Bertingkat-tingkatnya Orang Beriman dalam Amalannya


📚 Syarah Shahih AlBukhari Kitabul Iman

📖 Bab 15

Penjelasan : Karena perbedaan kualitas amalan seorang Mukmin dengan mukmin lainnya, maka kedudukan mereka pun berbeda-beda.  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :         “Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan”. (QS. Ali Imroon (3) : 163).

Syaikh As-Sa’di berkata ketika menafsirkan ayat ini : “mereka semua bertingkat-tingkat derajat dan kedudukannya, sesuai dengan bertingkat-tingkatnya mereka didalam beramal”.

Berkata Imam Bukhori:                                 “Haddatsanaa Ismail ia berkata, haddatsanii Malik dari Amr bin Yahya Al Maaziniy dari Bapaknya dari Abu Said Al Khudriy Rodhiyallohu 'Anhu dari Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam Beliau bersabda : “Penduduk surga masuk kedalam surga, (begitu juga) penduduk neraka masuk kedalam neraka. Lalu Allah berfirman : “keluarkan dari neraka orang yang terdapat dalam hatinya keimanan sebesar biji, maka mereka pun dikeluarkan dari neraka dan telah hangus (terbakar), kemudian mereka dilemparkan kedalam sungai ‘Hayaa’ –atau ‘hayaah’, Malik ragu-ragu- maka merekapun tumbuh sebagaimana tumbuhnya biji-bijian (di padang pasir) setelah disiram hujan. Bukankah engkau melihat bahwa bijian tadi keluar (setelah disiram hujan) di padang pasir yang gersang? Wuhaib berkata, haddatsanaa Amr ‘al hayaah’.

Kedudukan Sanad : Dalam sanad hadits ini terdapat perowi yang bernama Isma’il, berdasarkan penilaian ulama yang mu’tabar, rowi ini tidak sampai derajat perowi hadits shohih, bahkan Imam Ibnu Ma’in dan Imam Nasa’I dalam tempat lain menilainya lemah. Maka untuk permasalahan seperti ini telah dijelaskan sebelumnya dan setelah dibandingkan dengan riwayat lainnya, Ismail ini memiliki Mutaba’ah (penguat) untuk riwayat dari Malik bin Anas, yaitu Abdullah bin Wahhab seorang rowi yang dinilai Al Hafidz dalam “At Taqriib” dengan Tsiqoh, Hafidz dan Ahli ibadah. Riwayatnya dikeluarkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam shohihnya no. 222. Mutaba’ah lainnya lagi dari riwayat Imam Malik adalah salah satu murid beliau yang dikatakan oleh Imam Abu Hatim sebagai murid Imam Malik yang paling tsabit, yakni Ma’na bin Isa. Al Hafidz Ibnu Hajar menilainya Tsiqoh tsabat (At Taqriib).  Alasan lain lagi adalah faktor kedekatan dengan gurunya, dalam hal ini rowi Ismail adalah anak dari saudara perempuannya Imam Malik (keponakannya), sehingga sangat mungkin shohih pendengaran Ismail dari Imam Malik yang notabene adalah pamannya sendiri.

📲 ikhwahmedia.wordpress.com

       risalah12.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA