Salafiy, Antara Tuduhan dan Kenyataan.



Katanya :
"Salafiy suka mengkafirkan dan membid'ahkan golongan diluar mereka, mengkritik dengan dalih nasihat."
Tanggapan :
Salafiy bukanlah orang yang suka mengkafirkan dan membid'ahkan orang lain tanpa hak. Justru Salafiyyun adalah orang yang paling berhati-hati di dalam takfir (mengkafirkan) dan tabdi' (membid'ahkan). Tidaklah Salafiyyun bertindak untuk mengkafirkan dan membid'ahkan, melainkan apa-apa yang Allah سبحانه و تعالىٰ dan Rasul-Nya, Muhammad ﷺ kafirkan dan bid'ahkan di atas 'ilmu dan bimbingan para 'ulamaa Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Adapun nasihat, maka tidak tersembunyi hal ini ditengah-tengah kaum muslimin bahwa betapa banyak pintu-pintu kesyirikan, bid'ah dan khurafat tertutup dari nasihat yang dibangun atasnya kasih sayang kepada saudaranya karena ia tidak menginginkan saudaranya salah dan tersesat.
Allah عز وجل berfirman :
"Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."
(QS. Al-'Ashr [103] : 1 - 3)
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin 'Aus ad-Daari رضي الله تعالىٰ عنه, ia berkata,
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat."
Para Shahabat bertanya,
"Untuk siapa, wahai Rasulullah?"
Beliau ﷺ menjawab,
"Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan imam kaum muslimin (para penguasa kaum muslimin), dan bagi kaum muslimin pada umumnya."
(Shahiih, HR. Muslim, I/74, no. 55 [95], Ahmad, IV/102 - 103, Abu Dawud, no. 4944, an-Nasaa-i, VII/156 - 157, al-Humaidi, no. 837, Ibnu Hibbaan, no. 4555, al-Baihaqi, VIII/163, ath-Thabrani, no. 1260 - 1268, dan al-Baghawi, XIII/93, no. 3514)
Dari 'Abdullah bin 'Umar رضي الله تعالىٰ عنهما, ia berkata,
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya."
(Shahiih, HR. Al-Bukhari, VI/97)
Meskipun terkadang orang yang menasihatinya dituduh dengan tuduhan yang mengada-ada seperti sok 'alim, merasa paling benar, keras kepala dst... mereka tidak peduli, karena yang menjadi timbangan adalah maslahat kaum muslimin agar tidak jauh tersesat dari al-haq (kebenaran), walaupun konsekuensinya harus dihina dan dicacimaki. Jika Rasulullah ﷺ tegar di atas al-haq (kebenaran) dengan menyampaikan yang benar itu benar dan yang salah itu salah ditengah-tengah ummatnya dengan segala konsekuensinya yang ada meskipun harus dihina dan dicacimaki hingga ancaman pembunuhan beliau ﷺ tidaklah takut dan gentar sedikit pun, apalagi kita yang hanya atau baru dicibir, belum dihina, dicacimaki hingga ancaman pembunuhan.
Allah ﷻ berfirman :
"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman."
(QS. Adz-Dzariyat [51] : 55)
Karena tidaklah dikatakan seseorang itu sayang dan mencintai saudaranya apabila ia mendiamkan kesalahan dan penyimpangan yang ada padanya.
________________
Katanya :
"Sekarang ini ummat kita ajak pada persatuan, tidak usah merasa paling benar dan saling menyalahkan. Kita ini bersaudara, seharusnya bersatu."
Tanggapan :
Kalimat di atas bagaikan madu, begitu indah lagi manis. Namun ketahuilah duhai saudaraku bahwasanya ia adalah racun yang membinasakan.
Benar kita wajib bersatu, namun semata-mata tidak hanya bersatu dalam semangat dan cita-cita. Sebab ada hal yang lebih penting dari itu, yaitu persatuan di atas al-haq (kebenaran), bersatu di atas 'aqidah dan manhaj yang benar dengan memurnikan ibadah hanya kepada Allah سبحانه و تعالىٰ dan tidaklah beribadah kepada-Nya melainkan dengan mencontoh serta mengikuti Rasulullah ﷺ, sebab mengajak manusia (baca : kaum muslimin) kepada kebenaran hakikatnya ia sedang mengajak kepada persatuan.
Allah سبحانه و تعالىٰ berfirman :
"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara."
(QS. Ali 'Imraan [3] : 103)
'Abdullah bin Mas'ud رضي الله تعالىٰ عنه berkata,
"Pada suatu hari, Rasulullah ﷺ membuat garis di hadapan kami dengan tangannya kemudian beliau ﷺ bersabda,
'Ini adalah jalan Allah yang lurus.'
Lalu beliau ﷺ membuat beberapa garis di kanan kirinya, kemudian beliau ﷺ bersabda,
'Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai (sesat) tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaithan yang menyeru kepadanya.'
Selanjutnya beliau ﷺ membaca firman Allah سبحانه و تعالىٰ :
"Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah (jalan) itu; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (lain) karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu Allah perintahkan kepada kalian agar kalian bertakwa."
(QS. Al-An'aam [6] : 153)
[Shahiih, HR. Ahmad, I/435, 465, ad-Darimi, I/67 - 68, 78, no. 202, al-Hakim, II/318, al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 97, As-Sunnah libni Abi 'Ashim, no. 17, Ath-Thayaalisi, no. 244, ath-Thabari dalam Tafsiir-nya, VIII/88, Tafsiir An-Nasaa-i, V/94, no. 194, 8364, VI/343, no. 11174, dan Ibnu Hibbaan, I/180 - 181, no. 6 - 7]
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan حفظه الله تعالىٰ pernah ditanya :
"Segala puji bagi Allah. Da'wah kepada manhaj Salaf dan berpegangteguh padanya telah tersebar, akan tetapi ada yang mengatakan,
'Sesungguhnya da'wah Salaf ini memecah belah barisan kaum muslimin dan membenturkan antara kaum muslimin satu sama lain sehingga mereka sibuk dengan diri mereka sendiri daripada sibuk dengan musuh-musuh mereka yang sebenarnya.'
Apakah hal ini benar, dan apa nasihat anda?"
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan حفظه الله تعالىٰ menjawab,
"Ini adalah pemutarbalikan fakta, karena orang yang berda'wah kepada tauhid dan manhaj Salafush Shalih berarti mempersatukan kalimat dan menyatukan barisan (kaum muslimin di atas kebenaran), sebagaimana Allah سبحانه و تعالىٰ berfirman :
"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..."
(QS. Ali 'Imraan [3] : 103)
Dan firman Allah عز وجل :
"Sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Rabb-mu, maka beribadahlah kepada-Ku."
(QS. Al-Anbiyaa' [21] : 92)
Kaum muslimin tidak akan mungkin bersatu kecuali di atas kalimat tauhid dan manhaj Salaf. Apabila mereka membiarkan adanya manhaj-manhaj yang menyelisihi manhaj Salafush Shalih maka mereka akan berpecah belah dan berselisih, sebagaimana kenyataan yang terjadi sekarang ini.
Orang yang berda'wah kepada tauhid dan manhaj Salaf maka ia adalah orang yang mengajak kepada persatuan. Dan orang yang mengajak kepada apa yang menyelisihinya maka ia adalah orang yang mengajak kepada perpecahan dan perselisihan."
(Al-Ajwibah al-Mufiidah 'an As-ilatil Manaahijil Jadiidah, hal. 153 - 154)
Maka sudah seharusnya kita mengetahui hakikat dari persatuan, karena tidaklah dikatakan bersatu sementara al-haq (kebenaran) bersama-sama dengan kebathilan, tauhid bersama dengan kesyirikan, sunnah bersama dengan kebid'ahan, ketaatan bersama dengan kemaksiatan.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin رحمه الله تعالىٰ berkata,
"Munculnya bid'ah adalah sebab perpecahan dan percerai-beraian ummat Islam. Karena para pembela bid'ah akan mengatakan bahwa merekalah yang berada di atas kebenaran, sedangkan kelompok lain salah. Begitu pula para pembela kebenaran akan mengatakan bahwa merekalah yang berada di atas kebenaran, sedangkan perbuatan bid'ah itu adalah sesat, sehingga terjadilah perpecahan di antara ummat."
(Syarh al-'Aqidah al-Wasithiyah, II/316 - 317)
Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan حفظه الله تعالىٰ berkata,
"Persatuan tidak akan terwujud bersamaan dengan adanya berbagai kelompok yang memiliki bermacam-macam 'aqidah dan manhaj, sebaik-baik bukti akan hal itu adalah keadaan bangsa Arab sebelum diutusnya Rasulullah ﷺ, di mana mereka saat itu berpecah-belah dan saling bertengkar, maka setelah mereka masuk Islam dan berada di bawah bendera tauhid, 'aqidah dan manhajnya baik, maka bersatulah mereka dan berdiri tegaklah negerinya.
Sungguh Allah سبحانه و تعالىٰ telah mengingatkan tentang hal itu dengan firman-Nya.
Allah عز وجل berfirman :
"Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu bermusuhan, maka Allah mempersatukan hatimu."
(QS. Ali Imraan [3] : 103)
Dan Allah تبارك و‏تعالىٰ berfirman kepada Nabi Muhammad ﷺ akan hal ini.
Allah ﷻ berfirman :
"Walaupun kamu membelanjakan semua (harta kekayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak bisa mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah yang akan mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkara lagi Maha Bijaksana."
(QS. Al-Anfal [8] : 63)
Allah selama-lamanya tidak akan menyatukan antara hati orang-orang kafir, murtad dan firqah-firqah (kelompok-kelompok) sesat. Allah سبحانه و تعالىٰ hanya menyatukan hati orang-orang mukmin yang bertauhid. Allah عز وجل berfirman mengenai orang-orang kafir dan munafiq yang menyelisihi manhaj Islam dan 'aqidahnya.
Allah ﷻ berfirman :
"Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka terpecah-belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak mengerti"
(QS. Al-Hasyr [59] : 14)
Allah عز وجل berfirman :
"Dan mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu."
(QS. Hud [11] : 118)
'Kecuali orang-orang yang diberi rahmat Rabbmu', mereka itu ialah orang-orang yang memiliki 'aqidah yang benar dan manhaj yang benar, maka mereka itulah orang-orang yang selamat dari perselisihan dan perpecahan.
Adapun orang-orang yang berusaha menyatukan ummat, padahal 'aqidahnya masih rusak, manhajnya bermacam-macam dan berbeda-beda, maka itu adalah upaya yang mustahil terwujud, karena sesungguhnya menyatukan dua hal yang berlawanan itu adalah hal yang mustahil.
Karena tidak bisa menyatukan hati dan menyatukan ummat ini, kecuali kalimat tauhid."
(Al-Ajwibatu Al-Mufiah An As Ilah Al-Manahij Al-Jadidah)
Maka tidaklah heran jika Shahabat yang mulia 'Abdullah bin Mas'ud رضي الله تعالىٰ عنه pernah berkata,
"Sesungguhnya mayoritas manusia menyelisihi al-Jama'ah (persatuan), dan persatuan (al-Jama'ah) itu adalah yang mengikuti kebenaran walaupun engkau seorang diri."
(Diriwayatkan oleh Al-Lalika-i dalam Syarh I'tiqad Ahlis Sunnah wal Jama'ah, no. 160, dan Ibnu 'Asakir dalam Tarikh Dimasyq, II/322, no. 13, Al-Baa'its 'alaa Inkaaril Bida' wal Hawaadits, hal. 91 - 92)
Wallaahi, karena sayang dan cinta ini kepada kalian kami katakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, tauhid lawan dari syirik, sunnah lawan dari bid'ah sebagaimana ketaatan adalah lawan dari kemaksiatan meskipun dengan konsekuensinya kami harus dibenci dan dicacimaki...
Dari Abu Dzarr رضي الله تعالىٰ عنه berkata,
"Kekasihku (Rasulullah ﷺ) berwasiat kepadaku untuk melakukan beberapa amalan mulia, beliau mewasiati aku untuk tidak takut menghadapi celaan orang yang suka mencela dalam melakukan segala sesuatu karena Allah, dan beliau ﷺ mewasiati aku agar selalu berkata benar sekalipun pahit."
(Shahiih, HR. Ibnu Hibbaan, no. 2041)
Semoga Allah تبارك و‏تعالىٰ memberikan hidayah dan taufiq.
✒ Abu 'Aisyah Aziz Arief_Salafiy, Antara Tuduhan dan Kenyataan.
Katanya :
"Salafiy suka mengkafirkan dan membid'ahkan golongan diluar mereka, mengkritik dengan dalih nasihat."
Tanggapan :
Salafiy bukanlah orang yang suka mengkafirkan dan membid'ahkan orang lain tanpa hak. Justru Salafiyyun adalah orang yang paling berhati-hati di dalam takfir (mengkafirkan) dan tabdi' (membid'ahkan). Tidaklah Salafiyyun bertindak untuk mengkafirkan dan membid'ahkan, melainkan apa-apa yang Allah سبحانه و تعالىٰ dan Rasul-Nya, Muhammad ﷺ kafirkan dan bid'ahkan di atas 'ilmu dan bimbingan para 'ulamaa Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Adapun nasihat, maka tidak tersembunyi hal ini ditengah-tengah kaum muslimin bahwa betapa banyak pintu-pintu kesyirikan, bid'ah dan khurafat tertutup dari nasihat yang dibangun atasnya kasih sayang kepada saudaranya karena ia tidak menginginkan saudaranya salah dan tersesat.
Allah عز وجل berfirman :
"Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."
(QS. Al-'Ashr [103] : 1 - 3)
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin 'Aus ad-Daari رضي الله تعالىٰ عنه, ia berkata,
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat."
Para Shahabat bertanya,
"Untuk siapa, wahai Rasulullah?"
Beliau ﷺ menjawab,
"Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan imam kaum muslimin (para penguasa kaum muslimin), dan bagi kaum muslimin pada umumnya."
(Shahiih, HR. Muslim, I/74, no. 55 [95], Ahmad, IV/102 - 103, Abu Dawud, no. 4944, an-Nasaa-i, VII/156 - 157, al-Humaidi, no. 837, Ibnu Hibbaan, no. 4555, al-Baihaqi, VIII/163, ath-Thabrani, no. 1260 - 1268, dan al-Baghawi, XIII/93, no. 3514)
Dari 'Abdullah bin 'Umar رضي الله تعالىٰ عنهما, ia berkata,
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya."
(Shahiih, HR. Al-Bukhari, VI/97)
Meskipun terkadang orang yang menasihatinya dituduh dengan tuduhan yang mengada-ada seperti sok 'alim, merasa paling benar, keras kepala dst... mereka tidak peduli, karena yang menjadi timbangan adalah maslahat kaum muslimin agar tidak jauh tersesat dari al-haq (kebenaran), walaupun konsekuensinya harus dihina dan dicacimaki. Jika Rasulullah ﷺ tegar di atas al-haq (kebenaran) dengan menyampaikan yang benar itu benar dan yang salah itu salah ditengah-tengah ummatnya dengan segala konsekuensinya yang ada meskipun harus dihina dan dicacimaki hingga ancaman pembunuhan beliau ﷺ tidaklah takut dan gentar sedikit pun, apalagi kita yang hanya atau baru dicibir, belum dihina, dicacimaki hingga ancaman pembunuhan.
Allah ﷻ berfirman :
"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman."
(QS. Adz-Dzariyat [51] : 55)
Karena tidaklah dikatakan seseorang itu sayang dan mencintai saudaranya apabila ia mendiamkan kesalahan dan penyimpangan yang ada padanya.
________________
Katanya :
"Sekarang ini ummat kita ajak pada persatuan, tidak usah merasa paling benar dan saling menyalahkan. Kita ini bersaudara, seharusnya bersatu."
Tanggapan :
Kalimat di atas bagaikan madu, begitu indah lagi manis. Namun ketahuilah duhai saudaraku bahwasanya ia adalah racun yang membinasakan.
Benar kita wajib bersatu, namun semata-mata tidak hanya bersatu dalam semangat dan cita-cita. Sebab ada hal yang lebih penting dari itu, yaitu persatuan di atas al-haq (kebenaran), bersatu di atas 'aqidah dan manhaj yang benar dengan memurnikan ibadah hanya kepada Allah سبحانه و تعالىٰ dan tidaklah beribadah kepada-Nya melainkan dengan mencontoh serta mengikuti Rasulullah ﷺ, sebab mengajak manusia (baca : kaum muslimin) kepada kebenaran hakikatnya ia sedang mengajak kepada persatuan.
Allah سبحانه و تعالىٰ berfirman :
"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara."
(QS. Ali 'Imraan [3] : 103)
'Abdullah bin Mas'ud رضي الله تعالىٰ عنه berkata,
"Pada suatu hari, Rasulullah ﷺ membuat garis di hadapan kami dengan tangannya kemudian beliau ﷺ bersabda,
'Ini adalah jalan Allah yang lurus.'
Lalu beliau ﷺ membuat beberapa garis di kanan kirinya, kemudian beliau ﷺ bersabda,
'Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai (sesat) tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaithan yang menyeru kepadanya.'
Selanjutnya beliau ﷺ membaca firman Allah سبحانه و تعالىٰ :
"Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah (jalan) itu; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (lain) karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian itu Allah perintahkan kepada kalian agar kalian bertakwa."
(QS. Al-An'aam [6] : 153)
[Shahiih, HR. Ahmad, I/435, 465, ad-Darimi, I/67 - 68, 78, no. 202, al-Hakim, II/318, al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 97, As-Sunnah libni Abi 'Ashim, no. 17, Ath-Thayaalisi, no. 244, ath-Thabari dalam Tafsiir-nya, VIII/88, Tafsiir An-Nasaa-i, V/94, no. 194, 8364, VI/343, no. 11174, dan Ibnu Hibbaan, I/180 - 181, no. 6 - 7]
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan حفظه الله تعالىٰ pernah ditanya :
"Segala puji bagi Allah. Da'wah kepada manhaj Salaf dan berpegangteguh padanya telah tersebar, akan tetapi ada yang mengatakan,
'Sesungguhnya da'wah Salaf ini memecah belah barisan kaum muslimin dan membenturkan antara kaum muslimin satu sama lain sehingga mereka sibuk dengan diri mereka sendiri daripada sibuk dengan musuh-musuh mereka yang sebenarnya.'
Apakah hal ini benar, dan apa nasihat anda?"
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan حفظه الله تعالىٰ menjawab,
"Ini adalah pemutarbalikan fakta, karena orang yang berda'wah kepada tauhid dan manhaj Salafush Shalih berarti mempersatukan kalimat dan menyatukan barisan (kaum muslimin di atas kebenaran), sebagaimana Allah سبحانه و تعالىٰ berfirman :
"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..."
(QS. Ali 'Imraan [3] : 103)
Dan firman Allah عز وجل :
"Sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Rabb-mu, maka beribadahlah kepada-Ku."
(QS. Al-Anbiyaa' [21] : 92)
Kaum muslimin tidak akan mungkin bersatu kecuali di atas kalimat tauhid dan manhaj Salaf. Apabila mereka membiarkan adanya manhaj-manhaj yang menyelisihi manhaj Salafush Shalih maka mereka akan berpecah belah dan berselisih, sebagaimana kenyataan yang terjadi sekarang ini.
Orang yang berda'wah kepada tauhid dan manhaj Salaf maka ia adalah orang yang mengajak kepada persatuan. Dan orang yang mengajak kepada apa yang menyelisihinya maka ia adalah orang yang mengajak kepada perpecahan dan perselisihan."
(Al-Ajwibah al-Mufiidah 'an As-ilatil Manaahijil Jadiidah, hal. 153 - 154)
Maka sudah seharusnya kita mengetahui hakikat dari persatuan, karena tidaklah dikatakan bersatu sementara al-haq (kebenaran) bersama-sama dengan kebathilan, tauhid bersama dengan kesyirikan, sunnah bersama dengan kebid'ahan, ketaatan bersama dengan kemaksiatan.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin رحمه الله تعالىٰ berkata,
"Munculnya bid'ah adalah sebab perpecahan dan percerai-beraian ummat Islam. Karena para pembela bid'ah akan mengatakan bahwa merekalah yang berada di atas kebenaran, sedangkan kelompok lain salah. Begitu pula para pembela kebenaran akan mengatakan bahwa merekalah yang berada di atas kebenaran, sedangkan perbuatan bid'ah itu adalah sesat, sehingga terjadilah perpecahan di antara ummat."
(Syarh al-'Aqidah al-Wasithiyah, II/316 - 317)
Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan حفظه الله تعالىٰ berkata,
"Persatuan tidak akan terwujud bersamaan dengan adanya berbagai kelompok yang memiliki bermacam-macam 'aqidah dan manhaj, sebaik-baik bukti akan hal itu adalah keadaan bangsa Arab sebelum diutusnya Rasulullah ﷺ, di mana mereka saat itu berpecah-belah dan saling bertengkar, maka setelah mereka masuk Islam dan berada di bawah bendera tauhid, 'aqidah dan manhajnya baik, maka bersatulah mereka dan berdiri tegaklah negerinya.
Sungguh Allah سبحانه و تعالىٰ telah mengingatkan tentang hal itu dengan firman-Nya.
Allah عز وجل berfirman :
"Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu bermusuhan, maka Allah mempersatukan hatimu."
(QS. Ali Imraan [3] : 103)
Dan Allah تبارك و‏تعالىٰ berfirman kepada Nabi Muhammad ﷺ akan hal ini.
Allah ﷻ berfirman :
"Walaupun kamu membelanjakan semua (harta kekayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak bisa mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah yang akan mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkara lagi Maha Bijaksana."
(QS. Al-Anfal [8] : 63)
Allah selama-lamanya tidak akan menyatukan antara hati orang-orang kafir, murtad dan firqah-firqah (kelompok-kelompok) sesat. Allah سبحانه و تعالىٰ hanya menyatukan hati orang-orang mukmin yang bertauhid. Allah عز وجل berfirman mengenai orang-orang kafir dan munafiq yang menyelisihi manhaj Islam dan 'aqidahnya.
Allah ﷻ berfirman :
"Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka terpecah-belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak mengerti"
(QS. Al-Hasyr [59] : 14)
Allah عز وجل berfirman :
"Dan mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu."
(QS. Hud [11] : 118)
'Kecuali orang-orang yang diberi rahmat Rabbmu', mereka itu ialah orang-orang yang memiliki 'aqidah yang benar dan manhaj yang benar, maka mereka itulah orang-orang yang selamat dari perselisihan dan perpecahan.
Adapun orang-orang yang berusaha menyatukan ummat, padahal 'aqidahnya masih rusak, manhajnya bermacam-macam dan berbeda-beda, maka itu adalah upaya yang mustahil terwujud, karena sesungguhnya menyatukan dua hal yang berlawanan itu adalah hal yang mustahil.
Karena tidak bisa menyatukan hati dan menyatukan ummat ini, kecuali kalimat tauhid."
(Al-Ajwibatu Al-Mufiah An As Ilah Al-Manahij Al-Jadidah)
Maka tidaklah heran jika Shahabat yang mulia 'Abdullah bin Mas'ud رضي الله تعالىٰ عنه pernah berkata,
"Sesungguhnya mayoritas manusia menyelisihi al-Jama'ah (persatuan), dan persatuan (al-Jama'ah) itu adalah yang mengikuti kebenaran walaupun engkau seorang diri."
(Diriwayatkan oleh Al-Lalika-i dalam Syarh I'tiqad Ahlis Sunnah wal Jama'ah, no. 160, dan Ibnu 'Asakir dalam Tarikh Dimasyq, II/322, no. 13, Al-Baa'its 'alaa Inkaaril Bida' wal Hawaadits, hal. 91 - 92)
Wallaahi, karena sayang dan cinta ini kepada kalian kami katakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, tauhid lawan dari syirik, sunnah lawan dari bid'ah sebagaimana ketaatan adalah lawan dari kemaksiatan meskipun dengan konsekuensinya kami harus dibenci dan dicacimaki...
Dari Abu Dzarr رضي الله تعالىٰ عنه berkata,
"Kekasihku (Rasulullah ﷺ) berwasiat kepadaku untuk melakukan beberapa amalan mulia, beliau mewasiati aku untuk tidak takut menghadapi celaan orang yang suka mencela dalam melakukan segala sesuatu karena Allah, dan beliau ﷺ mewasiati aku agar selalu berkata benar sekalipun pahit."
(Shahiih, HR. Ibnu Hibbaan, no. 2041)
Semoga Allah تبارك و‏تعالىٰ memberikan hidayah dan taufiq.
✒ Abu 'Aisyah Aziz Arief_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA