RESUME KAJIAN AKHLAQ




Ahad, 25 Muharram 1439 H (15 Oktober 2017)
Materi : Syarah Riyadhush Shalihin 6A – Taqwa #1
Pemateri : Abu Takeru
Tempat : Masjid Al-Furqon UPI Lantai 4 – Bandung
Waktu : 16.30 WIB - Menjelang Maghrib

Di dalam surah Al-A’raf, surah terpanjang ketiga dalam Al-Qur’an, ada ayat yang menunjukkan bagaimana Allaah itu benar-benar sayang kepada hamba-Nya. Yaitu di ayat tentang Ashabul A’raf.

Allaah berfirman,

وَنَادَىٰ أَصْحَابُ الْأَعْرَافِ رِجَالًا يَعْرِفُونَهُمْ بِسِيمَاهُمْ قَالُوا مَا أَغْنَىٰ عَنْكُمْ جَمْعُكُمْ وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ

Dan orang-orang di atas A‘raf (tempat yang tertinggi) menyeru orang-orang yang mereka kenal dengan tanda-tandanya sambil berkata, “Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang kamu sombongkan, (ternyata) tidak ada manfaatnya buat kamu. (QS. Al-A'raf [7]: 48).

Kata para ulama, Al-A’raf adalah tempat di mana orang yang timbangan kebaikan dan keburukannya sama persis. Dan kata ulama, Al-A’raf ini adalah orang-orang yang akan masuk Surga paling akhir tanpa adzab.

Janji Allaah pada ayat lain adalah barangsiapa yang lebih berat timbangan amal kebaikannya, akan masuk Surga tanpa adzab. Lalu, kita lihat Ashabul A’raf. Pada hakekatnya, orang-orang ini adalah orang yang amal keburuknya lebih banyak dari amal kebaikannya. Karena Allaah menjanjikan balasan bagi amal baik 10 kali lipat bahkan lebih dari itu, sedangkan amal buruk apabila dilakukan maka akan dihitung sebagai 1 keburukan.

Kemudian Allaah melanjutkan,

أَهَٰؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمْتُمْ لَا يَنَالُهُمُ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ ۚ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ

Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah, bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allaah?” (Allaah berfirman), “Masuklah kamu ke dalam Surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu tidak pula akan bersedih hati.” (QS. Al-A'raf [7]: 49).

Ada orang yang kebaikannya banyak dan sedikit dosanya, ada orang yang banyak dosanya dan kebaikannya sedikit. Dan ada pula orang-orang yang mencampuradukkan pahala dan dosa. Orang yang banyak kebaikan dan banyak pula dosanya. Ini lah orang-orang yang semoga Allaah sayangi mereka. Semoga kita minimal masuk ke golongan itu, dan tentu kita berharap agar bisa jadi orang yang kebaikannya lebih banyak dari dosanya.

CIRI-CIRI ORANG BERTAQWA

Allaah berfirman,

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ O آخِذِينَ مَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ

Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman (Surga) dan mata air, mereka mengambil apa yang diberikan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang muhsinin; (QS. Adz-Dzariyat [51]: 15-16).

Ihsan itu kita melakukan ibadah seakan-akan kita melihat Allaah, atau kita yakin Allaah sedang melihat kita. Muhsin yang paling mantap adalah saat ia melakukan ibadah yang terbesar, yaitu shalat. Jadilah orang yang muhsin ketika shalat. Kalau ketika shalat kita sudah melakukan ihsan, maka di kondisi lain kita akan lebih merasakan kehadiran Allaah.

Allaah melanjutkan,

كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ O وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allaah). (QS. Adz-Dzariyat [51]: 17-18).

Sudah berapa lama kita tidak bisa merasakan indahnya ibadah saat waktu malam sendirian? Mungkin saat awal hijrah, kita sering merasakannya. Lalu, iman kita mulai turun sehingga kita tidak bisa lagi merasakannya. Kita mulai banyak tertawa, dan hati kita mulai mati.

Rasūlullāh ﷺ bersabda,

“Surga dan Neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Muslim, no. 2359).

Rasūlullāh ﷺ bersabda,

"Bagaimana aku bersenang-senang sementara peniup sangkakala telah menelan sangkakala, menundukkan keningnya dan menyiapkan pendengarannya, dia menunggu diperintah meniup maka dia akan meniup." (HR. Tirmidzi, derajatnya hasan).

Syaikh Utsaimin berkata, "Ketaqwaan merupakan sebab bertambahnya pemahaman, termasuk juga di dalamnya firasat."

Di antara kisah yang disampaikan Syaikh Utsaimin adalah karramah ‘Umar yang suara beliau saat khutbah di Madinah terdengar oleh Sariyah di Iraq. Orang yang bertaqwa biasanya diberi karramah, walau tidak selalu. Dan karramah terbesar bukanlah kemampuan luar biasa, tetapi karramah terbesar bagi seorang hamba adalah kemampuan untuk menjauhi dosa, setelah sebelumnya ia berat untuk menjauhi dosa, sekarang ia jadi mudah, dan itu akan dimiliki oleh orang yang bertaqwa.

Syaikh Utsaimin pun berkata, “Merupakan satu bencana bagi seorang hamba apabila ia menyangka bahwa dosa-dosa yang telah ia perbuat bukanlah termasuk dosa, sehingga ia masih terus melakukannya.”

Kita berlindung kepada Allaah dari yang demikian. Jangan juga terlena dengan amal shalih kita, tapi kita terus beramal sambil merasa takut amal-amal itu tidak bisa menghapus dosa kita.

===========
Hadits ke-70

Ada yang mengatakan kepada Rasūlullāh ﷺ, “Wahai Rasūlullāh, siapakah manusia yang paling mulia?” Beliau menjawab, “Yang paling bertaqwa.”

Kemudian mereka yang bertanya tadi berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan.” Lalu Nabi ﷺ mengatakan, “(Yang paling mulia adalah) Yusuf, Nabi Allaah. Dia anak dari Nabi Allaah (Ya’qub). Dia cucu dari Nabi Allaah (Ishaq). Dan dia adalah keturunan kekasih Allaah (Ibrahim).”

Kemudian mereka yang bertanya tadi berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan.” Lalu Nabi ﷺ mengatakan, “Apakah mengenai barang tambang Arab yang kalian tanyakan? (Manusia adalah barang tambang), yang paling baik di antara mereka di masa Jahiliyah adalah yang paling baik di antara mereka di masa Islam, namun jika mereka berilmu.” (HR. Bukhari no. 3353 dan Muslim no. 2378).

Siapapun di antara orang musyrik yang kedudukannya tinggi, apabila ia masuk ke dalam Islam, dan ia memahami Islam dengan baik, maka ia akan jadi orang yang mulia. Contohnya Abu Sufyan. Dulu ia benci kepada Rasūlullāh ﷺ. Selama 20 tahun, ia memerangi Nabi ﷺ. Setelah itu, beliau masuk Islam. Abu Sufyan setelah masuk Islam beliau pahami agama dengan baik, sampai ia jadi orang yang bertaqwa.

Allaah berfirman tentang orang yang melakukan dosa syirik, membunuh, dan berzina,

يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا

(yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. (QS. Al-Furqan [25]: 69).

Kemudian Allaah melanjutkan,

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allaah dengan kebaikan. Allaah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Al-Furqan [25]: 70).

Itulah kebaikan Allaah pada hamba-hamba-Nya yang bertaubat. Maka kita yang punya banyak dosa masa lalu, entah itu dosa sembunyi-sembunyi, terang-terangan, bahkan yang jariyah, kemudian taubat, berharaplah ampunan kepada Allaah. Jangan putus asa, berharaplah saat taubat, dosa kita bukan  hanya dihapus, melainkan diubah jadi pahala, insyaaAllaah kita akan jadi orang yang sangat beruntung.

Ditulis oleh Abu Al-Haq pada sore hari di Masjid Al-Furqon UPI Lantai 4, Bandung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA