Syahadat syarat Ibadah




Ikhlas dan Ittiba', Kedua syarat itulah pada hakekatnya merupakan realisasi dari Asy Syahadatain (dua kalimat Syahadat: Laa Ilaaha Illallah – Muhammadurrasulullah). Ketika seseorang telah mengikrarkan bahwa Allah subhanahu wata’ala lah satu-satunya Dzat yang berhak untuk diibadahi, maka sudah seharusnya bagi dia untuk mempersembahkan seluruh ibadahnya ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala. Dan ketika dia telah menyatakan bahwa Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam adalah Rasulullah, maka hendaknya dia siap, tunduk, dan patuh untuk menjalankan ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala sesuai dengan tuntunan/ajaran Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya): “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaknya dia mengerjakan amal shalih dan janganlah dia mempersekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada-Nya.” (Al Kahfi: 110)

Al Imam Ibnu Katsir mengatakan: Ini adalah dua rukun amalan agar diterima (di sisi Allah subhanahu wata’ala), yaitu Ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala dan sesuai dengan tuntunan/ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Jika hilang salah satu dari kedua syarat tersebut, maka amalan seseorang akan tertolak dan tidak ada nilainya di sisi Allah subhanahu wata’ala. Maka barangsiapa yang beramal dengan niatan ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala, namun tidak sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, maka amalannya tertolak, dan sebaliknya barangsiapa yang beramal dengan amalan yang sesuai dengan tuntunan/ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, namun tidak ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala, maka amalannya pun juga tertolak.

📚 Dinukil dari Syarah Ushulul Iman

👤 Syaikh Ibnul Utsaimin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA