Kisah Nabi Adam (13)


📚 Materi Shahih Kisah Para Nabi

📖

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. ( Q.S. 'Āli `Imrān 3:59 ).

Allah Swt. sengaja melakukan demikian dengan maksud untuk menampakkan kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya dengan menciptakan Adam tanpa kedua orang tua, dan menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa wanita, serta menciptakan Isa dari wanita tanpa laki-laki, sebagaimana dia menciptakan makhluk lainnya dari jenis jantan dan jenis betina (melalui perkawinan keduanya).

Karena Itulah Allah berfirman:

ﻭَﻟِﻨَﺠْﻌَﻠَﻪُ ﺁﻳَﺔً ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔً ﻣِﻨَّﺎ ۚ

 dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami (Maryam:21)

Baik kepadanya, kepada ibunya maupun kepada manusia. Rahmat Allah kepadanya adalah dengan menjadikannya salah seorang rasul di antara rasul-rasul Allah, di mana ia akan mengajak manusia menyembah Allah dan mengesakan-Nya. Lebih dari itu, Beliau (Nabi Isa ‘alaihis salam) termasuk salah seorang rasul ulul ‘azmi. Adapun rahmat-Nya kepada ibunya adalah karena ia mendapatkan kebanggaan, pujian yang baik dan manfaat yang besar. Sedangkan rahmat-Nya kepada manusia dan menjadi nikmat terbesar bagi mereka adalah dengan mengutusnya kepada manusia, membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, membersihkan mereka, mengajarkan mereka kitab dan hikmah, di mana jika mereka mengikutinya, maka mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Karena itu di ayat selanjutnya Allah berfirman:

 ۚ ﺍﻟْﺤَﻖُّ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻚَ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻜُﻦْ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﻤْﺘَﺮِﻳﻦَ
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Qs Ali Imran: 60)

Dalam ayat ini terdapat peneguhan dan penenteraman hati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dari ayat ini diambil sebuah prinsip, bahwa perkara yang ditegaskan oleh dalil-dalil bahwa hal itu adalah hak (benar) dan meyakinkan hamba baik terkait dengan masalah 'aqidah maupun lainnya, maka wajib diyakini bahwa selain itu adalah batil, dan bahwa semua syubhat yang datang kepadanya adalah fasid (rusak), baik hamba tersebut sanggup menolak syubhat itu maupun tidak. Dengan prinsip ini, semua kemusykilan yang dilontarkan oleh ahli kalam dan ahli mantiq dapat tersingkirkan, kalau pun seseorang hendak membantah, maka hal itu merupakan kerelaan menambah amalan. Kalau pun tidak membantah, maka tugasnya adalah menerangkan kebenaran dengan dalil-dalilnya dan berdakwah kepadanya.

In Syaa Allah kita Lanjutkan, Baarakallahu fiikum

📝 Disalin dan ditambahkan dari Tafsir Ibnu Katsir dan Hidayatul Insan Nabi Adam (13)

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. ( Q.S. 'Āli `Imrān 3:59 ).

Allah Swt. sengaja melakukan demikian dengan maksud untuk menampakkan kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya dengan menciptakan Adam tanpa kedua orang tua, dan menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa wanita, serta menciptakan Isa dari wanita tanpa laki-laki, sebagaimana dia menciptakan makhluk lainnya dari jenis jantan dan jenis betina (melalui perkawinan keduanya).

Karena Itulah Allah berfirman:

ﻭَﻟِﻨَﺠْﻌَﻠَﻪُ ﺁﻳَﺔً ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔً ﻣِﻨَّﺎ ۚ

 dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami (Maryam:21)

Baik kepadanya, kepada ibunya maupun kepada manusia. Rahmat Allah kepadanya adalah dengan menjadikannya salah seorang rasul di antara rasul-rasul Allah, di mana ia akan mengajak manusia menyembah Allah dan mengesakan-Nya. Lebih dari itu, Beliau (Nabi Isa ‘alaihis salam) termasuk salah seorang rasul ulul ‘azmi. Adapun rahmat-Nya kepada ibunya adalah karena ia mendapatkan kebanggaan, pujian yang baik dan manfaat yang besar. Sedangkan rahmat-Nya kepada manusia dan menjadi nikmat terbesar bagi mereka adalah dengan mengutusnya kepada manusia, membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, membersihkan mereka, mengajarkan mereka kitab dan hikmah, di mana jika mereka mengikutinya, maka mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Karena itu di ayat selanjutnya Allah berfirman:

 ۚ ﺍﻟْﺤَﻖُّ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻚَ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻜُﻦْ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﻤْﺘَﺮِﻳﻦَ
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Qs Ali Imran: 60)

Dalam ayat ini terdapat peneguhan dan penenteraman hati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dari ayat ini diambil sebuah prinsip, bahwa perkara yang ditegaskan oleh dalil-dalil bahwa hal itu adalah hak (benar) dan meyakinkan hamba baik terkait dengan masalah 'aqidah maupun lainnya, maka wajib diyakini bahwa selain itu adalah batil, dan bahwa semua syubhat yang datang kepadanya adalah fasid (rusak), baik hamba tersebut sanggup menolak syubhat itu maupun tidak. Dengan prinsip ini, semua kemusykilan yang dilontarkan oleh ahli kalam dan ahli mantiq dapat tersingkirkan, kalau pun seseorang hendak membantah, maka hal itu merupakan kerelaan menambah amalan. Kalau pun tidak membantah, maka tugasnya adalah menerangkan kebenaran dengan dalil-dalilnya dan berdakwah kepadanya.

In Syaa Allah kita Lanjutkan, Baarakallahu fiikum

📝 Disalin dan ditambahkan dari Tafsir Ibnu Katsir dan Hidayatul Insan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA