Hakikat kenabian

๐Ÿ“š Syarah Ushulul Iman
๐Ÿ“–

Kenabian merupakan perantara antara Allah dan makhluk dalam menyampaikan syari’at-Nya, dan status kenabian merupakan hak prerogatif Allah subhanahu wataala dimana Dialah yang menentukan siapa yang Dia kehendaki untuk mendapatkan derajat kenabian, tidak ada usaha atau pilihan dari seorang hamba untuk mendapatkan status tersebut.

Allah berfirman:
“Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia, sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihat.” (QS.Al-Haj:75).
Jadi status kenabian sifatnya adalah pemberian bukan sesuatu yang bisa diusahakan, tidak bisa diperoleh dengan banyak berbuat ketaatan atau ibadah, tidak pula berdasarkan pilihan atau permohonan dari nabi, akan tetapi kenabian semata-mata adalah pilihan dari Allah subhanahu wata’ala.
Allah berfiman:  “Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada agamaNya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS.AsySyuura:13).
Iman kepada para Rasul mencakup empat hal:
1. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah . Barangsiapa mengingkari risalah mereka, walaupun hanya seorang, maka maka sungguh ia telah mengingkari risalah seluruh para Rasul. Allah  berfirman: “Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul.” (QS. Asy Syu’ara’: 105).
Allah menyatakan bahwa mereka mendustakan semua Rasul, padahal hanya seorang Rasul saja yang mereka dustakan. Oleh karena itu umat Nasrani yang mendustakan dan tidak mau mengikuti Nabi Muhammad ๐Ÿฒ, berarti mereka juga telah mendustakan dan tidak mengikuti Nabi Isa Al Masih bin Maryam, karena Nabi Isa sendiri pernah manyampaikan kabar gembira dengan akan datangnya Nabi Muhammad  sebagai rahmat bagi semesta alam. Kata “memberi kabar gembira” ini mengandung makna bahwa Muhammad adalah seorang Rasul kepada mereka juga, dimana Allah menyelamatkan mereka dari kesesatan dan memberi petunjuk mereka kepada jalan yang lurus melalui Nabi tersebut .
2. Mengimani orang-orang yang sudah kita kenali nama-namanya, misalnya Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, Nuh . Kelima Nabi Rasul itu dikenal dengan “ulul azmi”. Allah telah menyebut mereka dalam dua tempat dari Al Qur’an, yakni dalam surat Al Ahzab dan surat Asy syura.
Allah berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Nabi-Nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam…” (QS. Al Ahzab: 7).
Allah berfirman: “Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan juga apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya…” (QS. Asy Syuura: 13).
Terhadap para Rasul yang tidak dikenal namanamanya, kita juga wajib beriman kepada mereka secara global. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu…” (QS. Al Mu’min: 78).
3. Membenarkan apa yang mereka beritakan.
4. Mengamalkan syari’at Rasul yang diutus kepada kita. Dia adalah Nabi terakhir Muhammad yang diutus Allah kepada seluruh manusia.
Allah berfirman: “Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An Nisa’: 65).
๐Ÿ“• Sumber:
Rukun-rukun Iman, Universitas Islam Madinah
Syarah Ushulul Iman, Syaikh Ibnu Al'Utsaimin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA