فضل التوحيد وما يكفر من الذنوب FADHILAH TAUHID TERHAPUSNYA DOSA




الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS al-An’am 82).

1. Fadhilah Tauhid

a. Tauhid merupakan pendorong paling besar untuk melakukan ketaatan, karena seorang muwahhid (orang yang bertauhid) beramal karena Allah swt dan untuk-Nya dan Dia mengetahui secara tersembunyi dan terang-terangan.
Selain muwahhid, ibadahnya bisa riya, maka  sebagian orang salaf berkata : “Aku ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu ketaatan yang tidak diketahui selain oleh Allah swt semata.

b. Para muwahhid mendapatkan rasa aman dan petunjuk, sebagaimana firman Allah swt diatas (QS al-An’am 82).
Wa lam yalbisuu artinya mereka tidak mencampuradukkan, sedangkan bizhulmin maknanya adalah kebalikan iman yaitu syirik.
Al-amnu maknanya jenis keamanan yakni keamanan yang mutlak atau keamanan yang nisbi tergantung pada kezhaliman yang dicampuradukkan.
Muhtaduun artinya mereka mendapat petunjuk di dunia untuk mengetahui dan mengamalkan syariat Allah. Mendapat petunjuk dengan ilmu merupakan  petunjuk tuntunan, sedangkan mendapat petunjuk untuk mengamalkan merupakan petunjuk  taufik. Dan mereka dalam keadaan berpetunjuk di akhirat menuju ke surga.
Sebagaimana firman-Nya :

احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ (22) مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ
(kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan
 yang selalu mereka sembah, selain Allah; maka tunjukkanlah
kepada mereka jalan ke neraka.
(QS Ash-Shaffat 22-23).

Inilah petunjuk akhirat bagi orang-orang yang zhalim, diberi petunjuk ke Neraka Jahanam, sedangkan bagi orang-orang yang beriman yang tidak berbuat zhalim mendapat petunjuk ke surga.

Ketika turun ayat ini (QS al-An’am 82) maka para shahabat merasakan isinya terlalu berat bagi mereka, maka mereka bertanya kepada Rasulullah saw, “ Siapakah diantara kami yang tidak menzhalimi diri sendiri?. Lalu Rasulullah saw bersabda, “Bukan seperti yang kalian sangka, tapi yang dimaksudkan kezhaliman disini adalah syirik. Apakah kalian belum  mendengar perkataan seseorang yang shalih, yakni Luqman kepada anaknya, ‘Sesungguhnya syirik itu benar-benar suatu kezhaliman yang besar”. (HR Bukhari).

2. Jenis Kezhaliman

a. Kezhaliman yang paling zhalim, yaitu syirik terhadap hak Allah
b. Kezhaliman manusia terhadap diri sendiri dengan cara tidak memberikan hak kepada diri sendiri, seperti puasa wishal (tidak mau berbuka), shalat sepanjang malam dan tidak tidur sama sekali.

c. Kezhaliman seseorang terhadap orang lain, seperti melakukan penganiayaan terhadap seseorang dengan cara memukul, membunuh, merampas hartanya dsb.

3. Korelasi Kezhaliman dan Keamanan

Allah swt menetapkan keamanan bagi orang yang tidak berbuat syirik (muwahhid) sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Barangsiapa bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah, kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba serta Rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya dan kalimat-Nya kepada Maryam serta ruh dari-Nya, surga adalah benar, neraka adalah benar, maka Allah memasukkannya ke dalam surga, berdasarkan amal yang telah dikerjakannya”. (HR Bukhari).
Kesaksian harus berdasarkan ilmu yang diperolehnya dengan cara mencarinya dan juga merupakan naluri sejak lahir, sebagaimana sabda Rasulullah saw
كل مولود يولد على الفطرة
“Setiap anak dilahirkan berdasarkan fitrah”
(HR Bukhri Muslim).

4. Kemaksiatan Bagian dari Syirik

Kemaksiatan dilihat dari maknanya atau jenisnya secara umum dapat dianggap sebagai bagian dari syirik. Adapun  maknanya yang lebih khusus dapat dibagi menjadi  empat macam, yaitu :
a. Syirik Akbar
b. Syirik Ashghar
c. Kemaksiatan Kubra
d. Kemaksiatan Shughra.

Kemaksiatan-kemaksiatan ini ada yang berkaitan dengan hak Allah, dengan hak manusia sendiri dan dengan hak makhluk. Mewujudkan kalimat laa ilaah illallaah merupakan perkara yang sulit, karena menurut ulama salaf, “Setiap maksiat adalah  macam dari kesyirikan”. Dan sebagian salaf berkata, “ Aku tidak bermujahadah (mencurahkan segala kemampuan) menghadapi diriku karena sesuatu yang lebih berat dari mujahadahku untuk ikhlas”.
Tidak ada yang mengenal hal ini kecuali orang Mukmin. Orang non Muslim tidak pernah bermujahadah pada dirinya untuk keikhlasan. Maka ada yang bertanya kepada Ibnu Abbas, “Sesungguhnya orang-orang Yahudi berkata, ‘Kami tidak pernah mendapat bisikan dalam shalat’ maka dia berkata, “Apa yang dapat dilakukan setan terhadap hati yang sudah rusak?. Setan tidak datang untuk merobohkan sesuatu yang sudah roboh, tapi ia datang untuk merusak hati yang hidup.

5. Hal-hal yang menggugurkan perwujudan kesaksian bahwa Muhammad  Rasul Allah, yaitu :

a. Melakukan kemaksiatan
Dengan melakukan kemaksiatan berarti engkau tidak lagi mengikuti Rasulullah saw.

b. Melakukan bid’ah dalam agama
Melakukan bid’ah dalam agama artinya engkau mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan Allah dan Rasul-Nya. Pada hakikatnya berbuat bid’ah dalam agama merupakan sikap mengolok-olok Allah karena mendekatkan diri kepada-Nya dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan-Nya. Juga dibilang engkau salah jalan lalu engkau berlindung dengan niatmu, namun engkau tidak memberikan alasan tentang perbuatanmu yang menyalahi jalan.

Ada para ahli bid’ah yang mempunyai keyakinan bahwa mereka mendapat pahala karena niatnya yang baik jika mereka tidak mengetahui kebenaran. Adapun para imam mereka yang mengetahui kebenaran tetap memelihara bid’ah dalam rangka mengamankan kedudukan. Seperti : Abu Jahal, Utbah bin Rabi’ah, al-Walid bin Al-Mughirah dsb. Mereka menolak risalah Muhammad saw karena dalam rangka mengamankan kedudukan mereka.

Ada dua golongan yang mengikuti para imam, yaitu :
a. Orang-orang yang tidak mengetahui kebenaran dan tidak mampu mencari kebenaran, mereka mengira bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar. (mereka masih dapat ditolerir).
b. Orang-orang yang mengetahui kebenaran tapi menolaknya karena fanatisme terhadap para imam. (tidak dapat ditolerir). Sebagaimana firman-Nya :

بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ
       Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan
(mengikuti) jejak mereka."
(QS az-Zuhruf 22).

Referensi :  Kitab Qaulul Mufid Syarah Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad   Al-Utsaimin, Penerbit Darul Falah Bekasi 2017.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA