BERBAGI UNTUK SESAMA TAK PERLU MENUNGGU KAYA


oleh: Nata Heriadi

Kata siapa bermurah hati dan kebiasaan berbagi tidak ada hubungannya dengan kesehatan? Ternyata berbagi makanan dengan orang lain dapat membuat seseorang jadi lebih baik. Studi kasus di jurnal Appetite mengaitkan hubungan antara berbagi makanan saat masih kecil dengan perilaku tidak egois saat dewasa. Ternyata, mereka yang suka berbagi makanan dengan keluarga cenderung lebih altuistik (tidak mementingkan diri sendiri). Peneliti University of Antwerp, Belgia melakukan survei terhadap 466 pelajar. Setiap partisipan ditanya seberapa sering mereka makan di rumah ketika masih anak-anak dan perilaku prososial (altruistik) mereka saat ini. Hasilnya cukup mengejutkan, mereka yang lebih sering makan bersama orang lain serta berbagi makanan lebih banyak melakukan perbuatan baik di masa remajanya. Mulai dari menawarkan kursi di transportasi umum, membantu teman, sampai menjadi relawan. Peneliti Charlotte De Backer mengatakan berbagi makanan membuat orang berpikir tentang keadilan. “Berbagi makanan mengajarkan tentang keadilan, melayani, tidak mengambil makanan sesuai keinginan,”
Secara fisik berbagi dan bermurah hati terlihat merugikan. Namun fakta lain justru sebaliknya. Sebelum ini, peneliti sudah menemukan istilah “warm-glow-effect’, sebuah fenomena ekonomi yang pernah dijelaskan oleh James Andreoni tahun 1989, bahwa orang yang beramal, berbagi dan bermurah hati justru berdampak positif atas kemurahan hati mereka atau disebut “warm-glow effect” (efek-cahaya pemberi). Perasaan positif ini didapatkan atas tindakannya memberi atau membantu orang lain. Studi tahun 2006 oleh Jorge Moll dari National Institutes of Health menemukan bahwa ketika seseorang melakukan donasi kepada suatu yayasan, beberapa area di otak yang terkait dengan kenyamanan, koneksi sosial, dan rasa percaya turut aktif dan menciptakan efek “warm glow”. Para peneliti juga percaya bahwa ketika melakukan tindakan altruistik, otak akan melepaskan endorfin, memproduksi perasaan positif yang disebut “helper’s high.”Fenomena tersebut dapat terjadi karena ketika menolong orang, otak memproduksi hormon dopamine (yang memberi perasaan bahagia dan keyakinan bahwa yang kita lakukan adalah hal yang benar) serta hormon oxytocin yang dikenal dapat mengurangi stres, meningkatkan fungsi imunitas, dan mengembangkan rasa percaya dalam interaksi antar manusia.
Banyak penelitian menunjukkan sikap dermawan ternyata berkorelasi dengan kesehatan. Diantaranya penelitian Stephanie Post yang dimuat dalam bukunya, Why Good Things Happen To Good People, bahwa berbagi dengan sesama dapat meningkatkan kesehatan penderita penyakit kronis seperti HIV. Studi lainnya yang terkait dilakukan oleh Stephanie Brown dari University of Michigan pada tahun 2003 terhadap beberapa pasangan manula. Stephanie menemukan bahwa manula yang menolong tetangga, teman, dan saudara, ataupun yang memberikan dukungan secara emosional kepada pasangannya, ternyata memiliki risiko lebih rendah untuk meninggal dunia di 5 tahun ke depan, dibandingkan dengan manula yang tidak memberikan bantuan praktikal maupun emosional kepada sesama.
Sebelum para peneliti menemukan bukti manfaat bermurah hati dan berbagi pada sesama, jauh sebelumnya Islam telah menganjurkan umatnya untuk menafkahkan harta kepada orang lain dalam bentuk infaq, zakat dan shadaqah. Bedanya infaq/zakat/shadaqah melibatkan perintah karena Allah, sedangnya bermurah hati saja bagi orang Barat tidak melibatkan Allah Subhanahu Wata’ala. “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS: Al Hadiid: 7)
Al Qurthubi menjelaskan, “Ayat ini merupakan dalil bahwa pada hakekatnya harta itu milik Allah. Hamba tidaklah memiliki apa-apa melainkan apa yang Allah ridhoi. Siapa saja yang menginfakkan harta pada jalan Allah, maka itu sama halnya dengan seseorang yang mengeluarkan harta orang lain dengan seizinnya. Dari situ, ia akan mendapatkan pahala yang melimpah dan amat banyak.” Dalam Islam, berbagi dan bersedekah justru manfaatnya lebih luas dibanding hasil penelitan di atas. Diantaranya manfaat sedekah yang sering dikutip Rasulullah adalah membukakan pintu rezeki, mengobati orang sakit, mampu meredakan kemarahan Allah dan mengurangi kesakitan saat sakaratul maut dan lebih hebatnya lagi ternyata sedekah mampu menjadi ‘naungan’ di hari kiamat. “Sesungguhnya tidak akan berkurang harta yang disedekahkan, kecuali bertambah dan bertambah.” (HR. Tirmidzi). “Sedekah dapat menolak 70 macam bencana, yang paling ringan diantara bencana itu adalah penyakit kusta dan sopak.” (HR. Thabrani).
“Hiasilah waktu pagimu dengan sedekah, niscaya bala’ tidak menghampiri.” “Obatilah orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah.” (HR. Thabrani dan Baihaki). “Jauhilah api neraka, walau bersedekah hanya dengan sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimah thayyibah.” (HR. Bukhari dan Muslim). “Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi disetiap harinya selagi matahari masih terbit: Mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, menolong orang hingga ia dapat naik kendaraan atau mengangkatkan barang bawaan ke atas kendaraannya merupakan sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah kaki yang engkau gerakkan menuju ke masjid adalah sedekah dan menyingkirkan aral (rintangan: batu, ranting, paku, kayu, atau sesuatu yang mengganggu lainnya…) dari jalan juga merupakan sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya banyak sekali hal-hal yang ada dalam aktivitas keseharian kita yang bisa bernilai sedekah. Sekarang tinggal mempraktekkannya, mari bergerak perbanyak amalan kebaikan kita, agar kita mendapat tiket, tiket kebaikan untuk menuju kebaikan, kebaikan di surga-Nya (kelak). Ada kata orang bijak dalam tag line catatan ini yang patut kita renungkan “ Berbagi untuk sesama tak perlu menunggu kaya. Mari mengubah nasib bersama Allah debgan mulai berbagi sejak sekarang”.
Semoga kita dimudahkan untuk menjadi kita orang yang senantiasa suka berbuat baik. Semoga hati kita senantiasa dilemah-lembutkan oleh Rabb, Tuhan yang berkuasa membolak-balikkan hati, sehingga hati kita senantiasa tergerak untuk suka berbuat kebaikan… Semoga hati kita dilapangkan untuk selalu istiqomah melakukan amal kebaikan itu. Dan semoga kita-semua digolongkan oleh Allah sebagai orang-orang yang bahagia di dunia (sekarang ini) dan di akhirat (kemudian nanti), Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA