TAFSIR QS. LUQMAN 10 & 11


Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ وَأَلْقَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ رَوَٰسِىَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ ۚ وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَنۢبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ
"Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik".
هَٰذَا خَلْقُ ٱللَّهِ فَأَرُونِى مَاذَا خَلَقَ ٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦ ۚ بَلِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
"Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata".
Penjelasan ayat :
Firman-Nya : "Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya", Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya tatkala menafsirkan surat Ar-Ra'd ayat ke-2, beliau menukil dua pendapat ahli tafsir, apakah memang langit itu diciptakan tanpa tiang penyangga ataukah memang diciptakan dengan tiang penyangga?, hanya saja kita semua tidak melihatnya.
Pendapat yang terakhir dinukil dari "penerjemah Al Qur`an" Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhumaa, kemudian dari dua murid beliau yang juga merupakan ulama tafsir dari kalangan Tabi'in yaitu Mujahid dan Qatadah rahimahumaallah.
Adapun pendapat pertama dinukil dari Iyas bin Mu'awiyyah al-Muzani, salah seorang Aimah Tabi'in yang terkenal dengan kecerdasannya dan juga salah satu pendapat Qatadah juga.
Imam Thabari dan Imam Ibnu Katsir merajihkan pendapat yang pertama bahwa memang langit diciptakan tanpa tiang, kata Imam Thabari :
"Pendapat yang lebih utama yang shahih terkait Firman Allah Ta'aalaa :
ٱللَّهُ ٱلَّذِى رَفَعَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ
"Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat" (QS. Ar-Ra'd : 2).
Yakni langit itu ditinggikan tanpa tiang sebagaimana yang kita lihat, berdasarkan Firman Rabb kami, tidak ada hadits (yang menunjukkan) selain ini, begitu juga tidak ada hujjah yang dapat diterima selain dari pendapat ini".
Adapun Imam Ibnu Katsir berargumen dengan mengatakan :
"pendapat inilah yang lebih sesuai dengan konteks ayat dan makna lahiriah dari firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengatakan:
{وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الأرْضِ إِلا بِإِذْنِهِ}
"Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya" (Al-Hajj: 65)
Dengan demikian, berarti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menyebutkan: (sebagaimana) yang kalian lihat. (Ar-Ra'd: 2) mengukuhkan ketiadaan hal tersebut, yakni langit ditinggikan tanpa memakai tiang penyangga seperti yang kalian lihat. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala Yang Mahasempurna" -selesai-.
Kemudian Allah menyebutkan penciptaan bumi dengan segala isinya, yang semuanya ini ditujukan untuk kemaslahatan hamba-hamba-Nya. Setelah menyebutkan itu semua lalu Allah Ta'aalaa berfirman :
{هَذَا خَلْقُ اللَّهِ}
"Inilah ciptaan Allah". (Luqman: 11)
Artinya, apa yang telah disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala tadi —yaitu penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di antara keduanya— berasal dari perbuatan Allah dan merupakan ciptaan-Nya, berdasarkan ketentuan dari-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya dalam penciptaan itu. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
{فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ}
"maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah dicipta­kan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah". (Luqman: 11)
Yakni sembahan-sembahan yang kalian seru berupa berhala-berhala dan sekutu-sekutu itu.
{بَلِ الظَّالِمُونَ}
"Sebenarnya orang-orang yang zalim itu". (Luqman: 11)
Yaitu orang-orang yang berbuat syirik kepada Allah dan menyembah selain­Nya bersama Dia.
{فِي ضَلالٍ}
"berada di dalam kesesatan". (Luqman: 11)
Mereka berada dalam kebodohan dan kegelapan.
{مُبِينٍ}
"yang nyata". (Luqman: 11)
Maksudnya, jelas, nyata, dan tidak ada kesamaran padanya.
(Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir).
Dari sini, kita dapat ambil pelajaran :
1. Ke-Maha Kuasa-an Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan sempurna;
2. Rahmat dan karunia Allah yang sangat luas, dengan menciptakan langit, bumi dan seisinya untuk kemaslahatan para makhluk-Nya;
3. Keindahan dan keajaiban ciptaan-ciptaan Allah.
4. Itu semua adalah ciptaan Allah, mana ciptaan tuhan-tuhan yang diibadahi oleh kaum musyrikin? Tentunya tidak ada sama sekali, karena mereka juga adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah.
وَٱلَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَخْلُقُونَ شَيْـًٔا وَهُمْ يُخْلَقُونَ
"Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang" (QS. An Nahl : 20).
5. Orang-orang musyrik adalah orang-orang yang zhalim, karena mereka menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, seharusnya peribadatan itu hanya kepada Allah yang menciptakan alam semesta ini, tapi mereka malah memberikannya kepada sesuatu yang tidak memiliki saham sedikit pun dalam penciptaan alam semesta ini.
6. Kedunguan orang-orang musyrik sangat nyata bagi yang masih memiliki bashirah Iman, karena najisnya keyakinan mereka terhadap sang Penciptanya.
إِنَّمَا ٱلْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis" (QS. At Taubah : 28).
7. Orang-orang Musyrik sesat jalannya dan ini adalah fakta yang sangat gamblang dan nyata sekali dalam kehidupan mereka yang tidak bisa diterima oleh akal yang sehat.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (QS. Al Baqarah : 170).
Abu Sa'id Neno Triyono

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA