 Qoola Ibnu Mas'ud


 Syarah Shahih Bukhari



7 . Perkataan Ibnu Mas’ud Rhodiyallahu anhu Bahwa keyakinan adalah keimanan seluruhnya, diriwayatkan dengan sanad yang bersambung secara Marfu dan Mauquf. Riwayat yang marfu hadi-tsnya ditakhrij oleh Imam Baihaqi dalam Syuabul Iman (no. 9716) melalui jalan Muhammad bin Khoolid Al Makhzuumiy dari Sufyan Ats-Tsauriy dari Zabiid dari Abu Wail dari Abdullah bin Mas’ud, bahwa Rosulullah Shollallahu alaihi wa Salam bersabda : “Sabar adalah setengah keimanan, keyakinan seluruhnya Iman”.

 Imam Baihaqi kemudian berkomentar setelah meriwayatkan hadits ini : “Yang Mahfudz (terjaga, baca shohih) adalah ucapan Ibnu Mas’ud, bukan Marfu (sabda Nabi Shollallahu alaihi wa Salam)”. Syaikh Albani menghukumi hadits ini mungkar dalam kitabnya Adh-Dhoifah

kelemahan yang ada pada Muhammad bin Khoolid, kata Syaikh Albani menukil dari Al Mizan karya Imam Adz-Dzahabi, bahwa Imam Ibnul Jauzi menilainya “Majruh” (tercela). Adapun riwayat yang mauquf, diriwayatkan oleh Imam Al Hakim dalam Mustadroknya (no. 3666) dari Jalan Jariir –bin Abdul Hamid- dan Imam Baihaqi dalam Syu’abul Iman (no. 9717) dari jalan Waki’, semuanya mengambil dari Al ‘Amasy dari Abu Dhobiyaan Hushoin bin Jundub, ia berkata : “kami belajar Al Qur’an kepada Alqomah bin Qois, pada saat Alqomah membaca ayat {yang demikian itu terdapat tanda bagi orang-orang yang yakin}.

 Alqomah berkata, Abdullah bin Mas’ud Rhodiyallahu anhu Menafsiri : “Keyakinan adalah Iman seluruhnya”. Dan pada saat Alqomah membaca ayat {yang demikian itu terdapat tanda bagi orang-orang yang sabar dan bersyukur}. Alqomah berkata, Abdullah bin Mas’ud menafsiri : “sabar setengah Iman”.  Imam Al Hakim mengomentari, hadits ini shohih sanadnya, namun Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak mengeluarkannya. Kemudian pernyataan beliau ini disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dalam Talkhisnya. Akan tetapi Imam Bukhori meriwayatkan secara Mu’alaq sebagaimana yang kita lihat, namun hanya perkataan Ibnu Mas’ud saja, “Keyakinan adalah Iman seluruhnya”. Begitu juga Imam Baihaqi hanya menyebutkan perkataan Ibnu Mas’ud, tanpa adanya kisah Alqomah yang menafsirkan kedua ayat tersebut. Perowinya adalah perowi tsiqoh, sebagaimana dinilai oleh Al Hafidz dalam At Taqrib.

Poros Iman adalah keyakinan, karena seorang yang beriman tidak melihat sesuatu yang ia harus Imani, seperti melihat Allah dengan mata kepalanya sendiri, melihat malaikat-Nya, Jannah dan neraka serta yang semisalnya.

 Firmannya :  “untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat”. (QS. An Naml : 2-3)

Oleh karena itu ketika orang kafir telah melihat hari akhir dan kedahsyatannya, seperti peringatan yang pernah mereka terima didunia, mereka pada saat itu telah menjadi yakin dan berjanji untuk beriman, namun semuanya sudah terlambat. Allah Subhanahu wa Ta’alaa mengisahkan kepada kita dalam Firmannya :

Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin." (QS. As Sajdah : 12)

In syaa Allah dilanjutkan

Baarakallahu fiikum

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA