Pertolongan Allah yang dekat
Sebab – sebab pertolongan Allah bag 11
Segala puji Allah yang telah memberikan rahmat, hidayah dan Inayah nya
kepada kita semua.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan
Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah:
214)
Yakni sebelum
kalian mendapat cobaan, ujian, dan kesengsaraan seperti apa yang pernah dialami
oleh orang-orang sebelum kalian dari kalangan umat terdahulu? Karena itulah dalam
ayat selanjutnya disebutkan:padahal belum datang kepada kalian (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan. (Al-Baqarah: 214)
Yaitu berupa berbagai macam penyakit, kesengsaraan, musibah, dan malapetaka. Ayat ini
menunjukkan bahwa termasuk sunnatullah yang tidak dapat dirubah adalah
memberikan ujian dan cobaan kepada orang yang menegakkan agama dan syari'at-Nya
. jika seseorang bersabar terhadap perintah Allah dan tidak peduli terhadap
rintangan yang menghadang, maka dia adalah orang yang benar imannya dan akan
memperoleh kebahagiaan secara sempurna.
Sebaliknya, orang yang menjadikan gangguan manusia sebagai azab Allah,
yakni rintangan tersebut malah menjadikannya berpaling dari perintah Allah dan
agama-Nya, maka imannya dusta.
Misalnya diancam untuk dibunuh, diasingkan, diambil
hartanya, dibunuh kekasihnya dsb. Cobaan tersebut bahkan sampai pada tingkatan
menyangka lambatnya pertolongan Allah padahal mereka yakin terhadap
pertolongan-Nya. Akan tetapi karena keadaan yang sangat kritis itu yang membuat
mereka sampai berkata seperti itu.
Ayat ini menunjukkan bahwa kelonggaran datang ketika
terjadi kesempitan dan kemudahan setelah kesulitan. Setiap kali penderitaan
semakin menjadi, maka ketika ia bersabar ujian berubah menjadi nikmat,
kelelahan berubah menjadi istirahat, dan diakhiri dengan kemenangan terhadap
musuh sekaligus obat terhadap rasa sakit di hati.
Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Abul Aliyah, Mujahid, Sa'id
ibnu Jubair, Murrah Al-Hamdani, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi',
As-Saddi, dan Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa al-ba-sa-u artinya
kemiskinan, sedangkan ad-darra-u artinya penyakit. Wa-zul zilu artinya takut
oleh musuh dengan takut yang sangat. Mereka mendapat cobaan yang sangat besar,
seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih dari Khabbab ibnul Art yang telah menceritakan
hadis berikut
Kami berkata,
"Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak meminta pertolongan buat kami,
mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah untuk kami?" Maka Rasulullah Saw.
bersabda, "Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian ada seseorang dari mereka
yang diletakkan pada ubun-ubunnya sebuah gergaji, lalu ia, dibelah dengan
gergaji itu sampai kepada kedua telapak kakinya, tetapi hal itu tidak:
memalingkannya dari agamanya. Ada pula yang antara daging dan tulangnya disisir
dengan sisir besi, tetapi hal tersebut tidak menggoyahkan imannya dari
agamanya." Kemudian Rasulullah
Saw. bersabda: Demi Allah, sesungguhnya Allah pasti akan menyempurnakan agama
ini hingga seorang pengendara berjalan dari San'a ke Hadramaut tanpa merasa
takut kecuali kepada Allah dan serigala yang mengancam ternak kambingnya,
tetapi kalian ini adalah kaum yang tergesa-gesa.
Sesungguhnya hal seperti itu
pernah dialami oleh para sahabat, yaitu cobaan yang sangat besar pada hari
menjelang Perang Ahzab.
Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:(Yaitu) ketika mereka datang kepada kalian dari atas dan dari bawah
kalian, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (kalian) dan hati kalian naik
menyesak sampai ke tenggorokan dan kalian menyangka terhadap Allah dengan
bermacam-macam purbasangka. Dan di situlah diuji orang-orang mukmin dan
diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang sangat. Dan (ingatlah) ketika
orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata,
"Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu
daya." (Al-Ahzab: 10-12), dan ayat-ayat selanjutnya.
Ketika Heraklius bertanya kepada Abu Sufyan, "Apakah kalian
mememeranginya?" Abu Sufyan menjawab, "Ya." Heraklius bertanya
kembali, "Bagaimanakah keadaan perang di antara kalian?" Abu Sufyan
menjawab, "Silih berganti, terkadang dia mengalami kemenangan atas kami,
dan adakalanya kami mengalami kemenangan atas dia." Heraklius menjawab,
"Demikianlah para rasul mendapat cobaan, tetapi pada akhirnya akibat yang
terpuji berada di pihak para rasul."
{مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ}
sebagaimana orang-orang yang
terdahulu sebelum kalian. (Al-Baqarah: 214)
Yakni
sebagaimana hukum yang telah berlaku atas mereka. Perihalnya sama dengan makna
yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
فَأَهْلَكْنا أَشَدَّ مِنْهُمْ بَطْشاً وَمَضى مَثَلُ الْأَوَّلِينَ
Maka
telah Kami binasakan orang-orang yang lebih besar kekuatannya daripada mereka
itu (musyrikin Mekah) dan telah terdahulu (tersebut dalam Al-Qur'an)
perumpamaan umat-umat masa dahulu. (Az-Zukhruf: 8)
{وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ}
mereka
diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan
Allah?" (Al-Baqarah: 214)
Artinya, bilakah mereka mendapat
kemenangan atas musuh-musuh mereka dan mereka berdoa di saat keadaan sempit dan
susah agar pertolongan dan kemenangan disegerakan.
{أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ}
Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu dekat. (Al-Baqarah:214)
Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
bersama kesulitan itu ada kemudahan. (Alam Nasyrah: 5-6)
Yakni sebagaimana ada kesusahan, maka akan diturunkan pula pertolongan
yang semisal dengannya. Karena itulah maka disebutkan: Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah: 214)
Di dalam sebuah hadis dari Abu Ruzain disebutkan:
Tuhanmu
merasa heran dengan keputus asaan hamba-hamba-Nya, padahal saat pertolongan-Nya
sudah dekat. Maka Tuhan memandang mereka yang dalam keadaan putus asa itu
seraya tertawa karena Dia mengetahui bahwa jalan keluar mereka sudah dekat.
Maka bersegeralah dalam beramal shalih dan harapkan selalu
pertolongannya. Karena Allah Maha Dekat.
Sumber:
Tafsir Ibnu Katsir dan Hidayatul Insan
Komentar
Posting Komentar