~ Mutiara Indah Pernikahan (edisi 2 ) ~


Oleh : Ustadz Abdurrahman Thoyyib, Lc حفظه الله تعالى
Kemudian bagi yang telah mengikrarkan akad nikah untuk membangun sebuah rumah tangga. Dan dia ingin menggapai keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, maka hendaknya dia mengokohkan bangunan rumah tangganya tersebut dengan hal-hal berikut ini :
1. Iman dan taqwa kepada Allah Ta’ala :
Allah lah satu-satunya Dzat yang dapat mengikatkan tali cinta kasih di antara dua sejoli.
Allah Ta’ala berfirman :
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Dan yang mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Anfal : 62)
Hati manusia selalu berbolak-balik, terkadang cinta dan terkadang benci, terkadang murka terkadang suka. Karena memang hati manusia ada di antara dua jemari Allah Ta'ala dan Dialah yang membolak-balik kannya.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَم كُلُّهَا بَينَ أُصبُعَينِ مِن أَصَابِعِ الرَحمَنِ كَقَلبٍ وَاحِدٍ يَصرِفُهُ حَيثُ شَاءَ
“Sesungguhnya hati anak Adam semuanya ada di antara dua jemari dari jemari-jemari Allah seperti satu hati, Dialah yang mengaturnya sesuai dengan kehendak-Nya.”
(HR. Muslim)
Oleh karena itu, hendaknya suami-istri mempererat hubungannya dengan Allah Ta’ala dengan memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada-Nya dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Terlebih lagi, bahtera rumah tangga tidak semulus yang dikira, badai dan gelombang, duri dan kerikil-kerikil tajam akan selalu menghadang.
Selama manusia hidup di dunia ini tak ada yang kekal abadi, semuanya kan silih berganti bak malam dan siang hari. Kebahagiaan dan kesengsaran, kesenangan dan kesedihan, suka dan duka, menangis dan tertawa bak dua sejoli yang tak kan terpisah selama manusia hidup di dunia ini.
Allah Ta’ala berfirman :
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia."
(QS. Ali Imran :140)
Seorang penyair yang bernama Abu Balqa’ Ar-Rundi berkata :
لكل شَىءٍ إذَا مَاتَمَّ نُقصَانُ فَلا يُغَرَّ بِطِيبِ العَيشِ إِنسَانُ
هِيَ الأُمُورُ كَمَا شَاهَدَتهَا دُوَلٌ مَن سَرَّهُ زَمَنٌ سَاءَتهُ أَزمَانُ
وَهَذِهِ الدَارُ لا تَبقَى عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَدُومُ عَلَى حَالٍ لَها شَانُ
- Segala sesuatu apabila telah sampai kepada puncaknya dia akan turun
- Oleh karena itu, janganlah manusia ini tertipu dengan keindahan dunia
- Hal ini sebagaimana yang telah disaksikan oleh setiap negeri
- Barangsiapa yang hari ini senang, hari-hari berikutnya dia akan susah
- Dunia ini tidak pernah kekal abadi bagi semua orang
- Dan manusia tidak akan tetap pada satu keadaan.
Maka dari itu, bagaimanapun tingginya martabat seseorang pasti dia membutuhkan pertolongan Dzat Yang Maha Kuasa lagi Maha Mulia untuk menghilangkan musibah atau duka yang dialaminya. Dialah (Allah) satu-satunya yang dapat mendatangkan manfaat dan madharat, yang dapat mengabulkan permohonan hamba-Nya jika dia memohon kepada-Nya dan yang dapat menghilangkan kesulitan dan kesempitan hidup hamba-hamba-Nya.
Allah Ta’ala berfirman :
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya)."
(QS. An-Naml : 62)
Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menghilangkan kesusahan atau madharat yang menimpa manusia baik malaikat, nabi ataupun wali.
Allah Ta’ala berfirman :
قُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِى نَفۡعً۬ا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ وَلَوۡ كُنتُ أَعۡلَمُ ٱلۡغَيۡبَ لَٱسۡتَڪۡثَرۡتُ مِنَ ٱلۡخَيۡرِ وَمَا مَسَّنِىَ ٱلسُّوٓءُۚ إِنۡ أَنَا۟ إِلَّا نَذِيرٌ۬ وَبَشِيرٌ۬ لِّقَوۡمٍ۬ يُؤۡمِنُونَ
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".
(QS. Al-A’raf : 188)
Maka bertaqwalah -wahai manusia- kepada Allah pasti Dia akan selalu menolongmu.
Allah Ta’ala berfirman :
فَإِذَا بَلَغۡنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمۡسِكُوهُنَّ بِمَعۡرُوفٍ أَوۡ فَارِقُوهُنَّ بِمَعۡرُوفٍ۬ وَأَشۡہِدُواْ ذَوَىۡ عَدۡلٍ۬ مِّنكُمۡ وَأَقِيمُواْ ٱلشَّهَـٰدَةَ لِلَّهِۚ ذَٲلِڪُمۡ يُوعَظُ بِهِۦ مَن كَانَ يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا (٢) وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ
"Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya."
(QS. Ath-Thalaq : 2-3)
Diantara bentuk ketakwaan suami istri dalam mempererat serta mengokohkan rumah tangga adalah dengan saling nasihat menasihati untuk menjalankan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Lihat dan renungkanlah betapa indah dan harmonisnya rumah tangga yang dibangun di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah serta metode para sahabat –radhiyallahu 'anhum- yang telah digambarkan oleh Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- dalam haditsnya :
رحِمَ اللَّهُ رَجُلا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ ، رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ وَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا ، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Allah merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk melaksanakan shalat (malam/tahajjud) lalu dia juga membangunkan istrinya hingga shalat. Jika istrinya enggan untuk bangun dia percikan air ke wajahnya. Dan Allah merahmati seorang istri yang bangun di malam hari untuk melaksanakan shalat (malam/tahajjud) lalu dia membangunkan suaminya hingga shalat. Jika suaminya enggan untuk bangun dia percikan air ke wajahnya”.
(HR. Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah)
Sesungguhnya ikatan dan hubungan suami istri bukan hanya hubungan nafsu syahwat yang berakhir di dunia ini. Tapi lebih dari itu, hubungan suami istri adalah hubungan ruh yang masih akan berlanjut sampai di surga kelak. Hai itu jika memang keduanya beriman dan bertakwa kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman :
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ ءَابَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ
"(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya.”
(QS. Ar-Ra’du : 23)
2. Muamalah yang Baik Antara Suami Istri
Sesungguhnya diantara hal-hal yang bisa menjaga kerukunan dan keharmonisan rumah tangga adalah muamalah yang baik antara suami istri. Dan hal tersebut tidak bisa terwujud melainkan dengan keduanya mengetahui hak dan kewajiban masing-masing. Dan yang perlu diketahui oleh suami dan istri bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Setiap mereka pasti punya kelebihan dan kekurangan. Adapun mencari pasangan yang sempurna, maka ini hanya khayalan yang mustahil untuk digapai dan didapatkan.
A. Tugas suami dalam menjaga keutuhan rumah tangga
Seorang suami yang memiliki akal pikiran cemerlang dan baik akan selalu menerima kekurangan istrinya dengan lapang dada. Suami adalah pemimpin rumah tangga, dia hendaknya memiliki kesabaran yang lebih dibandingkan seorang istri. Dan hendaknya seorang suami mengetahui bahwa wanita itu lemah akal dan agamanya. Jika seorang istri selalu diminta untuk sempurna dalam segala hal, tidaklah mungkin dia bisa memenuhinya. Berlebihan dalam mendidik dan meminta kepada istri akan mengakibatkan kerentakan dalam rumah tangga. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
استوصوا بالنساء خيرا فإنهن خلقن من ضلع وإن أعوج شيء في الضلع أعلاه فاستوصوا بالنساء خير
“Nasihatilah kaum wanita (para istri) dengan baik. Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk dan sebengkok-bengkoknya tulang rusuk adalah yang di atas. Jika engkau ingin meluruskannya maka bisa jadi engkau akan mematahkannya dan jika engkau biarkan mereka, mereka akan senantiasa dalam keadaan bengkok. Nasihatilah kaum wanita dengan baik”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kebengkokan (banyaknya kelemahan dan kekurangan) seorang istri termasuk tabiat mereka, maka mereka harus diperlakukan dengan penuh kesabaran. Seorang suami tidak selayaknya untuk terus mengungkit-ungkit perasaan kesal dan sedih dalam rumah tangganya. Tapi hendaknya dia memalingkan wajahnya dari aib-aib yang ada dalam diri istrinya dan mengingat kelebihan-kelebihan yang ada padanya. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
لاَ يَفرَك مُؤمِنٌ مُؤمِنَةً إِن كَرِه مِنهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنهَا آخَرَ
“Janganlah seorang mukmin (suami) membenci seorang mukminah (istri). Jika dia membenci sebagian perangainya hendaklah dia ridha (ingat) kebaikan-kebaikannya yang lain”.
(HR. Muslim)
Hendaknya seorang suami menasehati sang istri dengan penuh kelemah lembutan, dan tidak diperbolehkan untuk membiarkan istri dengan kelemahannya tersebut masuk kejurang kemaksiatan.
Allah Ta'ala berfirman :
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“Dan pergauilah mereka secara baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
(QS. An-Nisa’ : 19)
Bagaimana mungkin akan terwujud keluarga sakinah (tentram), mawaddah (kasih) dan rahmah (sayang) jika kepala rumah tangga berperangai kasar dan keras serta selalu sempit hati dan pandangannya. Selalu tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, mudah marah dan sulit memaafkan. Jika masuk rumah selalu berlagak sombong dan jika keluar rumah selalu berburuk sangka kepada istrinya.
Kebahagiaan dan muamalah yang baik tidak bisa diwujudkan melainkan dengan sikap lemah lembut dan jauh dari prasangka-prasangka buruk yang tidak ada buktinya. Kecemburuan terkadang membawa seorang suami kepada buruk sangka dan mencari-cari kesalahan, sehingga bisa merusak kehidupan rumah tangganya.
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَا تُضَارُّوهُنَّ لِتُضَيِّقُوا عَلَيْهِنَّ
"dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka."
(QS. Ath-Thalaq : 6)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda :
خَيرُكم خَيرُكم لأَهلِهِ وأَنَا خَيرُكم لأَهلِي
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya (istrinya) dan aku adalah sebaik-baik kalian bagi keluargaku.
(HSR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
B. Tugas seorang istri dalam menjaga keutuhan rumah tangga
Seorang istri (shalihah) hendaklah mengetahui bahwa kebahagiaan, mawaddah dan rahmah tidak akan bisa digapai (dalam rumah tangga) melainkan ketika dirinya menjaga kesucian diri dan agamanya. Dia mengetahui hak dan kewajibannya serta tidak melampaui batasannya. Dan dia selalu mentaati suaminya yang merupakan pemimpin, pemberi nafkah dan pelindung dalam rumah tangganya. Taat kepada suami (dalam hal yang tidak menyelisihi syariat) adalah kewajiban bagi seorang istri. Demikian juga dengan menjaga amanah dan harta sang suami.
Seorang istri yang shalihah adalah yang menekuni pekerjaan rumahnya, menjadi seorang istri yang baik bagi suaminya dan ibu yang baik bagi anak-anaknya. Dia mensyukuri segala kebaikan suaminya dan tidak mengingkarinya.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :
أُريت النار، فإذا أكثر أهلها النساء يكفرن قيل: أيكفرن بالله؟ قال: يكفرن العشير، ويكفرن الإحسان ، لو أحسنت إلى إحداهن الدهر ثم رأت منك شيئا قالت: ما رأيت منك خيرا قط
“Aku diperlihatkan neraka, dan aku lihat kebanyakan penghuninya adalah wanita, (karena) mereka banyak kufur (mengingkari). Lalu beliau ditanya : apakah mereka kufur kepada Allah? Nabi menjawab : tidak, tapi mereka mengingkari (kebaikan) suaminya. Seandainya engkau berbuat baik kepadanya seumur hidupmu kemudian dia melihat sedikit saja dari kesalahanmu maka dia akan berkata : “Aku tidak pernah sedikitpun melihat kebaikanmu”.
(HR. Bukhari)
Maka haruslah ada saling pengertian dan saling memaafkan, dan tidak boleh bagi seorang istri untuk menyakiti hati suaminya dikala ada di hadapannya dan tidak boleh mengkhianatinya dikala dia sedang berpergian. Dengan inilah akan tercipta saling merindukan dan meridhai, serta terwujud rumah tangga sakinah mawaddah dan rahmah. Dari sinilah akan muncul generasi muslim yang istiqamah di jalan Allah yang tidak pernah mendengar persengketaan antara orang tua atau keretakan dalam keluarga.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Furqan : 74)
Seorang penyair mengatakan :
لَيسَ الفَتَاةُ بِمَالِهَا وَجَمَالِهَا كَلا وَلا بِمفَاخر الآبَاء
لكِنَّهَا بِعَفَافِها وَبِطهرِها وَصَلاحِها للزَوجِ والأَبنَاء
وَقِيَامِها بِشُؤُونِ مَنزِلِها وَاَن تَرعَاك في السَرَّاءِ والضَرَّاء
- Perempuan itu bukanlah dilihat dari harta dan kecantikannya
- Sekali-kali bukan itu, begitu juga tidak dilihat dari silsilah nenek moyangnya
- Tapi perempuan itu dilihat dari kesucian dan agamanya
- Dan (dilihat) dari kebaikannya kepada suami dan anak-anaknya
- Serta (dilihat) dari ketekunanya dalam menjalankan tugas rumahnya
- Dan dia selalu menemanimu dikala suka dan duka
��  ��  ��
SELESAI.
---------------
Dipost oleh Ustadz Abdurrahman Thoyyib, Lc -hafizhahullah- Itsnain 29 Jumadats Tsaniyyah 1438 / 27 Maret 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA