Kalimat yang berat timbangannya
Setiap hamba yang alim maupun yang awam (yang memiliki sedikit ilmu) membutuhkan Laa ilaaha Illallah
dengan kebutuhan yang tanpa batas dan tiada berkesudahan.
Dari Abdullah bin 'Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhumā dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau berkata, “Sungguh (Nabi) Nuh
‘alaihissalām bersabda kepada putranya menjelang wafatnya, ‘Aku (Nuh)
menyuruhmu (mengucapkan dan berpegang) dengan Lā ilāha illa Allah,
sungguh langit yang tujuh dan bumi yang tujuh seandainya diletakkan di
piringan (daun) timbangan dan Lā ilāha illa Allah di piringan timbangan
(yang lain) maka Lā ilāha illa Allah lebih berat (timbangannya melebihi)
langit dan bumi seluruhnya. Dan seandainya langit yang tujuh dan bumi
yang tujuh berupa gelang tanpa rongga (tertutup rapat tanpa celah)
niscaya Lā ilāha illa Allah akan memecahkan (dan menembus)nya.’” (HR
Ahmad disahihkan oleh alAlbani di dalam al-Silsilah dan al-Wadi‘i di
dalam Shahīh al-Musnad)
Faedah hadis:
1. Inilah zikir yang mudah diucapkan namun agung kandungan makna dan pahalanya di sisi Allah Jalla Jalāluh.
2. Kalimat ini akan bermanfaat bagi seorang hamba jika dia:
a) Mau mengucapkannya dengan ikhlas.
b) Meyakininya tanpa keraguan sedikit pun, bahwa “Tiada sembahan yang berhak disembah/diibadahi dengan benar melainkan hanyalah Allah Ta‘ālā semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya”.
c) Menjauhkan dirinya dari segala bentuk perbuatan menyekutukan Allah, kemudian menauhidkan Allah dalam segala amal ibadahnya.
d) Mengamalkan segala konsekuensinya (yakni segala perkara yang wajib diamalkan bagi seorang yang telah ber-Lā ilāha illa Allah).
e) Selalu istiqamah di atasnya dengan tidak sekali-kali meninggalkannya hingga menemui ajal.
Abu Abdillah Muhammad Yusron Musoffa al-Jāwiy
Faedah hadis:
1. Inilah zikir yang mudah diucapkan namun agung kandungan makna dan pahalanya di sisi Allah Jalla Jalāluh.
2. Kalimat ini akan bermanfaat bagi seorang hamba jika dia:
a) Mau mengucapkannya dengan ikhlas.
b) Meyakininya tanpa keraguan sedikit pun, bahwa “Tiada sembahan yang berhak disembah/diibadahi dengan benar melainkan hanyalah Allah Ta‘ālā semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya”.
c) Menjauhkan dirinya dari segala bentuk perbuatan menyekutukan Allah, kemudian menauhidkan Allah dalam segala amal ibadahnya.
d) Mengamalkan segala konsekuensinya (yakni segala perkara yang wajib diamalkan bagi seorang yang telah ber-Lā ilāha illa Allah).
e) Selalu istiqamah di atasnya dengan tidak sekali-kali meninggalkannya hingga menemui ajal.
Abu Abdillah Muhammad Yusron Musoffa al-Jāwiy
Komentar
Posting Komentar