada
di dalam hati mereka, apakah keimanan ataukah kemunafikan? Memang benar
Allah lebih mengetahui.
Komentar
Posting Komentar