MASBUK DAPAT RUKU’ TIDAK DAPAT RAKA’AT


DAN AL-FATIHAH RUKUN UTAMA SHALAT
Penyusun:Dian Hardiana,M.Pd.I
ورواه عن أبي هريرة : لا يجزئه حتى يدرك الإمام قائما وفي رواية أخرى عن أبي هريرة : إذا أدركت القوم ركوعا لم تعتد بتلك الركعة قال البخاري : وقال أبو سعيد وعائشة : لا يركع أحدكم حتى يقرأ بأم القرآن
Diriwayatkan Abu Hurairah:Seseorang tidak dianggap satu raka’at sampai sampai dia mendapati Imam berdiri, dan pada satu riwayat lain dari Abu Hurairah: Jika kamu mendapati suatu kaum ruku’, maka jangan kamu anggap dengannya satu raka’at. Berkata Bukhari: Berkata Abu Sa’id dan ‘Aisyah: Kamu tak dianggap satu raka’at sampai membaca Al-Fatihah.
قال البخاري : وقال أبو قتادة ، وأنس ، وأبو هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم : » إذا أتيتم الصلاة فما أدركتم فصلوا وما فاتكم فأتموا « ، قال : فمن فاته فرض القراءة والقيام فعليه إتمامه كما أمر النبي صلى الله عليه وسلم
Berkata Bukhari:Berkata Abu Qatadah,Anas dan Abu Hurairah dari nabi Saw: “Jika kalian datang untuk shalat, maka apa yang kalian dapati lakukanlah, dan apa yang terlewat sempurnakanlah”, dia (Bukhari) berkata: Maka siapa yang terlewat wajibnya membaca Fatihah dan berdiri, wajib baginya menyempurnakannya sebagaimana Nabi Saw memerintahkan.
وضعف البخاري رحمه الله حديث يحيى بن أبي سليمان المدني ، ويحيى بن حميد في إدراك الركعة بإدراك الركوع وسمعت أبا عبد الله الحافظ رحمه الله يقول : سمعت الشيخ أبا بكر أحمد بن إسحاق بن أيوب الضبعي رحمه الله يفتي في ذلك بأنه لا يصير مدركا للركعة بإدراك الركوع
Bukhari rahimahullah mendhaifkan hadits Yahya bin Abu Sulaiman Al-Madani, dan Yahya bin Humaid tentang mendapatinya raka’at karena mendapati ruku’, dan aku mendengar Abu ‘Abdillah Al-hafidz rahimahullah berkata: Aku mendengar Abu Bakar Ahmad bin Ishaq bin Ayyub Adl-Dluba’I rahimahullah memfatwakan tentang itu, bahwa tidak mendapat raka’at disebabkan mendapatkan ruku’
وأما الشافعي رحمه الله فإنه يجعله مدركا للركعة بإدراك الركوع لما فيه من الآثار عن أبي بكر ، وزيد بن ثابت ، وابن مسعود ، وابن عمر ، وابن الزبير مع ما روينا فيه من حديث أبي بكرة وروينا فيه من المرسل والله أعلم-الكتاب : القراءة خلف الإمام للبيهقي:1/456-
Dan adapun Syafi’I rahimahullah maka sesungguhnya beliau menetapkan mendapati raka’at karena mendapati ruku’ berdasarkan adanya atsar-atsar dari Abu Bakar,Zaid bin Tsabit,Ibnu Mas’ud,Ibnu Umar,Ibnu Zubair serta apa yang sudah kami riwayatkan yaitu hadits Abu Bakrah dan hadits mursal yang sudah kami riwayatkan,Wallahu ‘Alam-Al-Qira’ah Khalfa Al-Imam lil Baihaqi:1/456-
Catatan:
1. Pernyataan Imam Syafii ini bertolak belakang dengan pendapatnya sendiri terkait status ruku’ dapat raka’at,sedangkan dilain pendapat beliau bahkan menyatakan harus mengulang shalat bagi yg cuma ketinggalan basmalah:Berkata Imam Syafi’i:Basmalah adalah ayat bagian dari Al-Fatihah, dan jika seseorang tak membacanya maka dia harus mengulang shalatnya.-Rawai’ul Bayan:47-
2. Dan tentang pernyataan Jumhur bahwa mereka menyatakan mendapatnya raka’at bagi yang mendapatkan imam ruku’,ini juga bertentangan dengan pernyatan jumhur sendiri yg menyatakan fatihah sebagai rukun shalat bahkan inti shalat sebagaimana tersebut:Madzhab Jumhur (Malik,Syafi’I dan Ahmad) bahwa Bacaan Fatihah Syarat sahnya shalat, siapapun yang tidak membacanya padahal dia mampu maka shalatnya tidak sah.-Rawai’ul Bayan:50-
Berkata Al-Qurtubi:Yang benar diantara pendapat ini (status al-fatihah) adalah pendapat Syafi’I, Ahmad, dan Malik pada pendapat yang akhir, dan bahwa Al-Fatihah ditetapkan disetiap raka’at bagi setiap orang secara umum berdasarkan sabda Nabi Saw: “Tidak sah shalat bagi yang tidak membaca Al-Fatihah”, dan telah diriwayatkan dari Umar bin Khattab, Abdullah bin ‘Abbas,Abu Hurairah,Ubay bin Ka’ab,Abu Ayyub Al-Anshari,’Ubadah bin Ash-Shamit dan Abu Sa’id Al-Khudriy mereka berkata: “Tidak sah shalat kecuali dengan Al-Fatihah”, kemudian mereka adalah Sahabat sebagai teladan, dan pada diri mereka ada uswah, mereka semuanya mewajibkan Al-Fatihah disetiap raka’at.-Rawai’ul Bayan:53-
Inti Shalat Dan Raka’at Adalah Al-Fatihah
أنه قد أطلق فيه لفظ الصلاة، والمراد القراءة كقوله تعالى: { وَلا تَجْهَرْ بِصَلاتِكَ وَلا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلا } [الإسراء: 110]، أي: بقراءتك كما جاء مصرحًا به في الصحيح، عن ابن عباس وهكذا قال في هذا الحديث: " قسمت الصلاة بيني وبين عبدي نصفين، فنصفها لي ونصفها لعبدي، ولعبدي ما سأل " ثم بيّن تفصيل هذه القسمة في قراءة الفاتحة فدل على عظم القراءة في الصلاة، وأنها من أكبر أركانها، إذ أطلقت العبادة وأريد بها جزء واحد منها وهو القراءة؛ كما أطلق لفظ القراءة والمراد به الصلاة في قوله: { وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا } [الإسراء: 78]، والمراد صلاة الفجر، كما جاء مصرحا به في الصحيحين: من أنه يشهدها ملائكة الليل وملائكة النهار، فدل هذا كله على أنه لا بد من القراءة في الصلاة، وهو اتفاق من العلماء.- تفسير القرآن العظيم لإبن كثير:1/108-
Bahwasanya telah dimutlakan lafadz shalat padahal yang dimaksud Al-Qira’ah (Al-Fatihah) sebagaimana Firman-Nya Ta’ala: “Dan janganlah kamu menjaharkan shalatmu dan jangan pula terlalu merendahkannya dan carilah jalan tengah antara keduanya” [QS.Al-Isra:110], maksudnya (shalatmu) Bacaanmu (fatihahmu) sebagaimana ditegaskan dalam hadits shahih dari Ibnu ‘Abbas. Dan beginilah Dia (Allah) berfirman dalam hadits ini (hadits Qudsi): “Aku membagi shalat antyara aku dan hambaku stengah-setengah, maka setengahnya buatKu dan setengahnya buat hambaku, dan bagi hambaku apa yang dia minta”, kemudian Allah menjelaskan rincian pembagian ini tentang bacaan Fatihah, maka itu menunjukan atas agungnya bacaan fatihah dalam shalat, dan bahwa fatihah adalah rukun terbesar shalat, dimana dimutlakan ibadah yang dimaksud dengannya satu kesatuan darinya yaitu bacaan fatihah, sebagaimana dimutlakan bacaan fatihah padahal yang dimaksud adalah shalat pada firmanNya: “Dan Qur’an fajar sesungguhnya qur’an fajar itu disaksikan”[Al-Isra:78], maksudnya shalat fajar, sebagaimana ditegaskan dalam hadits Bukhari Muslim: “Bahwasanya shalat subuh disaksikan oleh Malaikat malam dan siang”, maka ini semua menunjukan bahwasanya harus ada bacaan fatihah dalam shalat, dan itu kesepakatan para Ulama.-Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzhim karya Ibnu Katsir:1/108-
Al-Fatihah Rukun Diantara Rukun Shalat Yang Tidak Sah Tanpanya Dan Harus Diulang Bagi Yang Melanggar Satu Diantara Syarat Dan Rukun Shalat
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَرَدَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- السَّلاَمَ قَالَ « ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ». فَرَجَعَ الرَّجُلُ فَصَلَّى كَمَا كَانَ صَلَّى ثُمَّ جَاءَ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَعَلَيْكَ السَّلاَمُ ». ثُمَّ قَالَ « ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ». حَتَّى فَعَلَ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ الرَّجُلُ وَالَّذِى بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَ هَذَا عَلِّمْنِى. قَالَ « إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِى صَلاَتِكَ كُلِّهَا ».-رواه مسلم, باب وُجُوبِ قِرَاءَةِ الْفَاتِحَةِ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ وَإِنَّهُ إِذَا لَمْ يُحْسِنِ الْفَاتِحَةَ وَلاَ أَمْكَنَهُ تَعَلُّمُهَا قَرَأَ مَا تَيَسَّرَ لَهُ مِنْ غَيْرِهَا.ورواه البخاري, باب وجوب القراءة للإمام والمأموم في الصلوات كلها في الحضر والسفر ومايجهر فيها وما يخافت-
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw masuk masjid lalu seseorang masuk masjid dan shalat kemudian datang dan mengucapkan salam kepada Rasulullah Saw, lalu Rasulullah Saw menjawab salamnya dan bersabda: Kembalilah ulangi shalatmu sesungguhnya kamu belum shalat”. Kemudian laki-laki itu kembali lalu shalat sebagaimana yg sudah dia lakukan kemudian datang kepada Nabi Saw dan mengucapkan salam lalu Rasulullah Saw mengucapkan: “Wa ‘alaika as-salam”, kemudian berkata: “Kembalilah ulangi shalatmu,sesungguhnya kamu belum shalat”, sampai laki-laki itu lakukan hal tsb tiga kali lalu berkata: Demi yang telah mengutusmu dengan Al-Haq aku tak dapat berbuat yang terbaik selain ini, ajarkanlah aku (yang benar). Nabi menjawab: “Jika kamu hendak shalat,maka bertakbirlah kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an (Al-Fatihah), kemudian ruku’lah hingga tuma’ninah ruku’, kemudian angkatlah hingga tegak lurus berdiri (‘itidal), kemudian sujudlah hingga tuma’ninah sujud,kemudian angkatlah hingga tuma’ninah duduk (antara dua sujud), kemudian lakukan semua itu dalam shalatmu seluruhnya”.-HR.Muslim,Bab Wajibnya membaca Al-Fatihah disetiap Raka’at dan sesungguhnya jika tak bisa memperbagus Fatihah dan tidak memungkinkannya belajar,bacalah apa yang mudah baginya selainnya. Bukhari meriwayatkannya (juga), Bab wajibnya membaca Fatihah bagi imam dan Ma’mum dishalat-shalat seluruhnya, diwaktu hadlar (tidak safar) dan safar dishalat jahar dan shalat sir-
وأما الأحكام ففيه وجوب قراءة الفاتحة وأنها متعينة لا يجزى غيرها إلا لعاجز عنها وهذا مذهب مالك والشافعي وجمهور العلماء من الصحابة والتابعين فمن بعدهم- المنهاج شرح صحيح مسلم بن الحجاج للنووي:4/102-
Dan adapun hukum-hukum maka padanya (terdapat hukum) Wajibnya baca Fatihah dan bahwasanya Fatihah itu ditentukan dan yang selainnya tak dapat menggantikannya kecuali bagi orang yang tak mampu membacanya, dan ini madzhab Malik,Syafi’I, dan Jumhur Ulama Sahabat dan Tabi’in dan yang setelahnya.-Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim bin Hajjaj karya Imam Nawawi:4/102-
والصحيح الذي عليه جمهور العلماء من السلف والخلف وجوب الفاتحة في كل ركعة لقوله صلى الله عليه و سلم للأعرابي ثم افعل ذلك في صلاتك كلها- المنهاج شرح صحيح مسلم بن الحجاج للنووي:4/103&108-
Dan yang benar yang ditetapkan Jumhur Ulama salaf dan khalaf adalah Wajibnya Al-Fatihah disetiap raka’at berdasarkan sabda nabi Saw kepada ‘Arab gunung (hadits diatas) kemudian lakukanlah itu disetiap shalatmu seluruhnya-Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim bin Hajjaj karya imam Nawawi:4:103&108-
Catatan:
1. Perdebatan ini karena adanya hadits Abu Bakrah yg difahami dapat ruku’ dapat raka’at,maka seharusnya diambil jalan tengah untuk mendahulukan yg sharih,tegas dan jelas ketimbang yg ihtimal dan multi tafsir sebagaimana kadiah ushul menetapkan spt itu, sebab hadits Abu Bakrah ihtimal,banyak kemungkinan bisa disimpulkan dan itulah yang terjadi,sementara tentang Fatihah sebagai Rukun paling inti dlm shalat redaksinya sharih,jelas dan tegas dari Nabi Saw.
2. Perdebatan masalah ini pun lebih disebabkan karena adanya atsar-atsar sahabat yg pada prinsipnya saling bertentangan satu dan yang lainnya, dan semestinya tak menjadi sorotan utama terkait istidlal, sebab fokus utama semestinya Qur’an Sunnah karena adanya perintah mengembalikan perbedaan pendapat kpd Quran Sunnah sebagaimana QS.An-Nisa:59, dan karena dilain kasus ada perbedaan bahkan saling koreksi antar sahabat karena belum sampainya riwayat atau sebab lainnya, seperti kasus hadits mayyit di’adzab karena tangisan keluarga disitu Aisyah mengoreksi kekeliruan Umar dan Ibnu Umar, kemudian kasus hadits Abu Hurairah terkoreksi oleh Aisyah pada kasus orang yg junub masuk waktu subuh, kemudian kasus pembolehan mut’ah atw kawin kontrak oleh ibnu Abbas yg dikoreksi oleh Ali Bin Abi Thalib karena ibnu Abbas belum tau bahwa hal tsb sudah dimansukh. Tentu kemuliaan sahabat tak menjadi berkurang atau bahkan jatuh hanya karena adanya kekeliruan yang terkoreksi, hal tsb wajar terjadi mengingat masing-masing tidak sama dalam pengetahuan hadits nabi terutama jumlah hafalannya.
3. Tak perlu dilakukan thariqatul jam’i (kompromi), mengingat tak sebanding dalam pertentangannya, dimana yang satu sharih yang satunya ihtimal, yang satu manthuq yang satu mafhum, yang satu qaul nabi yang satu qaul sahabat itupun masing-masing sahabat terjadi perbedaan. Dan sulit dilakukan thariqatuljami’, mengingat taka ada celah untuk itu, karena bukan tentang umum khusus, muthlaq muqayyad, Mujmal mubayyan, atw aspek lainnya, sebab ini masih satu kesatuan rangkaian Rukun shalat yang rinciannya disebut dalam satu redaksi oleh Nabi Saw sebagaimana dalam hadits yg jelek shalatnya hingga dinyatakan batal tiga kali oleh nabi sebagaimana sudah dijelaskan diatas.
Kesimpulan: Al-Fatihah Rukun paling inti dalam shalat, dan tak dianggap dapat raka’at bagi yang mendapati imam ruku’ mengingat Fatihah dan ruku’ sama-sama rukun yang bisa mempengaruhi keabsahan shalat seseorang, baik imam maupun makmum. Wallahu ‘Alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA