SIAPAKAH YANG PANTAS MASUK KE DALAM SURGA ALLAH???


Ada sepenggal cerita seseorang sebut saja Arif. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja bulanan di swalayan. Tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan saat keluar dari swalayan, sang istri dihampiri seorang wanita bersama seorang putri kecilnya. Wanita itu berkata kepada istrinya, "Tolong beri kami sedekah, Bu!" Sang Istri membuka dompetnya dan menyodorkan selembar uang 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya, dan merasa jumlahnya tidak mencukupi, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya sambil memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini belum makan, tolong beri kami tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!" Sang Istripun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!". Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Arif berjalan ke arah ATM guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya ia ingin mengecek saldo rekeningnya. Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuatnya menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening. Ia menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita dan anak kecilnya yang tadi meminta tambahan sedekah.
Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berulang berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Arif dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.. Terima kasih Pak! Semoga Allah memberi-kan rezeki berlipat untuk bapak dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk bapak dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga bapak dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti disurga...!" Arif tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Ia mengira bahwa wanita tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita tadi sungguh membuatnya terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!". Deggg...!!! Hatinya tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian matanya membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana. Arif masih terpaku dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapanya. Mata Arif kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya. Dengan suara yang agak berat dan terbata ia menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!" Awalnya istrinya hampir tidak setuju tatkala Arif mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita tadi. Namun Arif kemudian melanjutkan kalimatnya: "Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!
Dia hanya menerima karunia dari Allah sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah. Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah." Arif mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu. Sungguh nikmat Allah tidak akan pernah terputus walau diri kita berlumuran dosa. “Apabila kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan bisa menghitungnya”. (QS. An Nahl : 18). Tidaklah Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nisaa’ : 147).
Apakah kita juga sudah selalu mengingat nikmat yang telah Allah berikan. Nikmat yang ada di bumi dan seisinya yang telah disediakan Allah sebagai kelengkapan dan pelengkap ciptaan-Nya. Air, tanah, udara dan semesta alam dengan penuh kasih dan sayang-Nya, belum lagi kelengkapan anggota badan, sehingga kita dengan mudah menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi. Renungkanlah bahwa apa yang ada pada diri kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah nikmat yang telah diberikan Allah dan merupakan anugerah yang tiada tara nilainya. “Karena itu ingatlah kamu kepada-ku. Niscaya Aku ingat kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-ku dan jangan kamu mengingkari-ku” (QS. Al-Baqarah:152). Bersyukur pada hakekatnya merupakan konsekuensi logis bagi makhluk seperti kita kepada Allah, sebagai Tuhan yang telah menciptakan dan melimpah-kan berbagai nikmat. Namun, naifnya kerap sekali kita makhluk-Nya terlupa bahkan melupakan-Nya. Mengapa kita sering lalai intuk bersyukur?? Ya karena kita sering memusatkan diri pada apa yang kita inginkan bukan pada apa yang kita miliki. Kita salah dalam melakukan penilaian, kita sering mengukur suatu nikmat dari Allah dengan ukuran diri sendiri, artinya jika keinginan dipenuhi, maka kita kan mudah bersyukur sebaliknya jika belum dikabulkan, maka kita enggan untuk bersyukur.
Kita selalu melihat kepada orang lain yang diberikan lebih banyak nikmat, sehingga kita terseret pada rasa iri, hasud dan dengki kepada orang lain. Kita tak pernah mau melihat orang yang kurang beruntung, banyak di sekitar kita yang tak bisa menikmati indahnya pandangan dunia, bahkan ada yang tak bisa hanya untuk sekedar berjalan. Namun apa yang ada dalam benak kita, ya kita merasa orang lain lebih beruntung, kemanapun kita pergi, selalu ada yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik dan lebih segalanyaaa dari kita. Rasullah mengajarkan “apabila seseorang diantara kamu melihat orang yang dilebihkan Allah dalam hal harta benda dan bentuk rupa, maka hendaklah ia melihat kepada orang-orang yang lebih rendah dari padanya”. Kita juga acap kali menganggap apa yang dimilki adalah hasil usaha sendiri, perilaku ini menumbuhkan sifat kikir, sombong dan melupakan Allah sebagai pemberi nikmat tersebut, padahal tidak ada satu nikmat pun yang datang dengan sendirinya. Melainkan Allah yang telah mengatur semuanya, kini mumpung Allah masih memberikan waktu, satu-satunya cara yang harus kita lakukan adalah mensyukuri semua nikmatnya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bukankah Sang Maha Pencipta telah berfirman, “Bersyukurlah kepadaku maka Aku akan tambahkan nikmat-ku dan janganlah kufur (congkak/sombong) karena siksaku teramat pedih.” QS. Ibrahim : 7. Namun ternyata “Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” QS. Saba’: 13

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA