riwayat tentang jabal rahmah


📚 Materi Shahih Kisah Para Nabi

📖

Ikhwatu fillah, Sebelum kita lanjut kisah Nabi Adam terlebih dahulu kita mengetahui beberapa riwayat lemah yang banyak disisipkan dalam kisah Adam. Diantaranya mengenai Jabal Rahmah.

Cerita yang tersebar di tengah para jama’ah haji bahwasanya di jabal Ar-Rhamah itulah tempat pertemuan Nabi Adam ‘alaihis salaam dengan Hawa, tatkala mereka berdua diturunkan ke bumi di tempat yang terpisah, lalu mereka berdua saling mencari dan akhirnya bertemu di jabal Ar-Rahmah. Akhirnya kerinduan dan kecintaan antara dua kekasih akhirnya tumbuh kembali setelah pertemuan di jabal Ar-Rahmah. Benarkah cerita ini?
Tidak dipungkiri bahwasanya sebagian mufassir (ahli tafsir) tatkala menyebutkan sebab penamaan padang Arofaat, mereka menyebutkan ada beberapa pendapat.
– Ada yang mengatakan dinamakan Arofaat karena para jama’ah haji berkumpul disana maka ﻳَﺘَﻌَﺎﺭَﻓُﻮْﻥَ ﻓِﻴْﻬَﺎ “saling mengenal diantara mereka di padang tersebut”
– Ada yang mengatakan ﻷﻧﻬﺎ ﻭﺻﻔﺖ ﻹﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻓﻠﻤﺎ ﺃﺑﺼﺮﻫﺎ ﻋَﺮَﻓَﻬَﺎ “Padang arofah dikabarkan sifatnya kepada Ibrahim ‘alaihis salaam, maka tatkala Ibrahim ‘alaihis salaam melihat padang tersebut iapun mengenalnya”
– Ada yang mengatakan tatkala Jibril ‘alaihis salaam membawa Ibrahim mengelilingi lokasi-lokasi manasik maka Jibrilpun memperlihatkan pada arofah kepada Ibrahim, maka Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam berkata : ﻋَﺮَﻓْﺖُ ﻋَﺮَﻓْﺖُ “Aku tahu, aku tahu”
– Ada yang mengatakan ﺍﻟﺘَﻘَﻰ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﺁﺩَﻡُ ﻭﺣﻮَّﺍﺀ ﻓَﺘَﻌَﺎﺭَﻓَﺎ “Nabi Adam dan Hawwa bertemu di padang tersebut maka mereka berdua saling mengenal”
Inilah sebagian pendapat yang disebutkan oleh para ahli tafsir, seperti Al-Qurthubi, Az-Zamakhsari, Inu Katsir, dan Asy-Syaukaani rahimahumullah.
Namun Az-Zamakhsari dan Ibu ‘Athiyyah mengisayaratkan pendapat yang menyatakan bahwa nama ‘Arofah adalah termasuk Al-Asmaa’ Al-Murtajalah, yaitu nama-nama yang tidak berasal dari makna kata yang lainnya, sebagaimana banyak nama-nama tempat yang lainnya.
Yang menjadi perhatian kita adalah pendapat yang menyatakan bahwa Arofah dinamakan dengan nama tersebut karena Nabi Adam setelah berpisah lama dengan Hawwa akhirnya bertemu di padang Arofah.
Yang menjadi catatan :
Pertama : Pendapat ini tidak ada dalilnya, serta tidak ada riwayat yang shahih yang bisa dijadikan patokan. Kemungkinan hanyalah diambil dari cerita isra’iliyat.
Kedua : Kalaupun riwayat cerita ini shahih maka tidak disebutkan bahwa pertemuan antara Nabi Adam ‘alaihi salam dan istrinya Hawa di sebuah gunung. Akan tetapi hanya disebutkan pertemuan mereka di padang Arofah secara mutlak, dan tidak dikhusukan sebuah gunung. Lagi pula secara logika buat apa pertemuan mereka di tempat yang tinggi, tentunya lebih baik mereka bertemu di tempat yang landai.
Ketiga : Kalaupun ternyata cinta tumbuh kembali antara Nabi Adam dan Hawwa maka tempat tersebut hanyalah kebetulan tempat pertemuan mereka, dan tidak bisa dijadikan sebagai tempat berkah, lantas dijadikan tempat sholat, atau dikabulkannya doa, atau agar melanggengkan cinta kasih, dll.
Intinya, ini semua kita katakan kalau ternyata cerita tersebut benar, akan tetapi telah kita ketahui bahwasanya tidak ada riwayat yang shahih yang menunjukkan akan kebenar cerita itu. Karenanya seluruh mufassir membawakan pendapat ini dengan menggunakan bentuk ﻭَﻗِﻴْﻞَ “dan dikatakan…” sebagai isyarat bahwasanya tidak ada landasan yang bisa dijadikan dalil atas kisah cinta tersebut.
Para ulama telah mengingkari perbuatan banyak jama’ah haji yang semangat untuk naik ke jabal Ar-Rahmat untuk mencari keberkahan.
Asy-Syingqithi rahimahullah dalam tafsirnya berkata :
ﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﺼﻌﻮﺩ ﻋﻠﻰ ﺟﺒﻞ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﺍﻟﺬﻯ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻮﺍﻡ ﻻ ﺃﺻﻞ ﻟﻪ ، ﻭﻻ ﻓﻀﻴﻠﺔ ﻓﻴﻪ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺮﺩ ﻓﻰ ﺧﺼﻮﺻﻪ ﺷﻰﺀ ﺑﻞ ﻫﻮ ﻛﺴﺎﺋﺮ ﺃﺭﺽ ﻋﺮﻓﺔ ، ﻋﺮﻓﺔ ﻛﻠﻬﺎ ﻣﻮﻗﻒ ، ﻭﻛﻞ ﺃﺭﺿﻬﺎ ﺳﻮﺍﺀ ﺇﻻ ﻣﻮﻗﻒ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﺎﻟﻮﻗﻮﻑ ﻓﻴﻪ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﻏﻴﺮﻩ
“Ketahuilah bahwasanya naik di atas jabal Ar-Rhamah yang dilakukan oleh banyak orang awam adalah perbuatan yang tidak ada asalnya (tidak ada dalilnya), dan tidak ada keutamaannya. Karena tidak ada sama sekali dalil yang menunjukkan keutamaan jabal Ar-Rahmah. Maka jabal Ar-Rahmah sama saja sebagaimana lokasi-lokasi yang lain di padang Arofah. Dan seluruh padang Arofah adalah lokasi untuk wuquf. Seluruh tempat yang ada di Arofah sama hukumnya, kecuali lokasi tempat wuqufnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka wuquf di lokasi tersebut lebih afdhol daripada yang lainnya” (Adhwaaul Bayaan 4/440-441)
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata
ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺸْﺮَﻉُ ﺻُﻌُﻮﺩُ ﺟَﺒَﻞِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ﺇﺟْﻤَﺎﻋًﺎ
“Tidak disyari’atkan naik di atas jabal Ar-Rahmah berdasarkan ijmak ulama” (Al-Fataawa Al-Kubroo 5/383, lihat juga Majmuu’ Al-Fataawa 26/133)
Bahkan telah datang pengingkaran dari para ulama besar madzhab Syafi’iyah, daintaranya :
Pertama : Imamul Haromain (Al-Juwaini). Ia berkata,
ﻭﻓﻲ ﻭﺳﻄﻬﺎ ﺟﺒﻞ ﻳﺴﻤﻰ ﺟﺒﻞَ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ، ﻭﻻ ﻧﺴﻚ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﻗﻲّ ﻓﻴﻪ ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻳﻌﺘﺎﺩﻩ ﺍﻟﻨﺎﺱ
“Di tengah padang Arofat ada sebuah gunung yang dinamakan jabal Ar-Rahmah, tidak ada manasik di atas gunung tersebut, meskipun orang-orang terbiasa melakukannya, wallahu A’lam” (Nihaayatul Mathlab fi Dirooyatil Madzhab 4/311, sebagaimana dinukil juga oleh An-Nawawi di Al-Majmuu’ Syarh Al-Muhadzdzab 8/113)
Kedua : Al-Imam An-Nawawi rahimahullah. Beliau menyatakan bahwa perbuatan menaiki jabal Ar-Rahmah menyelisihi sunnah. Beliau juga membantah Ibnu Jarir At-Thobari dan Al-Maawardi yang menyatakan disukai/disunnahkan untuk naik jabal Ar-Rohmah. An-Nawawi berkata :
( ﻭَﺃَﻣَّﺎ ‏) ﻣَﺎ ﺍﺷْﺘَﻬَﺮَ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﻌَﻮَﺍﻡّ ﻣِﻦْ ﺍﻟِﺎﻋْﺘِﻨَﺎﺀِ ﺑِﺎﻟْﻮُﻗُﻮﻑِ ﻋَﻠَﻰ ﺟَﺒَﻞِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻫُﻮَ ﺑِﻮَﺳَﻂِ ﻋَﺮَﻓَﺎﺕٍ ﻛَﻤَﺎ ﺳَﺒَﻖَ ﺑَﻴَﺎﻧُﻪُ ﻭَﺗَﺮْﺟِﻴﺤِﻬِﻢْ ﻟَﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﻏَﻴْﺮِﻩِ ﻣِﻦْ ﺃَﺭْﺽِ ﻋَﺮَﻓَﺎﺕٍ ﺣَﺘَّﻰ ﺭُﺑَّﻤَﺎ ﺗُﻮُﻫِّﻢَ ﻣِﻦْ ﺟَﻬَﻠَﺘِﻬِﻢْ ﺃَﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﺼِﺢُّ ﺍﻟْﻮُﻗُﻮﻑُ ﺇﻟَّﺎ ﻓِﻴﻪِ ﻓَﺨَﻄَﺄٌ ﻇَﺎﻫِﺮٌ ﻭَﻣُﺨَﺎﻟِﻒٌ ﻟِﻠﺴُّﻨَّﺔِ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺬْﻛُﺮْ ﺃَﺣَﺪٌ ﻣِﻤَّﻦْ ﻳُﻌْﺘَﻤَﺪُ ﻓِﻲ ﺻﻌﻮﺩ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺠﺒﻞ ﻓَﻀِﻴﻠَﺔً ﻳَﺨْﺘَﺺُّ ﺑِﻬَﺎ ﺑَﻞْ ﻟَﻪُ ﺣُﻜْﻢُ ﺳَﺎﺋِﺮِ ﺃَﺭْﺽِ ﻋَﺮَﻓَﺎﺕٍ ﻏَﻴْﺮِ ﻣَﻮْﻗِﻒِ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﻟَﺎ ﺃَﺑُﻮ ﺟَﻌْﻔَﺮٍ ﻣُﺤَﻤَّﺪُ ﺑْﻦُ ﺟَﺮِﻳﺮٍ ﺍﻟﻄَّﺒَﺮِﻱُّ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﻳُﺴْﺘَﺤَﺐُّ ﺍﻟْﻮُﻗُﻮﻑُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻛَﺬَﺍ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤَﺎﻭَﺭْﺩِﻱُّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﺎﻭِﻱ ﻳُﺴْﺘَﺤَﺐُّ ﻗﺼﺪ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺠﺒﻞ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳُﻘَﺎﻝُ ﻟَﻪُ ﺟَﺒَﻞُ ﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀِ ﻗَﺎﻝَ ﻭَﻫُﻮَ ﻣَﻮْﻗِﻒُ ﺍﻟْﺄَﻧْﺒِﻴَﺎﺀِ ﺻَﻠَﻮَﺍﺕُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺳَﻠَﺎﻣُﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟْﺒَﻨْﺪَﻧِﻴﺠِﻲُّ ﻧَﺤْﻮَﻩُ
* ﻭَﻫَﺬَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻗَﺎﻟُﻮﻩُ ﻟَﺎ ﺃَﺻْﻞَ ﻟَﻪُ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺮِﺩْ ﻓِﻴﻪِ ﺣَﺪِﻳﺚٌ ﺻَﺤِﻴﺢٌ ﻭَﻟَﺎ ﺿَﻌِﻴﻒٌ ﻓَﺎﻟﺼَّﻮَﺍﺏُ ﺍﻟِﺎﻋْﺘِﻨَﺎﺀُ ﺑِﻤَﻮْﻗِﻒِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﺼَّﻪُ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀُ ﺑِﺎﻟﺬِّﻛْﺮِ ﻭَﺣَﺜُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻓَﻀَّﻠُﻮﻩُ ﻭَﺣَﺪِﻳﺜُﻪُ ﻓِﻲ ﺻَﺤِﻴﺢِ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻭَﻏَﻴْﺮِﻩِ ﻛَﻤَﺎ ﺳَﺒَﻖَ ﻫَﻜَﺬَﺍ ﻧَﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲُّ ﻭَﺟَﻤِﻴﻊُ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻨَﺎ ﻭَﻏَﻴْﺮُﻫُﻢْ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ
“Adapun yang terkenal pada orang-orang awam berupa perhatian mereka untuk wuquf di atas jabal Ar-Rahmah yang berada di tengah padang Arofaat…dan mereka mengafdolkan jabal Ar-Rahmah daripada lokasi yang lain di padang Arofah, bahkan sampai sebagian mereka karena kebodohannya menyangka bahwa tidak sah waquf kecuali di jabal Ar-Rahmah, maka ini merupakan kesalahan yang jelas dan menyelisihi sunnah. Tidak seorang ulamapun yang dijadikan patokan menyebutkan ada keutamaan khusus naik di atas jabal Ar-Rahmah. Hukum jabal Ar-Rahmah sama dengan lokasi-lokasi yang lain di padang Arofaat kecuali lokasi wuqufnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Yang menyatakan ada keutamaan khusus hanyalah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thobari, ia menyatakan disukai untuk wuquf di jabal Ar-Rahmah. Demikian juga Al-Maawardi dalam kitab “Al-Haawi” menyatakan disukai untuk mencari jabal/gunung tersebut yang dikenal dengan gunung do’a. Al-Mawardi juga berkata bahwa jabal Ar-Rahmah adalah tempat wuqufnya para nabi ‘alaihimus salaam. Al-Bandanijiyu juga mengebutkan yang semisal ini
Hal-hal yang disebutkan oleh ketiga ulama ini tidak ada asalnya, tidak ada hadits tentang hal ini baik yang shahih maupun yang dho’if. Yang benar adalah perhatian terhadap tempat wuqufnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan inilah yang disebutkan secara khusus oleh para ulama dan dimotivasi dan dinyatakan utama oleh mereka. Dan haditsnya ada di shahih Muslim dan yang lainnya –sebagaimana telah lalu-. Dan inilah yang telah dinyatakan oleh Asy-Syafi’i dan seluruh para ulama syafi’iyah dan ulama yang lainnya. (Al-Majmuu’ Syarh Al-Muhadzdzab 8/112-113, demikian juga An-Nawawi menyatakan pernyataan yang sama dalam kitabnya Al-Iidhooh fi Manaasik Al-Hajji wa Al-‘Umroh hal 282)
Ketiga : Ad-Dimyaathi, beliau berkata :
ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﺼﻌﻮﺩ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺠﺒﻞ ﻟﻠﻮﻗﻮﻑ ﻋﻠﻴﻪ ﻛﻤﺎ ﻳﻔﻌﻠﻪ ﺍﻟﻌﻮﺍﻡ ﺧﻄﺄ ، ﻣﺨﺎﻟﻒ ﻟﻠﺴﻨﺔ
“Ketahuilah bahwasanya naik ke atas jabal Ar-Rahmah untuk wuquf di situ sebagaimana yang dilakukan oleh orang awam adalah kesalahan dan menyelisihi sunnah” (I’aanatut Thoolibin 2/325)
Keempat : Ibnu Hajr Al-Haitami, beliau berkata :
ﻭَﻟْﻴَﺤْﺬَﺭْ ﻣِﻦْ ﺻُﻌُﻮﺩِ ﺟَﺒَﻞِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ﺑِﻮَﺳَﻂِ ﻋَﺮَﻓَﺔَ ، ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ
“Dan berhati-hatilah dari memanjat jabal Ar-Rahmah yang ada di tengah padang Arofah, karena hal ini adalah bid’ah” (Tuhfatul Muhtaaj fi Syarh Al-Minhaaj 4/108)
Kesimpulan :
1, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya sama sekali tidak pernah naik ke jabal Ar-Rahmah
2, Lokasi wuquf Nabi adalah di bawah, dekat jabal Ar-Rahmah, dan bukan di atas jabal Ar-Rahmahnya. Nabi berwuquf sambil naik onta beliau dengan menghadap kiblat, dan jabal Ar-Rahmah berada diantara beliau dan kiblat.
3, Semua tempat wuquf di padang Arofah hukumnya sama tidak ada yang spesial dan istimewa, kecuali lokasi tempat wukuf Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
4, Para ulama telah ijmak bahwa tidak disyari’atkan menaiki jabal Ar-Rahmah. Bahkan ulama syafi’iyyah telah mengingkari hal ini, ada yang mengatakan menyelisihi sunnah bahkan ada yang menyatakan bahwa hal tersebut adalah bid’ah
5, Yang disyari’atkan bagi jama’ah haji adalah berdoa sejak selesai sholat dzuhur dan ashar (jamak qosor taqdim) hingga terbenam matahari. Maka para jama’ah tidak perlu bersusah payah mencari lokasi jabal Ar-Rahmah karena akan menghabiskan waktu emas mereka untuk berdo’a, selain itu sulit juga mencari lokasi jabal Ar-Rahmah dan untuk kembali ke tenda, terutama jama’ah haji yang tidak tahu medan padang Arofah.
Diantara kesalahan para jama’ah haji juga adalah melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat tatkala wuquf, seperti ngobrol ngalor-ngidul, meroko-an, tidur terus dalam waktu yang lama, dan membaca berita-berita di Koran atau di internet dan media yang lainnya yang kurang bermanfaat pada hari tersebut.
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-

👤 Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

💻 www.firanda.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA