Masih penjelasan Qs Albaqarah: 177

Syarah Shahih Bukhari Kitabul Iman

Firman-Nya {dan memberikan harta} yakni setiap harta yang dimiliki manusia, baik sedikit maupun banyak. Firman-Nya {yang dicintainya} yaitu, mencintai harta, Allah menjelaskan bahwa harta dicintai manusia, sehingga hampir saja para hamba tidak menginfakkannya. Maka barangsiapa yang mengeluarkan harta yang disenangi dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah swt, hal ini menunjukkan bukti keimanannya. Termasuk bentuk memberikan harta yang dicintainya adalah, seseorang bersedekah sedangkan ia dalam keadaan sehat bugar, sedang berangan-angan untuk kaya dan takut jatuh miskin. Demikian juga (bentuk lainnya) ia bersedekah pada saat hartanya Cuma sedikit, maka ini juga perbuatan yang utama, dikarenakan pada waktu itu, ia menyukai untuk menahan hartanya dengan dugaan akan habis dan jatuh miskin. Bentuk lainnya lagi adalah ia mengeluarkan dari harta yang sangat berharga dan setiap harta yang ia senangi, sebagaimana firman Allah swt { Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.} yakni semua mereka yang memberikan harta yang dicintainya. Kemudian disebutkan orang-orang yang berhak menerima infak, mereka adalah orang-orang yang paling utama untuk menerima kebaikanmu, yaitu karib kerabat yang kamu bersedih kalau mereka sedang mendapatkan musibah dan kamu bergembira kalau mereka sedang bersenang-ria, mereka saling menemani dan bertukar pikiran. Termasuk sesuatu yang paling baik dan paling tepat adalah saling berjanji diantara kerabat untuk masing-masing saling berbuat baik, baik dari hartanya maupun sekedar ucapan, sesuai dengan kedekatan hubungan dan kebutuhan mereka.

Firman-nya {Kepada anak-anak yatim} yang mereka belum memiliki penghasilan sendiri dan tidak memiliki harta untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ini adalah termasuk kasih sayangnya Allah  kepada hamba-Nya, yang menunjukkan bahwa Allah  lebih sayang dibanding orang tua kepada anaknya. Allah mewasiatkan kepada hamba-Nya dan mewajibkan atas harta hamba-Nya untuk berbuat baik kepada anak yatim yang tidak memiliki bapak, sehingga menjadi seperti anak yang tidak memiliki kedua orang tua, dikarenakan balasan adalah sesuai dengan jenis amalannya, maka barangsiapa yang merakhmati anak yatim selainnya, maka ia akan dirahmati oleh Yatimnya.

Firmannya {orang-orang miskin} yakni, mereka yang sangat membutuhkan dan kefakiran telah menghinakannya, maka mereka memiliki hak terhadap orang kaya yang dapat menghilangkan kemiskinan mereka atau minimal dapat meringankannya dengan sesuatu yang membuat mereka mampu atau mudah.

Firman-Nya {Musafir} yakni, orang asing yang kehabisan bekal di daerah lain, maka Allah menganjurkan kepada hamba-Nya untuk memberikan kepada mereka harta yang dapat membantu perjalanan safarnya, dikarenakam musafir tadi diduga sedang memiliki kebutuhan dan banyak pengeluarannya, maka barangsiapa yang Allah memberi kenikmatan di daerahnya dan dilepaskan darinya kesengsaraan untuk menyayangi saudaranya orang asing yang memliki sifat yang telah disebutkan, sesuai dengan kemampuannya. Sekiranya ia tidak mampu memberikan bekal atau memberikan sarana safar untuk orang asing tersebut, minimal ia dapat menolong orang asing tersebut dari kedholiman dan yang semisalnya.

Firman-Nya {dan orang-orang yang meminta-minta} yaitu, orang-orang yang menampakkan kebutuhannya sehingga mengharuskan meminta-minta, seperti orang-orang yang mendapatkan musibah karena korban kejahatan, atau hartanya dirampas penguasa atau orang-orang yang meminta-minta kepada manusia untuk mengurusi kemaslahatan umum, seperti masjid, sekolah, jembatan dan semisalnya, maka ia memiliki hak sekalipun ia kaya.

Firman-Nya {dan memerdekan hamba sahaya} yaitu, masuk didalamnya membebaskan atau membantu pembebasannya, mengganti uang yang telah dibeli oleh tuannya untuk ditebus, menebus tawanan yang ditawan oleh orang kafir atau ketika kalah perang.

Firman-Nya {mendirikan sholat dan menunaikan zakat}, telah berlalu penjelasannya berulang-ulang, bahwa Allah Subhana wa Ta’ala sering menggabungkan antara sholat dan zakat, dikarenakan keduanya adalah ibadah yang paling utama, yang paling sempurna untuk mendekatkan diri kepada Allah, mencakup ibadah hati, badan, dan harta. Kedua ibadah ini adalah timbangan iman, diketahui dengan kedua ibadah ini orang yang mengerjakannya, bahwa ia diatas keyakinan. Firman-Nya {dan orang-orang yang menepati janjinya, apabila ia berjani} yakni, janji adalah ketetapan untuk melakukan sesuatu ketetapan Allah, atau seorang hamba berazam (berketetapan) untuk melakukan sesuatu pada dirinya. Maka masuk disini janji yang berkaitan dengan hak-hak Allah semuanya, dikarenakan Allah memiliki ketetapan kepada hamba-Nya agar mereka menunaikannya. Masuk juga didalamnya akad-akad perjanjian yang wajib ditunaikan, hak-hak sesama manusia yang Allah wajibkan dan hak-hak yang seorang hamba wajibkan atas dirinya sendiri, seperti sumpah, nadzar dan yang semisalnya.

Firman-Nya : {dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan} yaitu, sabar dalam kefakiran, dikarenakan kefakiran butuh kepada kesabaran dari semua sisinya, kefakiran menyebabkan jiwa dan badan merasa rendah dan tercela yang tidak dirasakan oleh orang yang kaya. Jika orang yang kaya mendapatkan kenikmatan yang tidak dapat ia miliki, maka si Fakir akan meratapinya, jika lapar atau kelaparan atau makan dengan makanan yang tidak disukai jiwanya, ia mencela dirinya. Ia merana Jika telanjang atau hampir telanjang, jika melihat apa yang ia miliki dan tidak dapat memastikan kebutuhannya yang harus ia persiapkan di masa mendatang, jika tiba musim dingin dan tidak memiliki sesuatu untuk menutupi rasa dingin tersebut. Semua hal tersebut adalah musibah yang diperintahkan untuk bersabar dan mengharapkan pahala disisi Allah. Firman-Nya {Penderitaan}, yakni, penyakit dengan berbagai jenisnya, misalnya demam, bisul, bernanah, sakit anggota tubuh, seperti sakit gigi, sakit pada jari-jari dan yang semisalnya, hal ini butuh kesabaran, sebab jiwanya lemah dan badan merasa menderita, hingga memberatkan jiwa, terlebih lagi jika sakitnya tersebut berkepanjangan. Semua ini diperintahkan untuk bersabar dan mengharap pahala dari Allah Subhana wa Ta’ala. Firman-Nya {dan dalam peperangan} yakni, waktu berperang menghadapi musuh yang memang diperintahkan untuk diperangi, ini adalah amalan jihad dan terkadang jiwa merasa berat karenanya, manusia tidak menyukai peperangan, atau terkadang ia terluka atau tertawan oleh musuh, maka semua itu butuh kepada kesabaran sambil mengharap pahala dari Allah Subhana wa Ta’ala yang akan memberikan pertolongan dan bantuan, sebagaimana yang dijanjikan kepada orang-orang yang sabar.

Firman-Nya {mereka itu} yaitu, orang-orang yang disifati dengan akidah-akidah yang baik, amalan yang merupakan buah dari iman, bukti dan cahayanya. Berakhlak yang merupakan kebagusan dan hakikat kemanusian. Mereka itulah {orang-orang yang benar} dalam keimanannya, karena amalan mereka menunjukkan kebenaran keimanannya. {dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa} sebab mereka meninggalkan larangan dan melakukan yang diperintahkan. Semua ini adalah perkara-perkara yang mencakup seluruh kebaikan yang dituntut, terkandung
didalamnya konsekuensi-konsekuensi, seperti menunaikan janji, maka masuk didalamnya perkara agama keseluruhannya, sebab semua ibadah yang disebutkan dalam ayat ini adalah ibadah-ibadah yang agung. Barangsiapa yang mengerjakan semua ibadah tersebut, maka mereka orang-orang yang berbakti yang benar dalam keimanannya dan orang-orang yang bertakwa.  Imam Al Baghowi ketika menafsirkan firman Allah dalam surat Al Mukminuun ayat 1, beliau berkata : “sungguh berbahagia orang-orang benar dalam tauhidnya dan (balasannya) mereka kekal didalam jannah”.

In syaa Allah dilanjutkan, Baarakallahu fiikum

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA