Cinta Kepada Rosulullah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam Termasuk Keimanan


📚 Syarah Shahih Bukhari

📖 Bab 8;

Allah Berfirman:

ﻗُﻞْ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗُﺤِﺒُّﻮﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻓَﺎﺗَّﺒِﻌُﻮﻧِﻲ ﻳُﺤْﺒِﺒْﻜُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ ﺫُﻧُﻮﺑَﻜُﻢْ ۗ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻏَﻔُﻮﺭٌ ﺭَﺣِﻴﻢٌ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

 Penjelasan :  Imam Bukhori menampilkan juga dalam permasalahan keimanan adalah cinta kepada Rosul, karena tidak masuk akal seseorang yang mengaku beriman ia tidak mencintai orang yang akan memberinya petunjuk kepada kebahagian dunia dan akhirat.  Cinta kepada Rosul harus ia dahulukan dibandingkan cinta kepada yang lainnya. Suatu hari Umar bin Khothob Rodhiyallohu 'Anhu pernah berkata kepada Rosulullah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam : “Wahai Rosulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari semua yang ada, kecuali diriku”. Maka Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam pun bersabda : “belum (ya Umar) Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, hingga engkau lebih mencintaiku dibandingkan dirimu sendiri”. Maka Umar pun berkata kepada Beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam : “Demi Allah sekarang aku lebih mencintai engkau dibandingkan dengan diriku sendiri”. Nabi pun menjawab : “Sekarang (baru benar) Ya Umar”. Kisah ini diriwayatkan Imam Bukhori dalam shohihnya (no. 6632).

Berkata Imam Bukhori :                             “haddatsanaa Abul Yaman ia berkata, akhbaronaa Syu’aib ia berkata, haddatsanaa Abuz Zinnaad dari Al A’roj dari Abu Huroiroh Rodhiyallohu 'Anhu, bahwa Rosulullah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam bersabda : ‘Demi jiwaku yang berada ditangan-Nya, tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, hingga aku (Rosulullah) lebih dicintainya dibandingkan cintanya kepada orang tua dan anaknya’.”.

📝 Kedudukan sanad :  Susunan sanad dari Abuz Zinnad dari Al A’roj dari Abu Huroiroh, diusulkan oleh Imam Bukhori sebagai silsilah (mata rantai) sanad yang paling shohih.

 Kemudian apa faedah dari perkataan para ulama, “Yang paling shohih sanadnya”, jawabannya akan kami ringkaskan penjelasannya dari Syaikh Abu Hasan dalam Ittihaafun Nabiil no. 4.

Soal : Apa faedah ucapan ulama : “Sanad ini adalah yang paling shohih dari fulan” ?  Jawaban : AlHaafidz Ibnu Hajar Rohimahullah berkata : “ Apa yang dibicarakan oleh ulama hadits, bahwa keshohihan suatu sanad yang mana dalam sanadnya termasuk Ashohil Asaaniid (yang paling shohih sanadnya) tidak berkonsekuensi  bahwa matannya (isi hadistnya) adalah yang paling shohih matannya, dikarenakan (keshohihan) matan berbeda-beda, terkadang ia memiliki penguat, atau tidak terjadi kegoncangan atau tidak ada perselisihan atau sebab lainnya”.  Maka dari sini kita mengetahui bahwa perselisihan ulama adalah terjadi pada Ashohil Asaaniid bukan dalam masalah Ashohil Hadits, kemudian faedah dari komentar ulama terhadap biografi seorang perowi bahwa ia adalah Ashohil Asaaniid diantaranya, ini dapat dijadikan factor penguat tarjih jika didapatkan pertentangan dalam sanadnya, tentu rowi yang dikatakan sebagai Ashohil Asaanid lebih dimenangkan dengan rowi yang tidak mendapatkan predikat seperti itu, contohnya silsilah sanad Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar Rodhiyallohu anhu dikatakan sebagai Ashohil Asaaniid, maka ketika ada rowi yang menyelishi Malik dalam riwayat dari Nafi’ kita lebih dahulukan Malik dibandingkan rowi tadi.  

Berkata Imam Bukhori :                                        “Haddatsanaa Ya’quub bin Ibrohim ia berkata, haddatsanaa Ibnu Ulaiyyah dari Abdul Aziz bin Shuhaib dari Anas Rodhiyallohu 'Anhu dari Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam. Haddatsanaa Adam ia berkata, haddatsanaa Syu’bah dari Qotadah dari Anas Rodhiyallohu 'Anhu ia berkata, Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam bersabda : “Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, hingga aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan manusia seluruhnya”.

 📝 Kedudukan sanad :  Imam Bukhori menulis hadits ini dengan mencantumkan dua sanad dari Anas bin Malik Rodhiyallohu 'Anhu yang berasal dari dua murid utamanya, yaitu Abdul Aziz dan Qotadah. Keduanya adalah Imam besar pada zamannya. Sehingga inilah salah satu alasan para ulama, ketika menilai kitab hadits yang disusun oleh Imam Bukhori sebagai kitab yang paling shohih yang ditulis didalam masalah hadits.

💭 In Syaa Allah dilanjutkan dengan penjelasan Hadits, Baarakallahu fiikum

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA