Jenis-jenis lapang dada

Jenis-jenis lapang dada:

Pertama: Lapang dada dengan hukum syariat maknanya ialah menerimanya, ridha dan menjalankannya, serta menyatakan: "Kami dengar dan kami taat".

Jiwa kita saja terkadang merasakan lapang dada terhadap ibadah, sehingga kita menjalankannya dengan mudah dan senang hati, tunduk dan khusyu'.

Namun terkadang kita merasakan sebaliknya, berat dalam menjalankan ibadah tersebut, kalaulah bukan karena rasa takut kita terhadap dosa niscaya kita tidak akan melakukannya.

Ini perbedaan yang terjadi dalam satu orang saja, lalu bagaimana dengan banyaknya orang ?

Kedua: Lapang dada dengan taqdir, seseorang yang Allah lapangkan dadanya terhadap ketentuan taqdir ia akan ridha dengan ketentuan dan taqdir Allah, ia juga merasa tenang dengannya, ia akan mengatakan: "aku hanyalah seorang hamba, dan Allah berbuat apa yang Ia kehendaki". Ia barangkali merasa sakit, tapi tidak sampai merasa susah dan gundah.

Dalam sebuah hadits, Nabi ﷺ bersabda: "Sungguh mengherankan urusan seorang mukmin, sesungguhnya segala urusannya baik baginya, dan yang demikian itu tidaklah ada melainkan pada seorang mukmin. Jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu baik baginya. Dan jika mengalami kesenangan ia bersyukur, maka itu baik baginya."

Dari kedua jenis lapang dada diatas, Orang yang paling besar mendapat bagiannya adalah Nabi Muhammad ﷺ. Beliau adalah manusia yang paling bertaqwa kepada Allah, paling besar ketaatannya kepada Allah, dan paling besar kesabarannya terhadap taqdir Allah. Lihat bagaimana perlakuan manusia saat beiau berdakwah, bagaimana yang beliau rasakan disaat sakit.

Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata: Saya masuk menemui Rasulullah dalam keadaan beliau sedang sakit, aku katakan: Wahai Rasulullah, sungguh engkau sedang sakit keras". Beliau bersabda: "Benar, sesungguhnya aku merasakan sakit sebagaimana sakit yang dirasakan dua orang dari kalian." (HR. al-Bukhari)

Demikian pula bagaimana kondisi beliau disaat menjelang wafatnya. Beliau adalah manusia yang paling bersabar.

Kesabaran ialah derajat tinggi yang tidaklah dicapai melainkan dengan melewati sesuatu yang berat.

Oleh karena itulah, manusia yang paling besar tingkat kesabarannya adalah para nabi, kemudian orang2 shalih, kemudian orang2 yang di bawah mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA