Membingkai diri di bulan Ramadhan



Ikhwatu fillah, Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita umur dan kesempatan untuk menjalankan berbagai amal shalih. Terkhusus di bulan yang sebentar lagi kta hadapi, yakni bulan ramadhan.
Untuk menjadi hamba Allah yang dicintaiNya, seorang muslim harus menghiasi dirinya dengan bingkai-bingkai pribadi sebgai berikut,
1.      Membingkai diri dengan ilmu
Seseorang yang sukses, maka ia harus belajar terlebih dahulu. Karena itulah sukses ramadhan yang pertama membutuhkan ilmu. Petunjuk Allah dan Rasul-Nya dalam ibadah-ibadah di bulan ramadhan ini tidak mungkin dapat diketahui tanpa menuntut ilmu syar’i.
Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037).



Pelajari berbagai ilmu yang berkaitan dengan Ramadhan, seperti hal yang di haromkan, dibolehkan, di sunnahkan, di makruhkan ketika seseorang berpuasa.

2. Membingkai diri dengan keikhlasan
Seorang hamba yang merasakan kenikmatan dan manisnya beribadah adalah yang selalu menghadirkan keikhlasan di dalam hatinya kepada Allah. Tidaklah dia melakukan berbagai macam ketaatan melainkan hanya untuk meraih ridhaNya. Bulan Ramadhan bulan yang dilipatgandakan pahala amalan-amalan shaleh hanya bisa diraih dengan keikhlasan, karena pondasi semua amalan adalah ikhlas.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Dan Allah melipatgandakan (pahala) kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas (karuniaNya) dan Maha Mengetahui. (QS.Al-Baqarah:261)
Berkata Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah:
أي بحسب إخلاصه في عمله
Yaitu tergantung keikhlasannya pada amalnya.(Tafsir Ibnu Katsir:1/531)

3. Membingkai diri dengan shaum yang paripurna

Jadikanlah shaum yang kita jalankan menjadi shaum yang paripurna , tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja.

(( مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ )) رواه البخاري وأحمد وغيرهما.
Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum.” (HR. Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya).

Dalam hadits lain dikatakan:
((
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطْشُ )) رواه أحمد وهو حديث صحيح.
Betapa banyak orang puasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga.” (HR. Ahmad, hadits hasan shahih).



Karena itu Nabi bersabda:
((
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ)) متفق عليه.
Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu(Muttafaq alaih).

4. Membingkai diri dengan Alqur’an

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
 “
bulan ramadhan  yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an

            Perhatian kaum salaf terhadap al-Quran di bulan Ramadhan sangat menakjubkan, hari-hari mereka dipenuhi dengan membaca al-Quran. Mereka meninggalkan kesibukan-kesibukan lain yang merupakan rutinitasnya untuk fokus kepada al-Quran. Tidak heran jika mereka dapat mengkhatamkan al-Quran dalam bulan Ramadhan hingga berkali-kali. [Sunan Al-Baihaqi, 2/555]
Mereka  itu  mampu membaca disertai dengan tadabbur dalam waktu singkat, dan hal itu mudah bagi mereka yang jiwanya sudah menyatu dengan alQuran dan telah menguasai tafsirnya dengan sempurna.

5. membingkai diri dengan amal-amal shalih diantaranya shalat malam, doa dan sedekah
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ  أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

 ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻡَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺇِﻳْﻤَﺎﻧًﺎ ﻭَﺍﺣْﺘِﺴَﺎﺑًﺎ ﻏُﻔِﺮَ ﻟَﻪُ ﻣَﺎ ﺗَﻘَﺪَّﻡَ ﻣِﻦْ ﺫَﻧْﺒِﻪِ (( ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ)) "Barangsiapa mendirikan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadits Muttafaq alaih).
Imam Syafi'i berkata: "Aku senang seseorang bertambah dermawan di bulan Ramadhan, mengikut kepada (sunnah) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan juga karena orangorang butuh untuk memenuhi kebutuhannya di bulan itu sementara mereka disibukkan melaksanakan ibadah shalat dan puasa dari mencari rezeki." [Mukhtashar Al-Muzani, hal:87].

6. Membingkai diri dengan akhlaq mulia

 .      Nabi  bersabda:
(( الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ يَوْمَ صِيَامِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثُ وَلاَ يَصْخَبُ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّيْ صَائِمٌ )) رواه البخاري ومسلم.
“Puasa adalah perisai, bila suatu hari seseorang dari kamu berpuasa, hendaknya ia tidak berkata buruk dan berteriak-teriak. Bila seseorang menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata: “Sesungguhnya aku sedang puasa.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma berkata:
((
إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ وَبَصَرُكَ وَلِسَانُكَ عَن الكَذِبِ وَالمَآثِمِ وَدَعْ أَذَى الجَارِ، وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِيْنَةٌ يَوْمَ صَوْمِكَ، وَلاَ تَجْعَلْيَوْمَ فِطْرِكَ وَيَوْمَ صِيَامِكَ سَوَاءٌ ))
Jika kamu berpuasa, hendaknya berpuasa pula pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari dusta dan dosa-dosa. Tinggalkan menyakiti tetangga, dan hendaknya kamu senantiasa bersikap tenang pada hari kamu berpuasa, jangan pula kamu jadikan hari berbukamu sama dengan hari kamu berpuasa.”
Dua hadits diatas menununtunkan bahwa seorang yang puasa harus ia membentenginya dengan akhlaq mulia. Wallahu A’lam


_________________________________________________________________________________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA