Makna Nabi dan Rasul


๐Ÿ“šMateri Kisah Para Nabi

๐Ÿ“–

Ikhwatu fillah, sebelum kita meneruskan ke kisah-kisah para Nabi. Terlebih dahulu, kita mengenal Nabi dan Rasul.

Di Akhirat nanti kita ditanya, dijelaskan oleh Abul Aliyah: Maa Ajaabu bihil mursalin

Apa saja (bagaimana) yang dipenuhi dengan dakwah para Rasul?

Kalau dibahasan kebanyakan mengenal para dan Rasul dari wahyu. Nabi tidak wajib menyampaikan, sedangkan Rasul ada kewajiban menyampaikan wahyu.
Hanya saja andai para Nabi tidak ada kewajiban menyampaikan wahyu, apakah mereka tidak diancam apabila menyembunyikan ilmu? Pertanyaan inilah yg ditanyakan para fuqaha.

Karena itulah, kita akan tahu definisi yang paling rojih (kuat) dalam bahasan ini.

Menurut bahasa, nabi berasal dari kata ู†ุจุฃ ูˆ ุฃู†ุจุฃ yang berarti ุฃุฎุจุฑ (mengabarkan). Jadi nabi adalah orang-orang yang dipilih Allah untuk memberitakan dari Allah SWT dan ia diberi kabar dari sisiNya. Atau juga berasal dari kata ู†ุจุง  yang berarti ุนู„ุง ูˆ ุงุฑุชูุน  (tinggi dan naik). Maka nabi adalah makhluk yang termulia dan tertinggi derajat atau kedudukannya.

Sedangkan menurut istilah, nabi ialah seorang laki-laki yang diberi kabar (wahyu) oleh Allah SWT berupa syari’at yang dahulu (sebelumnya), ia mengajarkan kepada orang-orang di sekitarnya dari umatnya (penganut syari’at ini).

Adapun rasul secara bahasa ialah orang yang mengikuti berita-berita orang yang mengutusnya. Rasul adalah nama bagi risalah atau bagi yang diutus.

Menurut istilah, rasul ialah seorang laki-laki merdeka yang diberi wahyu oleh Allah dengan membawa syari’at dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umatnya, baik orang yang tidak ia kenal maupun yang memusuhinya.[1]

Rasul adalah lelaki yang dipilih dan diutus Allah dengan Risalah kepada manusia.

۞ ูŠَุง ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„ุฑَّุณُูˆู„ُ ุจَู„ِّุบْ ู…َุง ุฃُู†ْุฒِู„َ ุฅِู„َูŠْูƒَ ู…ِู†ْ ุฑَุจِّูƒَ ۖ ูˆَุฅِู†ْ ู„َู…ْ ุชَูْุนَู„ْ ูَู…َุง ุจَู„َّุบْุชَ ุฑِุณَุงู„َุชَู‡ُ ۚ ูˆَุงู„ู„َّู‡ُ ูŠَุนْุตِู…ُูƒَ ู…ِู†َ ุงู„ู†َّุงุณِ ۗ ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ู„َุง ูŠَู‡ْุฏِูŠ ุงู„ْู‚َูˆْู…َ ุงู„ْูƒَุงูِุฑِูŠู†َ

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠُุจَู„ِّุบُูˆู†َ ุฑِุณَุงู„َุงุชِ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَูŠَุฎْุดَูˆْู†َู‡ُ ูˆَู„َุง ูŠَุฎْุดَูˆْู†َ ุฃَุญَุฏًุง ุฅِู„َّุง ุงู„ู„َّู‡َ ۗ ูˆَูƒَูَู‰ٰ ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ุญَุณِูŠุจًุง

(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.

Maksudnya, para rasul yang menyampaikan syariat-syariat Allah kepada manusia. Mereka membacakan ayat-ayat dan hujjah-hujjah-Nya kepada manusia, dan mengajak mereka kepada Allah

karena itulah cakupan Nabi lebih luas. Tidak semua Nabi adalah Rasul tetapi Rasul pasti Nabi.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani dan beri’tiqad dengan i’tiqad yang bulat bahwa Allah telah mengutus para rasulNya kepada para hambaNya sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, dan sebagai penyeru kepada agama yang haq, untuk menunjukkan manusia dan mengeluarkan mereka dari gelap-gulita kepada cahaya yang terang benderang.

Dakwah mereka sebagai penyelamat bagi seluruh umat manusia dari kesyirikan dan penyembahan berhala; dan sebagai pembersih bagi semua lapisan masyarakat dari kerusakan. Mengimani bahwa para rasul telah menyampaikan risalahnya, melaksanakan amanat, menasihati umat, dan mereka berjihad di jalan Allah SWT dengan jihad yang sebenar-benarnya.[2]

“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran[3] sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.”[4]

[1] Tim Ahli Tauhid, Kitab Tauhid 2, terjemahan: Agus Hasan Bashori, (Jakarta: Darul Haq, 1998), cet. I, hlm. 83-84.
[2] Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, terjemahan: Farid bin Muhammad Bathathy, (Jakata: Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 101.

[3] Yang dimaksud dengan kebenaran di sini ialah agama tauhid dan hukum-hukumnya.
[4] QS. Faathir: 24.

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/definisi-nabi-dan-rasul/ dengan tambahan dari pemimpin redaksi Mutiara Arrisalah

blog kami: risalah12.blogspot.com

In Syaa Allah akan kita lanjut.

Barakallahu fiikum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA