fadhilah-fadhilah shaum



 bag 2

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183)

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa,(Albaqarah: 183)

Terdapat tujuan besar yang Allah tawarkan di balik itu semua. La'allakum tattaqun, semoga kamu bertaqwa. "Terdapat sebuah ghayah (tujuan) yang sangat besar." ungkap Sayyid Qutb dalam kitabnya Fii Zhilalul Qur'an. Ghayah tersebut adalah 'ketaqwaan', karena ketaqwaan yang menuntun hati seseorang sampai ia dengan suka rela mengerjakan puasa.
syeikh Muhammad Ali Sais menjelaskan ada beberapa penafsiran ulama terhadap kalimat la'allakum tattaqun ini :
Pertama, "Puasa mewariskan ketaqwaan, karena dengan puasa engkau bisa mengendalikan syahwat, mengalahkan hawa nafsu, menahan dirinya dari segala tindakan keji dan mengurangi kelezatan dunia."
Kedua, "Dengan mengerjakan puasa engkau harus menguatkan harapan/tekad (raja') untuk bertaqwa."
Ketiga, "Semoga engkau bertaqwa kepada Allah dengan ibadah puasa tersebut, dengan meninggalkan syawatmu". Terakhir beliau mengatakan bahwa ketiga penafsiran ini maknanya saling mendekati satu sama lain.

Shaum bulan ramadhan termasuk salah satu dari lima rukun islam. Dalam bahasa arab disebut shiyam atau shaum, yang pokok artinya ialah menahan. Didalam peraturan syara’ dijelaskan bahwasaanya shiyam menahan makan dan minum dan bersetubuh suami istri waktu fajar sampai waktu mahgrib, karena menjunjung tinggi perintah Allah.
فُرِضَ =كُتِب
Artinya: diwajibkan/ difardhukan.
Artinya agar kalian bertaqwa) maksudnya menjaga dirimu dari maksiat, kaena puasa itu dapat membendung syahwat yang menjadi pangkal dan biang keladi maksiat itu.
Makna La’alla antara lain disitir oleh Ibnu Manzhur dalam kamus Lisanul ‘Arab, sbb: “Menurut al-Jauhari, la’alla adalah kata yang menunjukkan pengharapan (raja’), keinginan (thama).
Puasa merupakan wasilah seorang mukmin agar ia bisa meraih gelar taqwa tersebut.
Lalu, apakah semua yang berpuasa bisa mendapatkannya? Tentu tidak.
Hal ini dapat dilihat dari kondisi riil di lapangan yang menunjukkan bahwa tidak setiap orang yang mengerjakan puasa bisa bertaqwa kepada Allah swt.
Bukan jaminan taqwa bagi semua orang yang berpuasa.
Karena itu ayat ini menggunakan lafaz la'alla, yang fungsinya adalah untuk tarajjy, atau harapan untuk sesuatu yang disukai dan disenangi. Begitu juga halnya dengan ketaqwaan, ia merupakan dambaan setiap mukmin walaupun tidak semua bisa mencapainya.

Karena kita menyadari bahwa perut yang terisi penuh selalu mendorong pemenuhan syahwat dan kenikmatan duniawi lainnya, sementara perut yang kosong akan menghalagi tuntutan tersebut. Sehingga pikiran orang yang berpuasa senantiasa terhubung dengan Allah swt, dan di sini lah taqwa tersebut bermula. Terkadang sebuah kenikmatan akan sangat terasa keberadaannya ketika Allah swt mencabut nikmat tersebut dari hambaNya, sehingga mereka menjadi bersyukur dengan keberadaan nikmat tersebut. Hal ini senada dengan pesan Allah di akhir ayat 185 surat Al Baqarah,

 وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

supaya kamu bersyukur.

DaDari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda:

أُعْطِيَتْ أُمَّتِيْ فِيْ شِهْرِ رَمَضَانَ خَمْسُ خِصَالٍ لَمْ تُعْطَهَا أُمَّةٌ قَبْلَهَا: خَلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عَنْدَ الله مِنْ رِيْحِ المِسْكِ، وَتَسْتَغْفِرُ لَهُمْ المَلاَئِكَةُ حَتَّى يُفْطِرُوْا، وَيُزَيِّنُ الله
كُلَّ يَوْمٍ جَنَّتَهُ ثُمَّ يَقُوْلُ: ]يُوْشِكُ عِبَادِيَ الصَّالِحُوْنَ أَنْ يُلْقَوْا عَنْهُم المُؤْنَةَ وَالأَذَى وَيَصِيْرُ إِلَيْكَ[، وَتُصْفَدُ فِيْهِ مَرَدَةُ الجِنِّ فَلاَ يَخْلُصُوْنَ فِيْهِ إِلَى مَا كَانُوْا يَخْلُصُوْنَ إِلَيْهِ فِيْ غَيْرُهُ، وَيُغْفَرُ لَهُمْ فِيْ آخِرِ لَيْلَةٍ )) قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ الله أَهِيَ لَيْلَةُ القَدْرِ؟ قَالَ: (( لاَ، وَلَكِنَّ العَامِلَ إِنَّمَا يُوَفَّى أَجْرُهُ إِذَا قَضَى عَمَلَهُ )) رواه أحمد

 “Umatku pada bulan Ramadhan diberi lima keutamaan yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, yaitu: bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kasturi, para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka sampai mereka berbuka, Allah Azza Wajalla setiap hari menghiasai surganya lalu berfirman (kepada surga): “hampir tiba saatnya para hambaku yang shalih dibebaskan dari beban dan derita serta mereka menuju kepadamu.” Pada bulan ini para jin yang jahat diikat sehingga mereka tidak bebas bergerak seperti pada bulan lainnya, dan diberikan kepada umatku ampunan pada akhir malam.” Beliau ditanya: “Wahai Rasulullah apakah malam itu lailatul Qadar? Jawab beliau: “Tidak. Namun orang yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan amalnya. (HR. Ahmad).

Dari Abu Umamah, katanya, "Aku berkata (kepada Rasulullah) "Wahai Rasulullah, tunjukkan padaku suatu amalan yang bisa
memasukkanku ke surga.? ; beliau menjawab : "Atasmu puasa,
tidak ada (amalan) yang semisal dengan itu"

Dari Abu Hurairah (bahwasanya) Rasulullah bersabda,
" Semua amalan bani Adam untuknya kecuali puasa
, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya, puasa
adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa
janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang
mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah : 'Aku
sedang berpuasa(Muttafaqun 'alaih).


Demi dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sesunguhnya
bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada
bau misk. (Al-Wabilu Shayyin minal Kalami
At-Thayyib hal. 22-38., Ibnul Qayyim)

                Orang yang puasa mempunyai dua kegembiraan,
jika berbuka mereka gembira, jika bertemu Rabbnya mereka gembira karena puasa yang dilakukannya"(Bukhari 4/88, Muslim no. 1151)

Dalam riwayat Bukhari (disebutkan):
"Meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena
puasa untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya, kebaikan
dibalas dengan sepuluh kali lipat yang semisal dengannya"
Di dalam riwayat Muslim:
"Semua amalan bani Adam akan dilipatgandakan,
kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang semisal
dengannya, sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman:
"Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, dia (bani Adam) meninggalkan syahwatnya dan makanannya karena Aku"

Puasa dan Al-Qur'an akan memberikan syafaat
kepada hamba di hari Kiamat, puasa akan berkata : "Wahai
Rabbku, aku akan menghalanginya dari makan dan syahwat,
maka berilah dia syafa'at karenaku". Al-Qur'an pun berkata
: "Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari,
maka berilah dia syafa'at karenaku" Rasulullah bersabda : Maka keduanya akan memberi syafa'at"(Hr. Ahmad 6626, Hakim 1/554)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA