Sebab – sebab pertolongan Allah bag 10 (Mahabbah)

Segala puji Allah yang telah memberikan rahmat, hidayah dan Inayah nya kepada kita semua.

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang mengangkat tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintai-Nya sebagaimana mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al Baqarah: 165).

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ 
“Katakanlah: "jika babak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, dan daripada berjihad di jalan-Nya,  maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” (QS. At taubah: 24).

" ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ :ﻣِﻦْ ﺃَﺷَﺪِّ ﺃُﻣَّﺘِﻲ ﻟِﻲ ﺣُﺒًّﺎ ﻧَﺎﺱٌ ﻳَﻜُﻮْﻧُﻮْﻥَ ﺑَﻌْﺪِﻱْ ﻳَﻮَﺩُّ ﺃَﺣَﺪُﻫُْﻢْ ﻟَﻮْ ﺭَﺁﻧِﻲْ ﺑِﺄَﻫْﻠِﻪِ ﻭَ ﻣَﺎﻟِﻪِ ".
Rasulullah Saw bersabda: “diantara kecintaan yang begitu besar dari umatku adalah
mereka yang hidup setelahku, diantara mereka ada yang begitu ingin melihatku meskipun dengan mengorbankan keluarga dan hartanya.

               Cinta dalam Islam terbagi menjadi beberapa macam, Dalam salah satu kitabnya"Jawabul Kaafii" Ibnul Qayyim al-Jauziyah membagi cinta menjadi beberapa macam:
Pertama, Mahabbatullah (cinta kepada Allah)
               adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.
Demikian itu karena mereka cinta kepada Allah, ma’rifat kepada-Nya, mengagungkan-Nya, serta mengesakan-Nya; dan mereka sama sekali tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun,


melainkan hanya menyembah-Nya semata dan bertawakal kepada-Nya serta kembali kepada-Nya dalam semua urusan mereka. (tafsir Ibnu Katsir)
Kedua, Mahabbatu maa yuhibbullah (mencintai perkara yang dicintai Allah)
Cinta yang seperti inilah yang memasukkan pemiliknya ke dalam Islam dan mengeluarkan pelakunya dari kekufuran. Dan orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling lurus dan kuat kecintaanya terhadap apa-apa yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ketiga, Al-Hubb lillah wa fillah (mencintai karena Allah dan dalam ketaatan kepada-Nya)
Hal ini merupakan konsekwensi dari mencintai perkara yang dicintai-Nya. Dan tidak lurus kecintaan terhadap sesuatu yang dicintai Allah, melainkan dengan mencintai sesuatu karena Allah dan dalam ketaatan kepada-Nya.
Keempat, Al-Mahabbatu ma’allah (mencintai selain Allah bersama Allah)
Ini adalah kecintaan yang syirik, barang siapa yang mencintai sesuatu bersama Allah bukan karena Allah, bukan sebagai sarana kepadaNya, dan bukan dalam ketaatan kepadaNya, maka dia telah menjadikan sesuatu tersebut sebagai tandingan bagi Allah. Seperti inilah kecintaan kaum musyrikin.
Kelima, cinta yang sejalan dengan tabiat
Yaitu kecenderungan seseorang terhadap perkara yang sesuai dengan tabiatnya, seperti seorang yang haus mencintai air, yang lapar mencintai makanan, seseorang mencintai isteri dan anaknya, dll. Kecintaan ini sebenarnya tidaklah tercela, kecuali jika tabiat cinta tersebut melalaikan dari mengingat Allah. Sebagaimana yang telah Allah firmankan:

(
يا أيها الذين آمنوا لا تلهكم أموالكم ولا أولادكم عن ذكر الله )
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi."QS. Al-Munafiquun: 9)
Dan firman-Nya:
( رجال لا تلهيهم تجارة ولا بيع عن ذكر الله )
…orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah."(QS An-Nuur: 37)

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah  bersabda:
(( لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ ))
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya”.
Disebutkan dalam shahih al-Bukhari bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah, menggandeng tangan Umar bin Khathathab radhiyallahu 'anhu, lalu Umar berkata:
يا رسول الله! لأنت أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي. فقال النبي: لا، والذي نفسي بيده، حتى أكون أحب إليك من نفسك. فقال له عمر: فإنه الآن والله لأنت أحب إلي من نفسي.فقال النبي: الآن يا عمر). [البخاري، الأيمان والنذور، باب كيف كانت يمين النبي].
“Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sungguh Engkau adalah orang yang paling aku cintai, melebihi segala sesuatu, kecuali di atas diriku sendiri”.Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata:” Belum, demi yang jiwaku di tangan-Nya (demi Allah), sampai engkau menjadikan Aku lebih engkau cintai melebihi dirimu sendiri.”Maka Umar berkata kepada beliau:” Maka sekarang –Demi Allah- sungguh Engkau lebih aku cintai, melebihi diriku sendiri.”Maka Nabi pun berkata:”Sekarang wahai Umar (sudah benar).” (HR. Bukhari Kitab Sumpah dan Nadzar bab Bagaimana Sumpah Nabi)

Juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Anas  Rasulullah bersabda:
(( ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِيْ الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ ))  وفي رواية: (( لاَ يَجِدُ أَحَدٌ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ حَتَّى ... إلى آخره ))
“Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat di dalam dirinya ketiga perkara itu, maka ia pasti mendapatkan manisnya iman, yaitu: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari pada yang lain, mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah, benci (tidak mau kembali) kepada kekafiran setelah ia diselamatkan oleh Allah darinya, sebagaimana ia benci kalau dicampakkan kedalam api”.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas , bahwa ia berkata:
(( مَنْ أَحَبَّ فِي اللهِ، وَأَبْغَضَ فِيْ اللهِ، وَوَالَى فِي اللهِ، وَعَادَى فِيْ اللهِ، فَإِنَّمَا تُنَالُ وِلاَيَةَ اللهِ بِذَلِكَ، وَلَنْ يَجِدَ عَبْدٌ طَعْمَ الإِيْمَانِ وَإِنْ كَثُرَتْ صَلاَتُهُ وَصَوْمُهُ حَتَّى يَكُوْنَ كَذَلِكَ، وَقَدْ صَارَ عَامَّةُ مُؤَاخَاةِ النَّاسِ عَلَى أَمْرِ الدُّنْيَا، وَذَلِكَ لاَ يُجْدِي عَلَى أَهْلِهِ شَيْئًا ))
“Barangsiapa yang mencintai seseorang karena Allah, membenci karena Allah, membela karena Allah, memusuhi karena Allah, maka sesungguhnya kecintaan danpertolongan Allah itu diperolehnya dengan hal-hal tersebut, dan seorang hamba tidak akan bisa menemukan lezatnya iman, meskipun banyak melakukan shalat dan puasa, sehingga ia bersikap demikian. Pada umumnya persahabatan yang dijalin di antara manusia dibangun atas dasar kepentingan dunia, dan itu tidak berguna sedikitpun baginya”
Tafsir Alquranul ‘Adziim
WA 0895371970258
facebook: Mutiara Arrisalah, Arrisalah Press



Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA