Kisah Nabi Adam (7)


📚 Materi Shahih Kisah Para Nabi

📖

Di bagian ini kita akan menjelaskan tercelanya iblis yang tidak mau sujud terhadap Adam.

Penulis berkata: Kemudian alangkah anehnya alasan iblis. Ia membayangkan bahwa api lebih baik dari tanah. Dari mana ia mendapatkan ilmu ini?

Seharusnya ilmu ini berasal dari Allah SWT karena Dialah yang menciptakan api dan tanah dan mengetahui mana di antara keduanya yang paling utama. Dan terdapat manfaat tanah dibandingkan api, tanah sifatnya menumbuhkan sedangkan api sifatnya membakar.

Dari dialog tersebut, Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah makhluk yang memakai atribut keburukan dan sifat yang tercela. Ia meminta kepada Allah SWT agar mengekalkannya sampai hari kebangkitan. Iblis tidak ingin mati. Namun Allah SWT mengetahui bahwa ia akan tetap hidup sampai hari yang ditentukan. Ia akan hidup sampai menjemput ajalnya dan kemudian mati. Nabi Adam mengetahui bahwa Allah SWT telah melaknat iblis dan telah mengusirnya dari rahmat-Nya. Akhirnya, Nabi Adam mengetahui musuh abadinya. Nabi Adam bingung dengan kenekatan musuhnya dan kasih sayang Allah SWT.

Barangkali ada seseorang yang bertanya kepada saya: "Mengapa Anda tidak meyakini terjadi dialog antara Allah SWT dan para malaikat-Nya dan Anda cenderung menakwilkan ayat-ayat tersebut, sedangkan Anda menerima adanya dialog antara Allah dan iblis." Saya jawab: "Sesungguhnya akal menunjukkan kita kepada kesimpulan tersebut. Terjadinya dialog antara Allah SWT dan para malaikat-Nya adalah hal yang mustahil karena para malaikat suci dari kesalahan dan dosa dan keinginan-keinginan manusiawi yang selalu mencari ilmu. Sesuai dengan karakter penciptaan mereka, mereka adalah pasukan yang setia dan mulia.

 Adapun iblis ia seharusnya terikat dan tunduk terhadap ketentuan agama, dan karakternya sebagai jin mendekati karakter jenis ciptaan Nabi Adam. Dengan kata lain, bahwa jin dapat beriman dan dapat juga menjadi kafir. Namun iblis karena kesombongannya ia termasuk orang-orang kafir. Maka Sesungguhnya kecenderungan agama mereka dapat saja tidak berfungsi ketika mereka tertipu oleh kesombongan yang palsu sehingga mereka mempunyai gambaran yang salah. Maka dari sisi inilah terjadi dialog. Dialog di sini berarti kebebasan. Tabiat manusia dan jin cenderung untuk menggunakan kebebasannya, sedangkan tabiat para malaikat tidak dapat menggunakan kebebasan (selalu menurut). Nabi Adam menyaksikan secara langsung setelah penciptaannya kadar kebebasan yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya yang terkena tanggung jawab. Terjadinya pelajaran ini di depan Nabi Adam mengandung maksud yang dalam. Dan pelajaran disini pula kewajiban beramal shalih dan memusuhi iblis.
Seseorang bisa lebih mulia dibanding malaikat apabila ia shalih dalam syukurnya pula. Serta seseorang temannya syetan apabila sombong dan cenderung pada maksiat, kemungkaran atau yang lebih buruk yaitu kesyirikan dan kekafiran. Wal'iyaadzu billah. Nas'alullaha Assalam wal 'Afiyah

In syaa Allah dilanjutkan

Baarakallahu fiikum

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA