TINGKATAN TINGKATAN KEHIDUPAN MANUSIA




كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ
ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”
(QS AL-Baqarah 28).

Lima Tingkatan Kehidupan Manusia

1. Kehidupan kita saat ini di dunia yang dibatasi oleh banyak ikatan

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ
 أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-
orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”
(QS al-An’am 32).

2. Kehidupan Nabi Khidir as dan Nabi Ilyas as
Kehidupan mereka relatif tidak terikat, artinya mereka bisa berada di banyak tempat dalam satu waktu serta bisa makan dan minum kapan mereka mau. Mereka tidak selalu terikat dengan sejumlah kebutuhan hidup manusia seperti kita.
Para wali yang mendapat kasyaf meriwayatkan secara mutawatir berbagai peristiwa nyata yang terdapat dalam tingkatan tersebut. Dalam maqam kewalian terdapat Maqam Khidir, wali yang mencapai maqam tersebut bisa duduk bersama Khidir as serta menerima pelajaran darinya. Kadang orang yang mencapai maqam tersebut  keliru menduga bahwa dirinya adalah Nabi Khidir as.

قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
“Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu
yang telah diajarkan kepadamu?"
(QS al-Kahfi 66).

3. Kehidupan Nabi Idris as dan Nabi Isa as
Mereka mendapatkan kelembutan nurani dan kondisinya yang bersih dari berbagai kebutuhan hidup manusia serta masuk ke dalam kehidupan yang menyerupai kehidupan malaikat.
Nabi Idris dan Nabi Isa as terdapat di langit dengan fisik duniawi mereka seolah-olah menyerupai kelembutan fisik immateri dan fisik malaikat.
Nabi Isa akan turun ke dunia di akhir zaman dan mengikuti syariat Nabi Muhammad saw untuk menghancurkan gelombang ateisme yang dibawa oleh filsafat naturalism, ajaran Nabi Isa as akan bersih dan terbebas dari berbagai khurafat.
Pada saat terjadinya transformasi ajaran Isa as kepada Islam, sosok maknawi ajaran Isa as menghunus pedang wahyu samawi dan membunuh sosok maknawi ateisme yang mewakili sosok maknawi ajarannya membunuh Dajjal yang memiliki sosok maknawi ateisme.

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَاعِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
“(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang
kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu
di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.
Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu
Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal
yang selalu kamu berselisih padanya."
(QS Ali Imran 55).



4. Kehidupan para Syuhada
Seperti yang disebutkan di dalam al-Qur’an bahwa mereka memiliki tingkatan kehidupan yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kehidupan orang mati dalam kubur, karena para syuhada telah mengorbankan kehidupan duniawi mereka demi jalan kebenaran, maka Allah swt dengan kemurahan-Nya memberikan kehidupan yang menyerupai kehidupan duniawi di alam barzah. Hanya saja tanpa disertai dengan penderitaan, kepenatan dan kerisauan. Mereka tidak sadar kalau dirinya sudah mati. Yang mereka ketahui, mereka pergi ke alam yang lebih baik tanpa merasa sakitnya perpisahan dengan yang mereka cintai

وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya)
mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya”.
(QS al-Baqarah 154).

5. Kehidupan Spiritual penghuni kubur
Kematian adalah perpindahan tempat, pelepasan ruh dan bentuk pembebasan tugas dan transisi dari alam dunia ke alam akhirat.
Di alam kubur manusia akan menerima nikmat atau adzab kubur.

Sisi kenikmatan kematian yaitu :
a. Kematian menyelamatkan manusia dari berbagai beban dan tugas kehidupan dunia serta dari berbagai taklif hidup yang berat. Dengan demikian ia merupakan nikmat yang sangat besar.

b. Kematian mengeluarkan manusia dari penjara dunia yang gelap, sempit dan penuh kesulitan untuk masuk ke dalam wilayah rahmat Allah swt. Disana manusia mendapatkan kehidupan yang lapang, kekal dan bersinar tidak dibalut ketakutan serta tidak dikotori oleh kesedihan dan kerisauan.

c. Masa tua dan sejenisnya termasuk faktor yang membuat kehidupan menjadi sulit dan memenatkan. Dari sana terlihat betapa kematian merupakan nikmat yang melebihi nikmat kehidupan di dunia.

d. Sebagaimana tidur merupakan kelapangan dan rahmat bagi manusia, terutama bagi mereka yang mendapat cobaan, sakit dan luka. Kematian merupakan saudara kembar tidur sebagai rahmat dan nikmat besar bagi mereka yang mendapat cobaan berat yang kadang membuat mereka bunuh diri.

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى
 عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
        Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan."
(QS al-Jumu’ah 8).

Referensi : Kitab Al-Maktubat karya  Badiuzzaman Said Nursi, Penerbit       Risalah Nur Press, Tangerang 2017.UPAN MANUSIA

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ
ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”
(QS AL-Baqarah 28).

Lima Tingkatan Kehidupan Manusia

1. Kehidupan kita saat ini di dunia yang dibatasi oleh banyak ikatan

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ
 أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-
orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”
(QS al-An’am 32).

2. Kehidupan Nabi Khidir as dan Nabi Ilyas as
Kehidupan mereka relatif tidak terikat, artinya mereka bisa berada di banyak tempat dalam satu waktu serta bisa makan dan minum kapan mereka mau. Mereka tidak selalu terikat dengan sejumlah kebutuhan hidup manusia seperti kita.
Para wali yang mendapat kasyaf meriwayatkan secara mutawatir berbagai peristiwa nyata yang terdapat dalam tingkatan tersebut. Dalam maqam kewalian terdapat Maqam Khidir, wali yang mencapai maqam tersebut bisa duduk bersama Khidir as serta menerima pelajaran darinya. Kadang orang yang mencapai maqam tersebut  keliru menduga bahwa dirinya adalah Nabi Khidir as.

قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
“Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu
yang telah diajarkan kepadamu?"
(QS al-Kahfi 66).

3. Kehidupan Nabi Idris as dan Nabi Isa as
Mereka mendapatkan kelembutan nurani dan kondisinya yang bersih dari berbagai kebutuhan hidup manusia serta masuk ke dalam kehidupan yang menyerupai kehidupan malaikat.
Nabi Idris dan Nabi Isa as terdapat di langit dengan fisik duniawi mereka seolah-olah menyerupai kelembutan fisik immateri dan fisik malaikat.
Nabi Isa akan turun ke dunia di akhir zaman dan mengikuti syariat Nabi Muhammad saw untuk menghancurkan gelombang ateisme yang dibawa oleh filsafat naturalism, ajaran Nabi Isa as akan bersih dan terbebas dari berbagai khurafat.
Pada saat terjadinya transformasi ajaran Isa as kepada Islam, sosok maknawi ajaran Isa as menghunus pedang wahyu samawi dan membunuh sosok maknawi ateisme yang mewakili sosok maknawi ajarannya membunuh Dajjal yang memiliki sosok maknawi ateisme.

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَاعِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
“(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang
kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu
di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.
Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu
Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal
yang selalu kamu berselisih padanya."
(QS Ali Imran 55).



4. Kehidupan para Syuhada
Seperti yang disebutkan di dalam al-Qur’an bahwa mereka memiliki tingkatan kehidupan yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada kehidupan orang mati dalam kubur, karena para syuhada telah mengorbankan kehidupan duniawi mereka demi jalan kebenaran, maka Allah swt dengan kemurahan-Nya memberikan kehidupan yang menyerupai kehidupan duniawi di alam barzah. Hanya saja tanpa disertai dengan penderitaan, kepenatan dan kerisauan. Mereka tidak sadar kalau dirinya sudah mati. Yang mereka ketahui, mereka pergi ke alam yang lebih baik tanpa merasa sakitnya perpisahan dengan yang mereka cintai

وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya)
mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya”.
(QS al-Baqarah 154).

5. Kehidupan Spiritual penghuni kubur
Kematian adalah perpindahan tempat, pelepasan ruh dan bentuk pembebasan tugas dan transisi dari alam dunia ke alam akhirat.
Di alam kubur manusia akan menerima nikmat atau adzab kubur.

Sisi kenikmatan kematian yaitu :
a. Kematian menyelamatkan manusia dari berbagai beban dan tugas kehidupan dunia serta dari berbagai taklif hidup yang berat. Dengan demikian ia merupakan nikmat yang sangat besar.

b. Kematian mengeluarkan manusia dari penjara dunia yang gelap, sempit dan penuh kesulitan untuk masuk ke dalam wilayah rahmat Allah swt. Disana manusia mendapatkan kehidupan yang lapang, kekal dan bersinar tidak dibalut ketakutan serta tidak dikotori oleh kesedihan dan kerisauan.

c. Masa tua dan sejenisnya termasuk faktor yang membuat kehidupan menjadi sulit dan memenatkan. Dari sana terlihat betapa kematian merupakan nikmat yang melebihi nikmat kehidupan di dunia.

d. Sebagaimana tidur merupakan kelapangan dan rahmat bagi manusia, terutama bagi mereka yang mendapat cobaan, sakit dan luka. Kematian merupakan saudara kembar tidur sebagai rahmat dan nikmat besar bagi mereka yang mendapat cobaan berat yang kadang membuat mereka bunuh diri.

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى
 عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
        Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan."
(QS al-Jumu’ah 8).

Referensi : Kitab Al-Maktubat karya  Badiuzzaman Said Nursi, Penerbit       Risalah Nur Press, Tangerang 2017.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA