Penjelasan Hadits bab 8


๐Ÿ“š Syarah Shahih Bukhari

๐Ÿ“–

Rosulullah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam bersabda : ‘Demi jiwaku yang berada ditangan-Nya, tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, hingga aku (Rosulullah) lebih dicintainya dibandingkan cintanya kepada orang tua dan anaknya’.”.

Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam bersabda : “Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, hingga aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan manusia seluruhnya”.

Penjelasan Hadits :
1. Hadits ini adalah kaedah yang mendasar dalam berinteraksi dengan Rosulnya.

2. Allah mewajibkan hamba-Nya untuk mengutamakan Rosul-Nya dibanding diri mereka sendiri. Firman-Nya :                                                     “Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik”, (QS. At Taubah (9) : 120).                              “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah)”. (QS.Al Ahzab (33) : 6).

3. Termasuk bentuk kecintaan kepada Rosulullah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam adalah ketaatan kepada syariat beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam. Dan ketaatan kepada Allah dan Rosul-Nya harus didahulukan daripada ketaatan kepada siapapun juga, termasuk kepada Ulil Amri, baik dari kalangan penguasa maupun ulama. Firman-Nya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Hujuraat (49) : 1)

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”. (QS. An-Nisaa (4) : 59)

Dalam surat An-Nisaa ayat 59 diatas, Allah tidak mengulangi kata kerja perintah (Athii’uu) untuk Ulil Amri, hikmahnya adalah bahwa ketaatan kepada ulil amri pada perkara-perkara yang tidak ditujukan dalam hal bermaksiat kepada Allah dan Rosul-Nya. Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Thobroni dalam Mu’jam Kabir (no. 14795) dan Imam Al Baghowi dalam Syarhus Sunnah dan Imam Tirmidzi menjadikan hadits ini sebagai judul babnya (bab 29) dalam sunannya, haditsnya dishohihkan oleh Syaikh Albani dalam beberapa kitabnya, bahwa Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam bersabda : “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada sang pencipta”.

๐Ÿ’ญ In syaa Allah dilanjutkan ke Bab 9

Baarakallahu fiikum

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA