Abu Ubaidah bin Al Jarrah

Abu Ubaidah telah menoreh di lembaran sejarah judul-judul penting yang senantiasa dituliskan oleh para ahli sejarah sepanjang masa dan tidak pernah lepas dari ingatantentang berbagai kebanggaan yang dielu-elukan oleh sebagian penggalan sejarah atas sebagian yang lain, dan mencatatkan di lembaran kemuliaan umat Islam sifat-sifat paling indahdari para pemilik kesempurnaan dan gambaran terbaik tentang kepahlawanan dan pengorbanan serta perjalanan terindah para komandan yang menghiasi peradaban kita pada masa awal.
Maka sejarah senantiasa menjaganya dan menjadikannya menara yang menunjukkan jalan bagi generasi umat berikutnya agar tersambung dengan para pendahulunya, agar bangunan Islam tetap berdiri kokoh untuk menebar kebaikan, dan supaya menjadi bukti atas keluhuran ajaran agama ini, kemuliaan misinya, perbedaan yang dimilikinya dalam hal petunjuk, dan penjelasan tentang kepatutannya untuk memimpin kemanusiaan kembali untuk menyelamatkannya dari kejatuhannya dan menyelamatkannya dari bahaya yang mengancamnya atas nama kebebasan, kemajuan, peradaban, dan hak asasi manusia.
Kita tidak perlu merangkai kata-kata indah atau membuat puisi pujian untuk Abu Ubaidah. Karena kata-kata indah dari penyair tidak akan mampu menggambarkan kemuliaan dan keutamaan yang telah ditorehkan oleh Abu Ubaidah dengan tindakannya yang luar biasa. Sejak dia menyatakan keislamannya dan bergabung bersama kelompok orang-orang yang paling dahulu masuk Islam, hingga takdir menetapkan kematiannya dengan mati syahid akibat penyakit kusta yang mewabah di Yordania pada tahun delapan belas Hijriah.
Jika engkau mengikuti perjalanan hidupnya, engakau akan mendapatinya di anatara orang-orang yang paling dahulu masuk Islam, lalu bersama orang-orang yang hijrah ke Habasyah dan Madinah. Jika engakau melihat kisah peperangan, akan engkau dapatidia bersama para pejuang dan pahlawan, bersama pasukan dan utusan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Engkau akan semakin takjub dengannya ketika pemilihan Nabi atas dirinya untuk diutus bersama penduduk Yaman sebagai guru dan pendidik, diutus ke Bahrain untuk mengumpulkan sedekah dan menjaga harta, setelah sebelumnya dia mendapat julukan dari Nabi sebagai kepercayaan umat ini. Keutamaan dirinya semakin sempurna dengan adanya kabar gembira dari Nabi, kabar gembira yang diidam-idamkan oleh setiap orang mukmin, yaitu ketika Nabi memasukkan namanya ke dlam deretan pemuka shahabat yang mendapat jaminan masuk surga. Sebuah kemenangan yang besar. Mari kita ikuti kabar gembira tersebut yang dicatat oleh sejarah sebagai keutamaan Abu Ubaidah.
1. Keutamaan dan kemuliaan Abu Ubaidah
Utusan Najran datang ke Madinah menemui Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan meminta beliau mengutus bersama mereka seorang terpercaya. Maka para shahabat sangat berharap mendapat kemuliaan tersebut dari Rasulullah. Lalu beliau memberikan tugas mulia itu kepada Abu Ubaidah dan memberinya sifat mulia yang senantiasa menempel pada dirinya dan terkenal dengan sifat tersebut.
Imam Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, dan yang lain meriwayatkan dari Hudzaifah bin Yaman, dia berkata, ”Penduduk Najran datang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata, ”Sesungguhnya kami akan memberi apa yang engkau minta kepada kami. Utuslah bersama kami seorang laki-laki terpercaya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, ”Sesungguhnya saya akan mengutus bersama kalian seorang laki-laki terpercaya, sanagt terpercaya.” Para shahabat Rasulullah berharap mendapat kehormatan tersebut, lalu beliau mengutus Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.Dalam riwayat malik Ya’qub bin Sufyan Al-Fawasi dan An-Nasa’i dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, ”Mereka berkata, ”Utuslah bersama kami seorang laki-laki terpercaya, sangat terpercaya. Para shahabat Rasulullah berharap mendapat kehormatan tersebut, lalu beliau berkata, ”Bangunlah hai Abu Ubaidah bin Al-Jarrah!” Ketika dia bangun, Rasulullah berkata, ”Ini adalah kepercayaan umat ini.”
Imam Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Ibnu Sa’ad, Ibnu Hibban, dan yang lain meriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Sesungguhnya setiap umat itu memiliki kepercayaan dan kepercayaan kita wahai umat Islam adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.”
Dalam riwayat milik Al-Fasawi dari Anas, dia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Sesungguhnya setiap umat itu memiliki kepercayaan dan ini adalah kepercayaan kita.” Seraya mengambil tangan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.Dalam riwayat lain milik Ibnu Asakir dari Anas, dia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, ”Setiap umat memilki kepercayaan dan sesungguhnya keperayaan kita adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.” Lalu beliau menekan lambungnya seraya berkata, ”Lambung seorang mukmin.”
Dalam riwayat yang terakhir ini terdapat suatu hal yang menarik berupa candaan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terhadap Abu Ubaidah setelah beliau memberinya sifat yang mulia itu. Seakan-akan beliau berkata kepadanya, ”Bergembiralah dengan kesaksian nabawi ini dan senangkanlah hatimu, kemuadian beliau menekan lambungnya untuk bergurau dengannya!”
Imam Ahmad, An-Nasa’i, Tirmidzi, Ibnul Hibban, dan yang lain meriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Di antara umatku yang paling berbelas kasih terhadapku (yang lain) adalah Abu Bakar, sedangkan yang paling tegas terhadap perintah Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang pzling mengetahui halan dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, dan yang paling mengetahui tentang fara’idh (Ilmu tentang pembagian harta waris) adalah Zaid bin Tsabit serta yang paling bagus bacaannya adalah Ubay bin Ka’ab, dan setiap umat memilki orang kepercayaan, sedangkan orang kepercayaan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.”
Ibnu Hibban mengomentari hadits ini dan berkata, ”Berbagai ungkapan tersebut dengan membuang huruf min (di antara). Beliau ingin mengatakan, ”Di antara yang paling belas kasih”, begitu juga dalam ungkapan berikutnya, ”Di antara yang paling tegas, di antara yang paling pemalu, di antara yang paling bagus bacaannya, di antara yang paling memahami ilmu fara’idh, di antara yang paling mengetahui halal- haram.” Beliau ingin mengatakan bahwa sesungguhnya mereka bagian dari jamaah yang memiliki keutamaan tersebut. Hal tersebut seperi ungkapan beliau kepada kaum Anshar, ”Kalian adalah manusia yang paling saya cintai.” Maksudnya, diantara manusia yang paling saya cintai, bagian dari jamaah yang saya cintai, dan mereka termasuk di dalamnya.”
Di sekumpulan orang yang lain Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memuji sejumlah shahabat beliau termasuk di antaranya Abu Ubaidah. Dengan begitu beliau menjadikan mereka menara petunjuk dan simbol keimanan agar manusia mengetahui kedudukan mereka, mengikuti mereka dan berjuang di bawah panji mereka agar membaca riwayat hidup mereka dan meneladani mereka.
Imam Ahmad dan Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad, begitu juga An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan yang lain meriwayatkan dari Abdul Aziz bin Abi Hazim, dari Suhail bin Abi Shalih, dari ayahnya, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Lelaki terbaik adalah Abu Bakar, lelaki terbaik adalah Umar, lelaki terbaik adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, lelaki terbaik adalah Tsabit bin Qais bin Syammamah, lelaki terbaik adalah Mu’adz bin Jabal, lelaki terbaik adalah Mu’adz bin Amr bin Al-Jamuh. Lelaki terbaik adalah fulan dan fulan.” Beliau menyebutkan tujuh nama, dan tidak disebutkan oleh Suhail untuk kita.
2. Mendapat jaminan surga
Kebahagiaan Abu Ubaidah semakin lengkap dengan adanya kabar gembira dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau Mengumumkan beberapa nama shahabatnya yang telah terukir namanya di pintu-pintu surga. Surga itu telah bersiap untuk menyambut kedatangan mereka, para malaikat penjaganya telah bersiap untuk menyambut sekumpulan orang tersebut dengan ucapan, “Masuklah kedalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.”(QS. An-Nahl [16]: 32) dan menyampaikan kata penghormatan yang penuh berkah, “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.” Maka Alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.”(QS. Ar-Ra’du [13: 24]).
Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Sa’ad dan yang lainnya, dari Humaid bin Abdurrahman bin Auf, sesungguhnya Sa’id bin Zaid bercerita kepada beberapa orang bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sepuluh orang pasti berada di surga, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Abdurrahman, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, dan Sa’ad bin Abi Waqqash.” Dia menyebutkan Sembilan nama dan tidak menyebutkan yang kesepuluh. Orang-orang yang bertanya kepadanya, “Kami bersumpah kepada Allah, apakah engkau orang yang kesepuluh? Sa’id menjawab, “Karena kalian bersumpah kepada Allah, Abu-Al-A’war (Sa’id) berada di surga.”
Dalam hadits shahih lain yang diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Hibban dari Abdurrahman bin Auf, dia berkata, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sepuluh orang pasti berada di surga: Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Zubair di di surga, Thalhah di surga, ibnu Auf di surga, Sa’ad di di surga, Sa’id bin Zaid di surga, dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah di surga.”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA